4 tahun, 4 perjalanan, 1 yang belum berubah


Wibisana 17, di hari raya Natal

Untuk semua pengagum keajaiban natal, dan semua kalian yang rindu akan keabadian rasa 'kasih' di tiap jiwa...

Aku ingin berbagi seperti kataku sebelumnya. Aku ingin mengajak bukan hanya pikiran yang berpikir, tapi jiwa juga. karena jiwa itulah sumber segala inspirasi Ilahi sesungguhnya. Tuhan tidak menyentuh manusia melalui pikirannya. Manusia punya otoritas penuh atas pikirnya. Manusia berbicara dengan Tuhannya melalui jiwa, dan kenyamanan atau lukanya akan dirasakan oleh hati. Oleh karena itu, permenunganku hari ini mengajak jiwaku, jiwamu berpikir. Apa yang telah terjadi? Apa yang telah kau lalui? Apa yang masih kurang baik di hidup ini? Apa yang Tuhan sesungguhnya kehendaki dalam hidup kita ini? Yah...mungkin karena semua tanya itu, boleh kita menamainya...Kontempelasi...

Aku memulainya dari di suatu musim natal 5 tahun yang lalu, Saat itu aku baru satu semester ada di bangku kuliah. 2004. yah...2004. Saat itu aku sedang jatuh cinta pada kehidupan 'baru'ku. Kehidupan baruku sebagai seorang yang jauh lebih 'mau dibilang' dewasa, karena aku sudah bertitle 'mahasiswa'. Jatuh cinta itu juga yang membawaku pada keanggunan yang tak terlupakan. Keanggunan yang membuatku melakukan refleksi yang mirip seperti hari ini. Bedanya? saat itu aku berikrar sebagai silih mencintai, pada Ilahi, dan kini ikrar itu masih sebatas janji, dan aku tidak lagi memiliki, namun menyisakan cinta itu dalam hati..

Aku ingin bicara soal ikrar itu, bukan soal cinta atas keanggunan itu (biarlah yang anggun tetaplah anggun menurut persepsiku). Pernahkah kamu berikrar wahai jiwa? "Aku ingin begini...aku ingin begitu" lalu Tuhan seakan memberikan kesempatan pada kehidupanmu untuk melakukannya? melapangkannya..

Namun rupanya ikrar itu tak kunjung kau tepati...lalu kau mulai merasa tersisih, jalanmu mulai tak lapang, hatimu mulai tertekan terkadang. Kamu seakan ada dalam krisis (yang ternyata kamu buat sendiri) Atau apalah sejenisnya...

Aku sudah banyak kehilangan sejak ikrar itu. Namun di malam natal tadi, aku mengingat lagi ikrar itu. Ikrar yang harusnya sangat luar biasa membangun jiwaku. Namun tolerasi pikiranku yang otoriter atas duniaku menguncinya dalam-dalam. Hingga kini, aku mengingatnya kembali (aku tak suka menggunakan kata menyesal mungkin).

Mengingatnya menyadarkan aku banyak hal. Banyak hal yang jauh lebih luar biasa. Lebih megah...dari sekedar penyesalan. Kemegahan serupa 'Tuhan jauh lebih baik dari apa yang kamu pikirkan'

Dia,tidak picik di tetap menantiku dan kamu, mencoba berbagi jiwa kita denganNya. mencoba jujur dan belajar berpikir bersamaNya. Bukan untuk maju selangkahpun tak apa. Dia hanya ingin kita mantap berdiri. bukan karena pikiran berkata begini, namun karena jiwa kita terpanggil oleh karyaNya berada disini dan berlaku ini (apapun 'ini' kau artikan) Hingga hatimu akan terus bersuka.

Sederhananya, (karena wangi kue natal, dan hidangan lainnya mulai mengusikku.) ingatlah bahwa kadang kita tak bertumbuh bukan karena Tuhan, tapi karena ada yang belum terselesaikan. Pekerjaan Rumah yang punya dua sisi. Satu harus diselesaikan tentunya, dan yang lainnya menyadarkan kita bawha Tuhan adalah kekasih paling sabar yang ada. Yang menunggu kamu pulang, seperti 4 Tahun, 4 perjalananku, dia hanya menunggu 1 yang harus kuganti. satu ! dan dia tetap mengasihiku !

Tuhan memberkati kita semua ! Selamat Natal 2008 !

'Cukup Tangguh' atau 'Cukup Bijak' ?




Dari inspirasi utak utik dunia 'kata' di semesta maya pada malam tanpa judul,


Saya sedang asyik berpikir...ketika sebuah tanya membuntukan jalan pikir saya. Pertanyaannya, mana yang akan menang dalam pertandingan menuju 'pemulihan' di sebuah permasalahan, sosok yang cukup tangguh yang resisten akan terpaan masalah, atau...sosok yang cukup bijak memaintain masalah itu ?



Si tangguh : musuhnya mungkin adalah waktu


Saya coba melihat kasus-kasus sikap tangguh. Tangguh disini mungkin lebih kearah difensif terhadap terpaan. tidak melawan dengan asumsi "batu jangan dilawan dengan batu"


Dalam kenyataan, saya sering dengar ucap "kesabaran membawa berkah atau jawaban". Orang-orang yang mampu bertahan dan menunggu adalah orang-orang yang seakan layak untuk menerima 'fajar baru usai badai' dikehidupannya. Tapi apa selalu demikian? Jelas memang, kemampuan menahan terpaan seseorang memperpanjang 'nafas'nya dalam masalah yang ada. Tapi seberapa lama?


Kalau analoginya tim sepakbola. Tim yang cenderung bertahan, berarti berjuang melawan waktu. 2 x 45 menit di pertandingan normal. atau ditambah extra-time bila pertandingan itu harus ada pemenangnya. Tapi lalu ada pertanyaan, bagaimana saat harus menghadapi adu penalti untuk tentukan pemenang? Analogi ini seakan bertanya pada saya, bagaimana kalau masalahnya bukan waktu?

Si bijak : tujuanku adalah menyelesaikan semua itu !

Saya berpindah menjadikan diri menjadi 'si bijak'. Karena ketika waktu begitu lama atau bahkan berhenti, si tangguh menjadi buntu. Seperti es abadi di kutub yang tak cair diterpa lautan, sampai alam memiliki panas yang cukup atau berlebih untuk mencairkannya dalam kasus global warming mungkin.


Si bijak tidak bermain dengan waktu rupanya. Si bijak rupanya tahu kalau waktu memiliki kecerdasan berlebih untuk mengikis pertahan berlapis yang tangguh sekalipun. Si bijak mencoba mencari jalan lain. Dia mencoba bekerja sama dengan kecerdasan untuk menyelesaikan masalah ini secepat mungkin.


Namun, kecepatan membuat pola tak teratur kadang-kadang, membuat keteledoran yang memaksa masalah ini kian runyam.


Karena masalah ini kian pelik, si bijak kini mencoba mengarahkan perjalanannya dengan sedikit lambat. "Pelan tapi pasti" ucapnya, namun di balik itu si bijak memohon pada Penciptanya agar ia diberkatiNya dengan arah yang tepat.


Masalah tak berhenti dan tak berkurang membuat si bijak jengah dan berhenti sejenak. Dia mencoba mencari apa yang salah. Namun dia tak menemukannya. Hingga akhirnya dia meminta lagi pada Penciptanya, namun kali ini dia meminta kesabaran untuk hadapi masalah ini.


Selang lagi waktu, Si bijak, belum juga berhasil. Namun ia tak jemu datang lagi pada Penciptanya, dan dia kini meminta dan berusaha untuk menemukan jalan keluarnya, karena ia telah memiliki keyakinan akan arah yang tepat dan memiliki kesabaran. Dan akhirnya diapun bisa usaikan masalahnya.



'Cukup tangguh' atau 'cukup bijak' : kombinasi kecerdasan dan berkat !


Saya memperoleh sesuatu yang mungkin esensial akhirnya. Orang tak cukup tangguh karena kadang yang dibutuhkan bukan ketangguhan. Namun apa yang dibutuhkan? kadang kecerdasan kita membuat kita menjadi orang paling sombong yang membuat kita lupa dan malah tak temukan jawabnya.

Saya kini mengerti, bahwa waktu itu hanya gocekan lawan ketika kita harus menghadapi suatu masalah. Toh, bukan waktu masalahnya. Masalahnya adalah masalah itu sendiri.

Dalam menghadapi masalah, bukan seberapa cepat dan seberapa tepat sebuah tembakan, namun apakah tembakan itu menjadi sebuah gol dalam sebuah pertandingan sepak bola.

Rupanya, lebih penting untuk tetap on-track agar perjalanan tetap teguh untuk mencapai tujuan. Agar kita tidak buang-buang waktu untuk hal tak perlu. Tak perlu disini juga bukan 'tak perlu' dalam logika semata, melainkan 'tak perlu' yang juga menimang kemungkinan peran serta Tuhan di dalamnya.

Sebab rupanya saya melihat sesuatu yang mengecilkan saya selama ini. Saya lebih sering menghadapi masalah kalau tidak dengan difensif tanpa counter attack yang baik dan terencana, atau saya lebih sering membabi-buta, 'ingin cepat selesai a.k.a. instant' Jadi??? saya tak mendapat semuanya..

Masalah itu selesai dengan konsistensi, disiplin, penyerahan diri, ketahanan, dan senyuman rupanya. Sederhananya : Tidak setengah-setengah !


Terapi Syukur : Kacamata kuda



“Tak semuanya kamu harus mengerti bukan ?” kata Tuhan semesta AlamPebyana Susanto

Bil… Rif …Dia sudah gak ada…” Agus lunglai di depan beranda rumah kontrakan kami tempat kami semua berkumpul..

Baru aja Adit kasih kabar, Dia akan dimakamkan di Jakarta, pesawatnya sore ini dari Singapore .” Tambah Agus

Aku hanya bisa duduk terdiam. Melipat kedua kakiku, dan menyandarkan daguku di kedua lututku usai dengar berita itu. Tatapan kami semua kosong.

Billy tak berhenti mondar-mandir tak percaya. Setelah terperangah tak percaya…Namun tak ada dari satupun kami masuk lagi ke dalam dan lebih memilih langsung menuju mobil....

Langit mendung, sekakan menandakan dunia kami sedang dirundung duka ini. Kami baru saja mendengar kabar, bahwa teman kami, sahabat kami, saudara kami….pergi…untuk selama-lamanya..

Sahabat yang melengkapi semua kebersamaan ini. Orang yang harusnya jadi orang paling sukses di negeri ini di jaman kami. Kini…’pulang lebih awal’ karena sebab yang tak ada yang mengerti…


Di perjalanan : Sedikit tentang sahabat kami itu….

Dunia bisa kita taklukan bersama-sama ! Itu Cuma masalah berkat dan niat !” aku menirukan kata-katanya. Teringat kata-katanya dalam lamunanku barusan ketika kami bermain kartu bersama sambil habiskan waktu di salah satu malam, di malam-malam ‘biasa’ yang kini terasa akan begitu dirindukan, paling tidak untuk kami. Lalu Billy dan Agus serentak menambahkan ”Yah..begitulah” dan kami tertawa dengan nada mengambang bersama mengingat kata ‘yah begitulah’ yang paling sering diucapkannya mengakhiri bicaranya.

Yang aku ingat, dia selalu bisa memberikan motivasi dan mimpi dari ketidaksempurnaan dirinya. “Aku apa adanya” katanya. Dia adalah pemikir hebat. Dia bisa menyihir pendengarnya mempercayai teori-teori ‘hebat’nya soal bisnis dan ekonomi. Tapi anehnya, selain ‘calon’ ekonom hebat, dia adalah penggombal yang hebat bagi para wanita... Otaknya seakan akan bekerja sepuluh kali lebih kreatif untuk hal yang satu ini. Dan dia terus begitu sampai masa-masa terakhir kami sering bertemu.

Gw masih gak percaya dia udah gak ada…” Kata Agus. “Dia belum buat apa-apa gitu. Dia baru sampai pada satu mimpinya, dan belum yang lainnya” tambahnya.

Yah mungkin, Tuhan lebih mau dia selesai sampai disana. Cintanya. Pembuktian cintanya. Walau cuma sebentar, sangat sebentar” jawabku

Tapi seharusnya dia bisa dapatkan hasil jerih payahnya kan ? bukan sampai disini. Kalian ingat gak, waktu libur akhir tahun semester 7, dia dikontrakan sendirian. Selesaikan skripsi…” imbuh Billy.

Yah emang sih, tapi gw juga masih ingat ketika dia bener-bener kayak orang linglung waktu krisis ekonomi tahun-tahun kemarin itu” jawabku lagi..

Dan kamipun terus berbicara tentangnya sepanjang perjalanan..


Sepanjang perjalanan : ketangguhan yang runtuh….

Kalau kembali mengingat sahabatku itu, dia adalah manusia yang percaya diri. Tak ada yang mengira dia lahir dari keluarga yang ‘kurang’ utuh. Dia tipikal pemimpin, walaupun jelas pemimpin punya keburukan dan kebaikannya masing.-masing..

Awal aku mengenalnya dia adalah manusia ‘kelebihan energi’. Dia punya sejuta gagasan yang brilian. Dan ia takkan jatuh kalau tantangan tidak membuatnya sakit badanniah.

Dia adalah orang yang mengagungkan cinta dan kesetiaan. Dan cerita cintanya selalu layak jadi novel atau cerpen paling tidak.

Tapi melihat hari ini, dia terlalu lama ‘kehujanan’ oleh rasa sesak rupanya. Dia rupanya tak sanggup mengalahkan ketertekanan ada di rumahnya yang tak akur karena itu selalu jadi cerita keluh kesahnya. Hidupnnya mulai tak berpola kulihat memang waktu-waktu itu walau tak kusangka sebegitu dalamnya. Dia bukan lagi dia yang cukup dibilang beriman memang, dan dia juga bukan orang yang detail yang mau menjalankan segalanya. Dia kehilangan prioritas. Dia mengalami kerusakan orientasi yang fatal rupanya.

Padahal diawal-awal usai lulus kuliah, kuingat dia masih bersemangat dengan visi-visinya. “Tuhan tidak akan membiarkan aku menanggung angkatan lebih berat dari mampuku” katanya. Dia mencoba buat ini dan itu. Sambil bekerja, sambil menjalankan semuanya. Dia termasuk angkatanku yang mulai bekerja lebih awal. Dan dia satu-satunya orang yang bilang “yah begitulah bekerja..kalau bisa tetap usaha sendiri, lebih capek tapi lebih berarti”.

Usai kontrakan kami usai di dekat kampus, kami beberapa kali masih bertemu. Dia memang terlihat mengurus. Tapi dia masih dengan cerita cintanya yang silih berganti. Hingga krisis ekonomi menghampiri negeri inipun dia tak pernah kehabisan cerita cinta yang ini dan itu dan dia juga sempat bilang “cinta yang membuatku tetap tangguh sampai sekarang, bukan lagi visi masa muda kita yang sombong, itu mudah terkikis”.

Namun rupanya lewat masa-masa itu merobohkan jagoan dari masaku itu.

Dia baru saja dapat kekasih saat itu,padahal beberapa pekan sebelum libur akhir tahun. “This Christmas will be a very special christmas for me” katanya. Kekasihnya baik, dia teman kami, dan dia pendukung yang hebat buat sahabatku itu. Namun dia sudah terpukul dalam…

Hingga satu hari di awal tahun aku mendengar dari teman sekantornya yang seangkatan kami, bahwa dia dilarikan ke Singapore . Dia collapse tanpa jelas. Dia sakit, koma.

Namun satuhal yang kuingat dari kata-katanya di salah satu pertemuan terakhir kami. “Kadang gw tidak mengerti semua maksud hidup gw. Makin gw berusaha, makin besar gw merasa gagal. Dan rupanya Tuhan hanya mau kita menyadari satu hal kalau begitu. Bahwa jangan cari jawaban, tapi kita harusnya cari cara menghidupi kehidupan kita yang diberikanNya.Dan mengasihi itu salah satu cara yang misterius untuk menjalaninya

Di ujung perjalanan-di depan jasad sahabatku : Seharusnya…yah seharusnya…dan hanya seharusnya….

Namun kini sahabatku sudah benar-benar terbaring dengan senyum dihadapanku. Isak air mata bapak, ibu dan saudari perempuannya, membuktikan padanya satu hal. Bahwa dia tetap dicintai apapun adanya. Dan kurasa dia tahu itu.

Namun Tuhan juga mau punya cerita lain dikeidupan kita masing-masing yang ditinggalkannya mungkin.. Dan kurasa dia bukan gagal menghadapi dunianya..Dia hanya sudah menemukan jawaban Tuhannya. Dengan caraNya

Walau aku tak tahu apa itu, karena kami tak sempat bicara lagi semenjak dia ke Singapore .

Lalu kekasihnya datang hampiri aku “rif, ini ada titipan dari dia buat kamu dan anak-anak. Kalian harus tahu dia bangga punya sahabat seperti kalian” katanya.

Dan kubaca secarik kertas itu :

Untuk sahabat-sahabatku,

Teman, aku takut aku tak bisa bertemu kalian lagi. Aku takut ‘kebodohanku’ membuatku kalah dan tak bisa berbagi ini pada kalian lagi. Orang-orang yang membuatku belajar banyak hal dalam hidupku.

Kalian apa kabar ? kuharap kalian baik-baik saja. Kutitipkan dia yang kusayangi bersama surat ini. Jagailah dia sebagai sahabat sepertiku kalau terjadi apa-apa padaku. Karena dari dia aku menemukan jawaban dari ini semua.

Kalau dulu aku terus mengeluh, aku sesali itu. Rupanya Tuhan mau kita seperti kuda penarik kereta yang berkacamata teman. Kuda itu bisa berlari kencang karena dia focus. Dan focus hidup kita baiknya pada kasih yang tak bercela. Karena kasih dari kekasihku dan Tuhanku aku tahu bahwa hidup akan berharga kalau dipenuhi senyuman, introspeksi, pengampunan dan syukur.

Jangan pernah kalian sesali kalau kalian gagal. Kegagalan memang bukan kemenangan yang tertunda buatku. Kegagalan adalah kesempatan untuk membuktikan kalau kita layak gagal dan pembuktian bahwa kita akan tetap setia pada focus hidup penuh syukur kita, bukan untuk menyalahkan apa yang memang sudah salah.

Jangan menoleh kebelakang karena kalian ingin merasa benar. Tidak ada yang mutlak benar. Aku membuktikannya. Ketika aku merasa benar melakukan sesuatu disitulah aku akan mulai mengalami kesalahan.

Teman…aku ingin membagi rahasia di akhir-akhir hidupku seperti dulu biasa kita bicara ketika lewat sudah jam 10 malam. Kadang kita sibuk mencari dan menuju sesuatu yang kita cari. Tapi ketahuilah..sebenarnya caranya hanya sederhana..yaitu JALANI DENGAN TULUS HATI. CINTAI APA YANG KAMU JALANI dan selebihnya Tuhan akan memberikan jawaban-jawaban tak terpikirkan.

Otakmu bukan untuk mencari tapi untuk berpikir bagaimana men-AMIN-I dan akan terus demikian. Jangan biarkan kepalamu pecah sepertiku untuk sesuatu yang sebenarnya mudah kamu temukan.

Karena kadang Tuhan begitu dekat namun kamu terus mencari. Dan yang kamu cari sebenarnya kepuasan atas dirimu sendiri. Bukan yang Ilahi.

Bukan begitu ? Tuhan bersamamu sahabat-sahabatku.


Teriring salam,

Sahabatmu.

Dan ternyata benar. Dia telah menemukan cita-citanya. Mengasihi walau seperti kuda di kereta kencana. Harus maju saja kedepan dengan kaca mata kudanya. Sehingga tak selalu harus tahu kanan dan kiri.

Selamat jalan kawan…selamat jalan….

Menyangkal diri (pembicaraan dengan seorang sahabat)

(wrote @ August 7th 2008)



Apakah ini semua akan mudah berakhir ?
Atau inikah perjalanan tanpa ujung itu…
Ilmu tak baku mengenai bagaimana hidup harus sefleksible air
Dimana baik dan buruknya ditentukan oleh jernih dan keruh…

Aku mungkin tak tahu mengapa aku harus sampai pada cerita ini
Begitu pula kamu puteri mungkin tak paham kenapa semua harus terjadi
Namun rupanya ada hikmah terbesar Tuhan kita
Hikmah serupa pembelajaran tanpa ujung di jalan sana …

Aku ingin kebahagian, dan kita malah temukan kepedihan
Kamu menanti kesetiaan, dan kita justru dihampiri pengkhianatan
Apa ini semua takdir Ilahi ?
Tidak !!! tidak puteri !

Aku temukan satu hal berharga kata-kata Dia Yang kita sebut Bapa…
Bahwa pemenang adalah dia yang jatuh sekian kali namun bangkit lagi
Serupa Iman, yang bermegah atas ketidak berdayaan ini…
Seperti kita yang memikirkan kenapa kita mencintai siapa disisi….
Begitu pulalah harusnya sikap hidup ini…

Sebenarnya semua itu hanya palsu,
Semua itu hanya godaan untuk aku dan kamu tak percaya lagi pada Tuhan itu…
Toh Dia sudah bilang tanggung salibmu wahai pengikutKu
Jadi rupanya kita bukan harus melawan namun setia saja dalam berusaha
Sepertinya kita baiknya berserah namun bukan pasrah untuk kalah saja….

Karena baiknya bukan menahan atau melawan
Baiknya kita bisa keluar dari zona nyaman..
Untuk memahami pengertian Tuhan…
Menyangkal diri..temukan jalan yang Ia sediakan…

Untuk Kasih Itu


(wrote @ August 4th 2008)

Aku berdiri dipinggir apa yang tersisa
Segenggam kekaguman tentang bagaimana mereka bertahan semua
Mungkin dengan keangkuhan
Bahkan tak tertutup kecewa jadi dendam

Aku tak ingin memihak karena mereka ada tetap yang terutama…
Tak pula aku ingin membela…karena kasih adalah kebenaran yang utama…

Kalau anak ini masih boleh meminta…
Aku hanya meminta secarik kebahagiaan untuk mereka
Bukan karena mereka benar namun karena mereka mengasihi kami sesungguhnya…
Hanya kadang manusia punya maunya yang lewati langit diatasnya

Untuk kasih itu
Buatlah aku
Membalas semua jadi satu…
Entah dengan apa
Berikan aku Jalannya…

Tuhan Itu Menguatkan



(wrote @ July 17th 2008)


Ketika dua bibir mengatup gemetar menahan
Dera tetes air mata dan kepedihan leleh dalam rasa yang tak terucapkan
Ketika semua tak gapai ujung seperti lari di jeratan
Kemana jiwa akan kau bawa ? kepada ada kata mempersalahkan ?

Bukan…
Rupanya hidup ini bukan cobaan…
Atau mungkin kurang tepat berkata demikian….
Hidup adalah penguatan…

Aku tak tahu besok akan kemana
Aku hanya berusaha berencana…
Diriku hanya bagian dari cerita…
Dan Ia adalah pendongeng sgalanya

Biarkanlah dirimu berdiri
Biarkan jiwamu berlari
Kedepan dan bukan malah menyalahkan
Karena Tuhan ada bukan untuk sesal dan dipersalahkan
Percayalah dan hidupilah keadaan
Bahwa Tuhan itu menguatkan !

Sebab barang siapa percaya akan mengahadapi kehadiran
Sebab semua impian hanya nyata kalau ada amin atas semua harapan

Terapi Syukur : Bukan Keledai




“Kalau kita bisa merawat dan menghargai apa yang diberikanNya. Kesempatan itu akan datang lebih besar buat kita !” – Theo Tirtawidjaja

MENUJU SEMUA YANG LEBIH BAIK (sebuah otobiografi anak mantan tukang bengkel)
(hanya sebuah kutipan biasa)

Disalah satu halaman buku itu…(kenangan si penulis…)

“nak, Uang SPPmu besok dulu yah ?” kata bapak. “Tapi pak ? hmm…baiklah pak, tidak apa-apa, saya nanti coba minta bayaran uang les-lesan lebih cepat” jawabku

Lalu, bapakku duduk disebelahku waktu itu. Dengan wajahnya yang keras namun berusaha lembut dia berkata padaku “Nak, sabar ya, tapi kamu tak usah nagih pada muridmu. bapak masih ada kerjaan yang bisa diselesaikan. Insya Allah besok sudah selesai dan dibayar”. Saya jujur sedih mendengar jawaban itu. Saya kadang memang tak suka cara bapakku yang blak-blakan menyampaikan semuanya. Saya istilahnya merasa harus mencelos berkali-kali untuk merasakan kasih sayang bapakku. Bukan dari pelukan atau kecupan seperti di acara-acara televisi yang biasa kutonton di tempat pak RT dulu. Mungkin karena Bapakku laki-laki yang keras, dan yang jelas dia sangat tegar. Semenjak ibuku mati tak lama setelah melahirkan adikku. Bapaklah yang merawatku. Ibuku pergi kata pakdeku kena penyakit yang tak terdeteksi, tapi setelah kupelajari lebih dalam di kuliahku kini. Saya mencium bau malpraktik atau salah penanganan di kasus ibuku.

Kalau ditelusuri ke masa lalu, Bapakku lulusan SMA, dia tidak kuliah karena dia lebih suka berdagang dan ikut-ikutan buka bengkel motor bersama teman-temannya. Teringat kata pakdeku, “Ayahmu itu sebenarnya kalau usaha bisa jadi insinyur beneran, ga usah jadi montir, Cuma waktu itu dia lebih pilih senang-senang daripada ikut bimbingan tes kampus negeri. Kalau kampus swasta kan mahal” .

Ayah terlihat sangat membawa penyesalan ketika tidak bisa membiayai perawatan ibu dengan optimal. Mungkin jadi akibatnya (ketika itu saya SMA), dia sampai jual motor kami satu-satunya untuk saya bisa ikut Ebtanas (Ujian akhir nasional), Dan bisa ikut bimbingan tes untuk Perguruan tinggi negeri. Walaupun kalau ingat saat itu, tak ingin rasanya saya kembali ke masa itu. Ketika lulus sekolah, saya sama sekali tak sempat mengenyam libur panjang anak berseragam putih abu-abu pada umumnya. Saya ‘dipaksa’ untuk ikut semua bimbingan tes. Semua bimbingan tes yang saat itu sangat menyebalkan dan menguras dalam-dalam kantong bapakku. Heran saya…sungguh…walau kini saya tahu apa maksud bapak. Keras..itu sama dengan disiplin yang tulus buatnya

Keluarga kami yang bertiga ini adalah keluarga tambal sulam padahal. Paling tidak begitulah secara financial. Saya dan adik mencoba menghidupi uang jajan dan transport kami dari memberi les pada anak-anak yang usianya di bawah kami. Mungkin disini Tuhan begitu adil. Kami diberi pengetahuan dan kepandaian yang lebih sehingga tidak lebih menyusahkan bapak terlalu banyak lagi. Tapi tetap saja. Bengkel bapak ya seadanya menerima pelanggan. Bapak juga pernah berdagang. Kadang berhasil kadang sampai rugi ditipu orang. Semua sudah puas kami jalani.


Lalu kubalik halaman lainnya….(pengakuan yang jujur…)

Kalau ingat kata Bapak “kamu jangan seperti bapak, kamu ga boleh malas-malas. Bapak cerita sama kamu soal buruknya bapak waktu muda supaya kamu tidak usah mengulang apa yang buruk dari bapak.Kamu harus bisa tahu mana yang baik bukan mana yang enak untuk sekarang saja, enak itu jelas instant tapi orang-orang besar itu adalah orang yang tahu kapan harus merasa enak disaat semua juga enak, bukan disaat semua sedang berkeringat” saya selalu ingin bersemangat atau paling tidak ada keinginan kesana. Yah tapi namanya anak yang tentunya sedang bertumbuh, saya jelas punya rasa iri pada teman-teman yang punya banyak waktu dan kesempatan untuk bersenang-senang atau mendapat fasilitas lebih.Orang-orang kaya gedong yang aku rasa takkan bisa memasang rantai sepedanya sendiri. Namun ntah kenapa waktu itu tololnya saya. Saya ikut-ikutan mereka hura-hura tanpa ngaca saya ini orang biasa. Hal yang kemudian berbuah penyesalan. Karena rupanya sejauh-sajauhnya sebuah kebahagiaan, yang abadi itu adalah kebahagiaan yang bukan habis ditelan malam, tapi kebahagiaan yang membahagiakan banyak orang. Terutama orang yang kita sayangi.

Ceritanya, dulu saya sempat sering membolos. Alasannya jelas BERSENANG – SENANG .IP Semesterku sempat hampir mendekati nol, hanya lebih beberapa poin dari nol. Dari tujuh mata kuliah yang tidak mendapat F hanya satu. Itupun karena ujiannya take home sehingga proses copy-paste akan lebih mudah kupraktikan.

Saya sering ikut teman-teman main musik sampai pagi. Atau sekedar jalan ngalor ngidul ke tempat-tempat nongkrong yang umum. Hingga akhirnya saya dipanggil oleh Bidang akademik.

“Anda bisa dikeluarkan bila terus begini” kata Professor Jono kenangku waktu itu. “Lalu apa yang bisa saya buat Prof ? bagaimana saya bisa mengangkat IPK saya jadi diatas 2 ? semester ini IP saya 0,7. Jadi kumulatifnya 1.3 Prof. Padahal IPK sebelumnya 2.8” jawabku waktu itu. “Intinya kamu mau atau tidak ? saya bukan orang kurang kerjaan yang mau mengurusi kamu saja. Saya mau tahu urusan kamu karena saya dulu yang melihat ayahmu tidak bisa membayar operasi ke Malaysia itu.”

Kalau ingat jawaban saya saat itu. Saya merasa bukan manusia. Saya merasa lebih lemah dari pesakitan. Saya seperti keledai yang seenaknya berbunyi. “Kalau kata bapak..orang yang tak punya semangat juang, mending berhenti saja !”

Jawaban Professor Jono waktu itu juga tidak akan pernah saya lupa. Ceritanya dulu memang dia yang menyarankan tidak untuk dirawat di negeri ini. Terlalu riskan. Dia juga satu-satunya dokter yang malah menanggung biaya periksa ibuku. Dan mungkin ucapannya itu dan kesadaran betapa bodoh dan lemahnya saya waktu itu yang membuat saya beranjak dari kebiasaan malas itu. Tidak ada alasan lainnya yang kuingat, toh sudah cukup dramatis kan ??

Saya baru sadar belakangan. Kadang dalam keadaan sangat ekstrim manusia akan menemukan titik baliknya secara umum. Namun seperti halnya grafik. Kenaikan itu tak pernah konstan. Selalu mengalami koreksi teknis. Begitu juga hidupku.

Yah lumayanlah, dari 1,3 saya selamat ke angka 2,04. dan lulus dengan angka 3,29. bukan angka yang sempurna, tapi paling tidak saya terus belajar jadi asisten Prof Jono. Dan itu ilmu ekstra buatku.


(ternyata juga ada) Halaman tentang kasih sayang

Mungkin ini cerita yang sebenarnya terlalu gombal diceritakan. Apalagi kalau melihat latar belakang saya yang tumbuh dengan hanya seorang ayah jelas menganggap hal ini cukup picisan untuk dibicarakan. ‘Bukan untuk dibicarakan pada umum’ kata bapak dulu, ketika saya bertanya soal ibu.

Kehidupanku di kampus tergolong riuh masa itu. Saya lebih terkenal sebagai seorang atlet kampus dibanding seorang calon dokter. Kalau jam 8 sampai jam 3 sore saya di kelas atau di lab (yang berarti 5 jam bersih dipotong istirahat siang) saya bisa menghabiskan jam yang sama di lapangan. Mungkin hal ini juga yang akhirnya membuatku jadi asisten yang pernah ber IP 1.3

Yah..ketika ditegur oleh Prof Jono yang saya ceritakan dibagian sebelumnya, rupanya saya memang berubah. Ntah karena dipaksa keadaan atau memang diriku niat berubah. Hanya Tuhan yang tahu saat itu, yah…Paling tidak saya jadi mengurangi aktifitas ototku dan lebih mengejar aktifitas otakku. Yah dari lapangan ke perpustakaan kata orang. Dan rupanya kadang kehidupan memberikan motivasi tidak dengan kesan sengaja. ‘ketidaksengajaan’ yang paling berharga buatku adalah seorang yang ‘diutus’ Prof Jono untuk mengawasi saya belajar dengan tugas-tugas tambahan sang professor. Cicilia. Yah pengawas galak yang disertakan sang professor itu rupanya membuat saya berpikir bahwa itu adalah sebuah perhatian buat orang yang kurang perhatian.

Kadang saya malu kalau melihat masa-masa itu. Bayangkan kalau orang yang katanya pemimpin negeri abad ini, adalah orang yang suka membohongi orang yang dengan rela mencoba membuat jadwal belajar yang disiplin buatku. Dari 10 janji, sudah syukur kalau ada 1 yang saya tepati di bulan-bulan awal. Sampai dia ‘mengunciku’ ketika dia datang ke bengkel Bapak untuk mencariku, dengan alasan ‘Saya minta di ajari mata ajar tertentu’. Yah…apa yang bisa saya buat waktu itu….Dan dari sana rupanya kekagumanku padanya muncul, kepada semangatnya untuk mendorongku berusaha dengan tulus. Padahal saya mungkin adalah calon dokter paling tidak higienis saat itu. Yah..namun begitulah…hingga akhirnya dia menjadi nyonyaku 12 tahun sejak semester itu…11,5 tahun semenjak bapakku yang keras bilang “dia bapak rasa cocok jadi pendampingmu nak nanti”

Yah..pengalaman satu ini adalah bagian extraordinary dari hidupku. Namun sangatlah kubanggakan. Yah, kebanggaan terhadap sebuah rasa…Kebanggaan terhadap sebuah kebetulan..dari sebuah kejatuhan dan kesalahan ada hikmah kadang-kadang. ‘Kadang-kadang’ bukan seterusnya… haha….


Bagian keseimbangan (kejatuhan itu bagian dari kebangkitan)

Saya banyak melihat keterpurukan dalam hidup saya. Saya melihat bagaimana Ibu saya mati karena tidak terawat dengan baik. Saya melihat bagaimana Bapak saya jatuh bangun berusaha agar keluarga saya tetap bertahan dan menjadi lebih baik, walau hidupnya tanpa keseimbangan ibu. Namun rupanya saya masih belum juga bisa bernafas lega saat itu saya pikir….saya masih harus jatuh bangun lagi….Saya malah merasakan kejatuhan disaat saya sudah di ujung perjuangan untuk jadi seorang sarjana.

Ingat benar saya. Waktu sedang mengambil izin praktek. Bapak dituduh mengoplos oli. Dan bengkel dituduh jadi gudangnya. Padahal saya yakin benar, untuk berkata onderdil kelas dua sebagai onderdil asli saja bapak tak pernah. Prinsipnya kalau kamu bisa jujur pada hal kecil, Tuhan akan lebih bukakan hal-hal besar untukmu.
Saya sampai pulang ke Jakarta dari tempat kerja praktek di salatiga waktu itu. Kami habis-habisan waktu itu. Harus bayar pengacara, harus minta tetangga dan segala macam bersaksi. Hingga akhirnya aku sadar satu hal. Bahwa hal paling sulit di dunia adalah konsisten berbuat jujur.Yah Cuma itulah ‘harta’ bapakku. Jujur. Karena jujur berarti tidak melakukan kesalahan dua kali. Dan akhirnya Bapak bebas dari segala tuduhan memang. Cuma kami tak bisa menstock barang lagi karena uang habis. Upah pertama saya jadi dokter jagapun habis buat perbaiki bengkel.

Kalau dipikir-pikir saya ini bukan orang yang cerdas. Saya juga terbukti bukan orang yang giat. Apalagi kalau berkaca pada masa itu.

Saya ini hanya orang yang beruntung. Saya orang yang beruntung diberi kesempatan untuk menyadari segala sesuatunya sebagai sesuatu yang kurang tepat. Mungkin dalam bahasa Bapak saya Kamu harus bisa tahu mana yang baik bukan mana yang enak untuk sekarang saja. Dan saya menemukan esensinya.

Saya tidak memperoleh sesuatu dengan instan. Maka itu saya sangat concern dengan bagaimana mempermudah perbaikan di segala sesuatu yang saya jalani. Satu hal yang saya pelajari, bahwa sebanyak apapun kejatuhan tidak akan mengakibatkan kenaikan yang instan. Secara teknis, orang tidak akan jadi kuat setelah dia sakit. Dunia hanya memampukan orang itu untuk kembali sehat bukan jadi kuat. Kekuatan timbul karena kesadaran untuk menghindari penyakit-penyakit yang pernah terjadi. Penghindaran berupa sikap-sikap dan cara hidup yang lebih positif. Layaknya berolah raga mungkin. Kelelahan adalah dampak instant yang kurasa, namun setelah itu saya bisa bernapas lebih tenang dibawah tekanan yang melelahkan. Kalau kata bapakku ini soal kebiasaan, bagaimana kamu membiasakan diri. Yah, itulah. Menjadi biasa bangkit itu berharga mahal, bahkan sangat mahal ! dan saya kagum sama bapak dalam hal itu, Karena dia selalu bilang Tuhan selalu punya rencana untuk itu. Dan saya melihat itu sebagai titik tolak kebangkitan. Percaya dengan kebangkitan, PERCAYA ! bahwa kebangkitan itu ada !

Yang seimbang itu ternyata bagaimana kita tidak pernah berhenti bersemangat. Kata sahabat saya, Apa yang harus dipikirkan sekarang dan nanti itu ada porsinya, jangan sampai membuat kita berhenti bersemangat itu yang utama. Soal yang instant itu hanyalah mempercepat perbaikan bukan memastikannya. Layaknya manfaat suplemen bagi kehidupan manusia. Penemuan cerdas itu hanya membantu untuk tidak memperparah Namun perbaikannya tetap kembali pada tubuh, jiwa dan ragamu.


Halaman tentang aksi politiknya (Inikah politikus dengan nurani negeri ini ?)

Saya sebenarnya tak suka menulis ini. Tapi kata, editorku ini bisa laku. Jadi yah, baiklah. Tujuanku kan disini menulis buku. Saya tak suka menulis ini karena saya menjalani ini pakai hati. Saya tidak suka bilang tidak suka, begitu juga sebaliknya. Saya tidak suka menyebutnya masuk partai atau masuk organisasi. Saya hanya melihat ini suatu kerjasama yang unik. Kerjasama terus menerus. Yang tak boleh sekalipun menjatuhkan. Kenapa ? seperti halnya orang menikah, harusnya harmonisasi hubungan social di Negara ini.
Saya tak suka kalau harus melihat data. Kenapa ? data itu suka bohong. Diagnosa statistic membuat banyak kita menyepelekan hal-hal detil. Itu kenapa saya masuk ke dunia perpolitikan mungkin. Aksi nyata yang ingin kubangun. Membangun kepastian kata pendahuluk.

Saya tak suka kompromi, Yang harus itu, orang ya harus makan, orang makin kuat untuk tidak miskin. Tidak miskin berarti pasti dapat hidup sampai punya cucu sehat dan berkarya, kecuali dia sudah diculik dulu oleh malaikat. Bukan karena kurang makan, kurang obat, kurang bersih, semuanya kurang. Itu berarti yang mengurus tidak serius. Dan saya akan merasa gagal dan mundur kalau saya tak bisa hold atau buat kenaikan dari jumlah yang ‘cukup’ itu. Atau Kurangi yang ‘kurang’

Saya merasa pernah banyak dapat kesempatan baik. Tapi sayangnya baik untuk diri sendiri. Kata sebuah buku, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang berharga bagi sesamanya. Dan itu yan membuatku mencari yang adil, bukan semata baik. Dan darisana saya melihat satu hal. Bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah jatuh kedalam kesalahan yang sama. Punya sejuta cara untuk menjaga senyuman dan rasa syukur dalam perjuangan hidup manusia di dalamnya.


Sebuah kesimpulan (tidak jatuh berarti terus maju kedepan !)

Kalau saya harus menyimpulkan sebuah perjalanan hidupku. Mungkin saya harus bilang begini. Hiduplah seperti burung di udara. Melihat ke atas untuk menjaga semangatmu agar tetap hidup dan bertumbuh. Lihatlah kebawah untuk bersyukur bahwa kamu terbang setinggi ini. Karena dari ketinggian ini kamu bisa melihat betapa beruntungnya kamu.

Ketika kamu terbang rendah karena sayapmu hampir patah, yakinilah bahwa sebelum kepak sayapmu mati, bahkan ketika kamu sudah didasar kekecewaaan kamu masih bisa terbang lebih tinggi lagi. Karena Tuhan berhenti memberi kesempatan ketika kamu mati.

Kesulitan, kesusahan, kesedihan itu soal ekspektasi. Soal bagaimana mimpi tidak jadi nyata itu bukan intinya. Kamu jelas boleh berekspektasi tapi jangan biarkan ekspektasimu malah membunuh semangatmu. Jangan terbalik-balik.Jangan pernah menyalahkan keadaan. Jangan pernah salahkan posisi kamu dilahirkan. Kamu punya mereka untuk membangun kamu. Kamu jatuh lalu pada siapa kamu kembali ? kalau bukan pada mereka.

Ayahku boleh Cuma tukang bengkel. Tapi dia tahu benar bagaimana harus menghaluskan hati sedalam-dalamnya untuk mencintai anak-anaknya. Dibalik kekerasannya, dia menagajarkanku satuhal. Filosofi tujuan. Jangan biarkan kejatuhan mengubah ekspektasimu. Biarkan kejatuhan itu mengevaluasimu dengan otomatis.

Ibuku mungkin tak lama dalam hidupku. Namun dia membuatku tahu harus terus bagaimana adanya hidup. Jujur, tulus, dan terus maju. Karena saya tak mau makin banyak anak seperti saya yang merindukan ibunya.

Dan hidup ini membawakan satu pesar. Kalau kejatuhan itu biasa. Yang tidak biasa dan bodoh adalah jatuh lalu menangis tanpa henti. Karena anak kecilpun berhenti menangis dan maju lagi, paling tidak untuk pulang kerumah pada bapak dan ibunya. Begitulah kehidupan. Bukan masalah jatuh. Tapi terus maju kedepan. Kalaupun ada pengulangan itu hanya untuk menguatkan nalurimu. Bukan mematahkan semangat karena ekspektasi itu.


Presiden Republik Indonesia, 2xxx

Sang Maha


(tentang karya Tuhan dalam kehidupan)
Pernahkah kamu merasa….
Bahwa kehidupan terlalu mempermainkanmu.
Ketika kamu memutuskan demikian arah ke sana
Yang lebih baik justru tidak di penjuru itu

Pernahkah kamu ada dalam dunia..
Dimana kamu mulai terjepit waktu
Waktu yang mulai overload ada di depan mata
Sehingga ingin jiwa ni rebah tak berbuat apa-apa

Atau, sempatkah kamu lewati…
Saat dimana kamu memilih diam karena aman bahagia
Dibanding ada dua pilihan simalakama…
Walau kamu tahu jalan ditempat itu sama saja mati…

Yah…semua itu…
Kenapa harus terjadi ?
Pernahkah terlintas dalam hati ?
Atau bahkan urai air mata sudah banjiri dataran hatimu ?

Kita sama-sama mencari…
Kita tak tahu kedewasaaan tanpa tahu kekananak-kanakan
Kita tak menjadi tegar tanpa tangisan
Dan jiwa takkan bijak mungkin bila belum dicaci

Tapi sadarkah satu hal ini…
Pernahkah kamu terancam mati ?
Kata orang “kalau kamu jalannya mati pasti MATI!”
Kenapa ? kenapa begini ?

Rupanya ada satu simpul sederhana
Tentang hidup tak sederhana

Hidup itu sekedar kesempatan
Yang terserah sebagai apa kamu maknai….

Tapi Tuhan itu pasti…
Memberi sesuai takaranNya atas hati…
Sebab seorang kesatria akan menangis seperti kesatria bukan pengelana
Dan pengemis akan merana sesuai compang campingnya, tak mudah bagi si kaya ada ditempatnya…
Dan tak semua mampu ada di posisi siapa…

Itu adalah nyatanya dan rahasiaNya
Bahwa melihat kebawahlah bila kamu turun kebawah sebagai rasa bahagia
Dan menengadahlah ketika kamu mengudara sebagai semangatNya
Agar talenta yang ada tak basi, namun padat bertumbuh..hingga nanti…

Untuk Jiwa Seperjalanan



“Sebab aku lebih takut kehilanganmu daripada kehilangan mimpiku. Karena mimpi harus diraih dan kamu tulus ada disitu.
Oleh karena aku ingin berkata jujur dan tulus, sebab posisimu tak layak kubohongi dengan apapun itu
Karena persahabatan ini berarti untuk orang sepertiku, maka aku ingin LEBIH mengasihimu
Sebab kamu berharga dan aku ingin MENCOBA menghabiskan hidupku bersamamu” – Christopher Reginald



SAHABAT : Bertumbuh & berpeluh

Aku sempat berpikir. Apa ada orang di dunia ini yang benar-benar mengerti terhadap yang lainnya ? dan aku menemukan jawaban sederhana. TIDAK ! dan tidak akan pernah.

Seperti segerombolan anak-anak nelayan dipinggir pantai berpasir putih. Mereka mungkin sesama penerus generasi nelayan. Ada di kampung yang sama, di peradaban yang sama. Namun mereka dilahirkan dari latar berbeda. Budaya, suku, agama, hingga cara berbicara ibu dan bapaknya.

Lalu apa arti kata teman atau arti ‘sahabat’ bila memang lebih tinggi kastanya ? yah…kutemukan satu hal untuk hal ini. Sahabat memiliki dua hal yang belum tentu dimiliki jiwa lain kebanyakan. Pertama LEBIH, dan Kedua MENCOBA.

Aku punya banyak sahabat. Dari masa kecilku yang bodoh di tepi kota . Hingga sahabat yang lebih mengenalku dari pada ayah atau bunda. Semua berbeda. Hingga kusadari satu kesimpulan yang sederhana. Mereka punya takdir yang membawakan suatu hikmah padaku melalui hidupnya.

Bicara soal sahabat dan harta makna sahabat aku memulainya dengan kata LEBIH. Dari kamu sahabatku, aku melihat adanya hal-hal yang LEBIH terbuka dan mudah diucap dibanding dengan yang lainnya. Kamu dan aku tak pernah harus memperhatikan tutur kata. Karena keyakinan dalam diri kita bahwa kita saling mengerti adanya. Namun buktinya kamu pernah sakit hati padaku, dan saat itu lah sifat kedua sahabat mengemuka. MENCOBA. Mencoba memahami bahwa ucapnya tidak seburuk maksudnya. Dan MENCOBA menyesali atas apa yang telah diucapkannya.

Perjalanan yang terbilang singkat ini mengajarkanku satu hal. Kamu tidak akan punya kesamaan denganku secara mutlak. Kesamaan kita hanyalah hal-hal unik yang kita sombongkan bersama di mata angin sepoi-sepoi dan dunia mimpi kita. Kesamaan yang memungkinkan kita SALING menghargai dalam sebuah atau lebih dari satu PERBEDAAN.

Aku suka bertumbuh bersamamu. Berpeluh bersamamu. Apa alasannya ? Karena dua hal tadi. Kamu LEBIH jujur. Kamu LEBIH terbuka. Dan Kamu lebih MENCOBA berbuat yang terbaik bagi mereka yang ada. Walau kadang kamu LEBIH mengesalkan dari manusia biasa. Kamu LEBIH ingin dimengerti, dan itu giliranku untuk LEBIH MENCOBA memahami bukan ? dan begitulah seterusnya.

RASA : Mengapa harus menyembunyikan sebuah kejujuran ?

Ketika kita sama-sama tumbuh dewasa. Ketika kita mulai punya cerita yang tak biasa tentang rasa kasih kita pada mereka di luar sana . Ketika kita mulai menebar mimpi ‘akan jadi apa kita nantinya ??’

Semua itu jadi satu kesatuan bulat yang unik. Ceritamu mengalir tentang bagaimana kamu ingin menjadi besar dan menjadi kebanggaan orang-orang dimana tempat kamu dilahirkan. Sedang aku berbagi mimpi tentang bagaimana harta dan bahagia bisa selaras berjalannya. Prosperity kata pepatah Cina.

Aku belajar daripadamu mengenai bagaimana kehilangan itu adalah ilmu yang berharga. Aku mencoba berbagi padamu, bahwa kebahagiaan itu mahal dan tak sederhana. Karena Ayah menempaku dengan pedang untuk menjadi kesatria.

Kamu tidak segan-segan meringis ketika kamu merindukan semuanya. Aku tak segan tersedu ketika lelah dunia menerpaku.

Intinya kita telah berbagi kejujuran itu. Kejujuran yang terlalu mahal untuk dibeli pengobral berita. Ketulusan dan keluguan yang terlalu kasar bila harus di nodai oleh keinginan memiliki dan menguasai semata.

Hingga aku berpikir kamu berharga untuk pergi begitu saja dari kehidupanku nantinya. Dan aku memberanikan lancangku untuk mengusik kesendirianmu yang syahdu. Mengusik tenang ranamu yang sedang mencari arah hidupmu raih mimpimu.

“Kenapa ? Apa yang salah sebenarnya ?” tanyamu.

Tidak. Tidak ada yang salah darimu. Kamu hanya pribadi tulus yang tulus mendengar dan tulus memberi. Dan aku hanya seorang sahabat yang ingin bertumbuh lebih jauh bersamamu. Bergumul mengenai bagaimana Tuhan membahagiakan manusia selebihnya. Bagimana Tuhan membiarkan dua pribadi berbeda yang kebetulan punya banyak kesamaan baik dan buruk menjadi satu untuk belajar lebih dari itu.

Kalau boleh aku mengungkap tanya “mengapa harus menyembunyikan sebuah kejujuran ?” Toh aku takkan berubah karena menjadi jujur. Aku tak ingin menyembunyikan apapun buat dia yang biasa mendengar ceritaku dengan tulus. Aku takkan berusaha mengubah kata sedikitpun buat orang yang memang tahu buruknya aku.

Karena kalau masalah title juara atau pecundang itu bukan masalah toh untuk seorang sahabat ? Karena sahabat itu LEBIH dan MENCOBA. Termasuk mengasihi tentunya.

Karena harusnya Sahabat yang mengasihi adalah sahabat yang tetap jadi sahabat apapun dia posisinya. Berarti LEBIH MENGERTI, MEMAHAMI dan MENCOBA membahagiakan sahabatnya. Bukan begitu seharusnya ?? Apalagi dengan sebuah kejujuran kata.



SETIA : Mengerti & mengenali sepenuhnya

Ketika aku berpikir dan merasa aku mulai menempatkan dirimu di tempat yang agak berbeda, sebenarnya aku sedikit riskan untuk maju lebih kedepan. Kenapa ? Karena aku takut hal ini benar terjadi. Karena aku tak ingin ada yang hilang dari yang ada. Aku tak ingin ada kesenjangan. Karena dikepalaku sahabat itu abadi sama seperti apa yang kamu katakan. Kamu takutkan.

Kalau kamu bertanya sebabnya, ntah apa yang membuat mulut ini berucap dan niat ini penuh ketika itu. Mungkin seperti kata orang, Apa yang harus dilakukan toh akhirnya akan dilakukan. Aku kembali hanya mensederhanakan semua. Berucap dengan kejujuran, menerima keadaan dengan ketulusan. Dan memperjuangkan kebersamaan.

Tenanglah hai kamu yang kukasihi. Kebersamaan yang kumaksud disini bukan ikatan yang mutlak dan kuno. Ikatan ini adalah dukungan. Untuk maju bersama. Kebersamaan yang ada di imaji adalah bagaimana seorang sahabat menjadi lebih mengerti sahabatnya. Sahabat yang lebih nyaman untuk jadi tempat berbagi bagi lainnya. Intinya sama LEBIH dan MENCOBA. Hanya mungkin aku harus menggaris bawahi kesetiaan sebagai sesuatu syarat dari sebuah tawaran.

Mungkin aku berpikir terbalik. Ketika kamu takut kehilangan murninya persahabatan, aku malah berpikir tidak demikian. Karena aku yakin persahabatan itu kokoh.Mungkin disini kita harus dihadapkan pada sebuah perbedaan (yang semoga mendewasakan kita di waktu kemudian).

Kebersamaan yang murni itu di visiku adalah bagaimana selalu mengerti dan mengenali sepenuhnya.. Soal apa yang aku tawarkan itu murni sebuah kejujuranku. Bahwa tak kupungkiri adanya rasa sayang itu. Tak kupungkiri aku tak ingin kehilangan kamu. Namun kalau aku harus memilih antara title dan kebersamaan. Aku lebih memilih yang kedua.

Yang dipikir dan di imajiku saat itu mungkin begini. Aku mempunyai seorang sahabat yang ntah kenapa aku ingin berbahagia bersamanya. Aku merasa orang yang ada dihadapanku adalah orang yang paham benar menghadapi orang bebal macam aku, dan aku butuh itu untuk tumbuh. Kuharap kamu juga membutuhkan itu juga.

Aku tidak menawarkan kenyamanan, namun bagaimana kita mencoba meresearch sebuah kesejahteraan bersama. Akupun tidak bergaransi tidak akan mengesalkan. Tapi aku mengajak kamu untuk mencoba mengenal kehidupan lewat pergumulan satu tujuan. Bukan untukku saja, bukan untukmu saja. Tapi untuk bisa mengerti benar siapa kita sebenarnya.

Bebaslah terbang bersama mimpimu. Berkreasilah dengan keyakinanmu yang teguh. Aku hanya ingin ada dibelakangmu, dan menjadi tempat dimana kamu juga ingin kembali pulang. Selebihnya, kalau boleh sebagai manusia aku berharap sebuah kasih, yang ungkapnya kembali pada kreasimu yang mengasikan. Diikat dengan sebuah tali setia. Selebihnya… aku tak bedanya dengan sahabatmu seperti biasanya, ingin mendengarkan, dimarahi, dan memarahi agar orang yang ada di hadapanku ini menjadi lebih baik lagi, dan lebih bahagia lagi hanya dibumbui setia bila kau ingin jadi pendampingku.

SELAMANYA : tak berubah tulus adanya.

Aku tahu kini semua sudah adanya begini. Aku tak tahu apakah semua bisa paling tidak kembali seperti semula. Kuharap tentunya begitu. Namun ketahuilah, bahwa apa yang ada selama ini tulus. Yang kubuat selama ini bukan karena untuk mendukung rencanaku mengucap itu. Bukan dengan imbal embel-embel cinta yang basi diucap usia-usia ini.Tak satupun kuharap berbalas bila orang menyebut itu jasa. Aku lebih suka menyebutnya ungkapan tulus untukmu. Datangnya dari rasa ingin yang sejati. Tak meminta balasan sedikitpun, karena apa yang secara sadar ataupun tidak kau beri telah bahagiakan aku dan sudah cukup begitu.

Aku berharap kita masih terus bisa tertawa dan berbagi. Sebagai sahabat hati, bukan soal title disini. Ntah dengan gombalisme atau dengan ketulusan yang membuat hati siapapun luluh. Tapi harus kuakui sebagai lelaki aku jelas berharap kamu jadi pendampingku. Namun bukan memaksakan itu. Karena kata orang (dan aku setuju itu) Bahwa rasa kasih yang paling besar adalah berbahagia untuk yang kamu kasihi. Dan berarti kenyamananmu adalah utamaku. Dan akan terus begitu.

Selamanya di mindsetku kamu tetap salah satu cerita special dalam hidupku. Kamu adalah bagian dari terapi syukur panjangku. Selamanyapun aku tetap aku. Mendukungmu dengan apapun yang bisa kuberikan dengan tulus dan mampuku. Dan menjadi telinga terakhir sebelum Tuhan dalam doamu.

Yah…aku kini hampir usai menulis ini. Dengan tanya tak berjawab ada apa denganmu. Bila kau pergi karena semua ini mengusikmu, maafkan aku. Bila kamu takut kehilangan sahabatmu ini, tenanglah…aku tak seburuk itu dan akan tetap ada disini apapun putusanmu.

Karena yang aku cari bukan dia yang bisa kugandeng dan kujadikan hiasan jubah kehidupanku,sebab buatku kecantikan adalah bonus dari kehidupan. Yang aku impikan adalah bagaimana aku dan dia sahabatku bisa bergumul atas kehedak Tuhan yang kudus atas aku dan kamu. Bagaimana aku menuju mimpiku dan kamu mendengarkan keluhku. Bagaimana kau gapai citamu dan aku jadi penasihat sejatimu. Bebas dan bertanggung jawab atas diri, iman dan kasih. Bebaslah menjadi dirimu dengan setia itu. Satu tujuanlah denganku dalam satu hal mewujudkan firman atau aku dan kamu. Hanya itu…


Selebihnya aku tetap sahabatmu…begitu di mataku…

Seperti Adanya


Aku...
aku tak ingin ini semua berakhir disini adanya
karena aku bersungut-sungut untuk terus ceria bersama
dan kuharap selalu begitu...

Saya...
bukan aku ingin mengusik rana nyaman yang telah ada
namun inginnya aku bisa berbagi bukan sekedar tawa
namun memahami luka untuk menjadi tangan Tuhan bagi masing-masing jiwa

Aku berbahagia di waktu sejenak kita dapat saling berbagi
aku bersyukur, bahwa masih ada telinga dan ucap yang mendewasakan hati
dan aku memang berharap ada secercah harapan untuk melangkah bersama ke masa nanti
namun puteri....

bukan...
bukan kamu yang harus hilang lalu pergi...
karena semua yang ada itu adalah cukup dan tak ingin aku kurangi...
soal bagaimana kemasa depan kamu sudah tentunya paham...

karena aku menyayangi untuk bertumbuh dan bukan sekedar memiliki
sebab hidup ajarkan aku bagaimana harusnya mengerti bukan hanya memiliki
karena, toh semua pergumulan masih panjang ke awang masa yang akan datang
maka itu kuajak kamu menatap kesana dengan keberanian seadanya...

selebihnya jangan berubah sahabat hati...
jangan kurangi tawa dan kebodohan bersama kita di tiap hari...
karena kamu memang akan sangat berharga bila menemani hingga akhir nanti...
namun aku sangat bersyukur dan bahagia, kalaupun begini adanya...
seperti adanya...

Kecupan dari yang luka



(sebuah alasan berbuat lebih banyak untuk Istana)

Ditengah lelap mata lautan mimpi
Aku terusik pelan, tersadar ketika dingin berkurang di raga ini…
Selimutku jatuh…dan ada yang membenarkan letak tidurku dibawah hangat itu…
Ntah kenapa hatiku terbangun saat itu….
Dan meringis ketika kecup kening itu datang sebelum tertutup pintu…
Dari dia yang dilihat Dunia…
Keras dan bermuram durja kerjanya….

Dia tak tahu aku terbangun saat itu
Mata memejam menikmati keindahan…
Hati ikut muram tanda penyesalan ?
Ntahlah…yang jelas baiknya ubah persepsiku….

Diselingan seruput minuman hangat pagi yang biasa…
Ketika ntah kenapa aku ingin sekali bicara tentang semua
Dan kami mampu berbagi lebih dari sekedar kebenaran yang angkuh…
Kami jujur untuk saling membangun gapai cita yang pernah runtuh…

“Mungkin aku sudah lelah”
Aku lelaki tua yang mulai jujur hatinya renta…
“mungkin kini aku bisa berbagi untuk jadi kita, Ayah…”
Ntah darimana inspirasi mulutku menjawabnya

Namun semua telah bawaku ke pagi yang lebih berhikmah…
Pada pagi yang lebih bijaksana…
Walau mungkin ini baru awal mula…
Semoga kejujuran dan kepedihannya tak sia-sia….
Karena kecupan kasih dari lukanya…
Karena kejujuran rendah hati dari image pemimpin besarnya
Adalah suatu yang harus kukembalikan dengan sepenuh talenta….

Mungkin bukan untuk masa ini…
Mungin bukan untuknya secara nyata…
Namun takkan kubuat dia sesali semua…
Akan kubuat dia tersenyum ceria atas apa yang terjadi padaku wahai Dunia….

Karena aku tahu kini…
Tuhan tidak sembarangan taruh aku atau kamu di hidup yang begini…
Dia tahu dia mengirimkan yang mampu hadapi…
Itu PASTI !

Tuhan memberkatimu !
Selalu !

Mencari Kemurnian



(Sebuah canda pagi dengan Sang Pencipta)

Hai Hidup…
Ini aku casanova mencari artiMu yang mulai redup…
Hai tujuan,
Ini aku si petualang mencari arahMu yang mulai buram…

Aku mencari kesungguhan perjalanan sepadan
Digandeng takdir selangkah denganMu Tuhan

Aku mencari apa pahamku ini sudah benar
Aku mencoba memahami apakah tatap ini sudah tetap

Aku mencoba mengaduk sabarku atas anugerahMu
Aku mencicipinya pelan dalam aroma kelembutan kalbu yang jadi rahasiaMu

Kalau boleh aku sepadan dengan si bijaksana
Izinkan bukan mauku namun pengertian akanMu
Bolehkan aku kian dewasa dalam pengertian yang jelas seperti langit berbintang
Karena aku tahu kemana Kau bawa aku walau tak jelas ujud itu
Kau mau aku bersikap dan berbuat murni dan menjadi teladan
Maka itu hidup ini Kau buat aku mencari kemurnian
Bukan gegap gempita semata si kehidupan

Begitu bukan ?
Setidaknya aku artikan senyumMu demikian

Terapi Syukur : Memaafkan (rasa syukur yang paling pemalu)


“ ’Forgiveness is’ the easiest thing to make everything better but the hardest thing to do also” – Pebyana Susanto

Halo, Jakarta Personal Consulting, dengan Nurani disini, Can I help You ?” tanyaku seperti biasa ketika menerima telepon di kantorku.

Bisa buat appointment?” jawab suara diseberang telepon dengan nada tidak kurang semangat.

Ok, dengan saudara siapa ? jam 3 hari kamis ini bisa ?” jawabku, dan ia menjawab “ok jam 3. Saya Satria. Terima kasih…eh, maaf saya bicara dengan siapa tadi ?

Nurani, You can call me Rani. Ok See you then,” jawabku menyudahi pembicaraan.


Jakarta Personal Consulting, My room, Kamis, 14:23 PM

Rupanya clientku ini adalah Hadi Satria. Direktur Muda yang terkenal itu. Wajahnya sudah tak asing di talk show bisnis di TV. Tampan, cekatan, cerdas, dan terkenal adalah brand imagenya. Namun kenapa ya kira-kira dia consult ? Sejujurnya aku masih mereka-reka apa yang akan dibicarakannya. Pembicaraan lewat telepon kemarin baru sekedar reservasi soalnya.

Ni, client has come tuh” begitu pesan resepsionisku di message chat kantorku di laptop.


Jakarta Personal Consulting, Consulting Room 1, Kamis, 14:50 PM

Hei…apa kabar ?” tanyaku ketika masuk dan langsung menyodorkan tangan untuk menjabat tangannya.

yah begitulah…heheheh, kalau tidak aku tidak datang kesini juga kan ?” jawabnya dengan tawa yang seakan tanpa masalah..

ok…kita mulai. Sebenarnya ada apa sih bapak direktur ?” tanyaku mencoba membuatnya nyaman dan merasa bahwa aku tahu benar tentangnya….

hei darimana kamu tahu ?” tanyanya “berita kemarin, talk show tadi malam, dan….” Jawabku sambil mengangkat tulisan editorialnya di bagian bisnis Koran pagi ini.

ok…hmhh..Aku kesini karena jelas aku bermasalah. Kalau orang melihat aku seperti semua alasan kamu tahu aku seorang direktur, mungkin aku adalah salah satu most wanted man in the earth. Tapi aku bukan orang sesempurna itu.. “ katanya membuka konseling pagi ini.

Kalau aku lihat orang ini memang seperti bukan orang bermasalah. Tampilannya keren. Wajahnya pandai membagi senyum dan tatap keyakinan. Caranya bicara mantab. Tapi…ini cukup menarik.,..dia rupanya pandai memainkan tampilannya.

lalu ?? masalahnya ? atau kenapa kamu merasa bermasalah kalau begitu ? apakah bisnismu ? atau orang disekitarmu mungkin ?” tanyaku

bukan bisnis yang jelas. Bisnis adalah keadilan yang sempurna buatku, dibalik masalahku. Keluarga tepatnya. Keluargaku bermasalah” jawabnya dengan tetap membawa gaya diplomatisnya

tunggu…kenapa bisnis kamu sebut keadilan ? memang ada apa ? jujur aku kurang paham…bisa kamu…” jawabku dan ia langsung memotong..

Keluargaku bermasalah, bisa dibilang ‘nearly broken home’ family, atau ya kenyataannya ‘broken home’ but look outsidenya aja ga begitu. Nah bisnisku kan bertumbuh baik, dan kurasa itu keadilan dari yang maha kuasa.” Jawabnya, sambil membenarkan posisi duduknya.

ok, aku mulai mengerti..boleh kamu ceritakan dulu masalah keluargamu ?” tanyaku.

aku tak tahu mana benarnya. Sudah terjadi sebelum aku dewasa dan cukup mengerti. Kalau kini kulihat dari perspektif yang berusaha adil, kedua orang tuaku memiliki kesalahan masing-masing pada pasangannya. Saling menyalahkan membuat mereka jadi membenarkan penghianatan dan sikap jelek mereka terhadap pasangannya” jawabnya mulai terdengar sulit berbicara

selingkuh ?berlaku kasar ?” tanyaku

yah, keduanya.” Jawabnya “dan keduanya terus mengungkit masalah dari sudut kebenarannya masing-masing ketika merasa terpojokan ? “ tanyaku memotong.

tepat seperti yang kamu duga.” Jawabnya mulai makin gelisah dan tak tenang.

lalu apa masalahmu ? apakah kamu bagian dari korban kekasaran ? tapi jawabnya pelan-pelan saja yah, kalau ini talk show, rating talkshow itu pasti naik karena direktur kita sedang gelisah” tanyaku sambil memecah suasana.

hehehe, yah mungkin begitu yah…aku tidak pernah jadi terlibat. Hanya terlibat keributan mulut saja, itupun hanya dimintai pendapat dan dibiarkan mendengar oleh mereka. Katanya agar aku tetap menghargai keduanya, agar aku tak menyalahkan keduanya karena keduanya tetap orang tuaku” jawabnya

lalu jadi apa masalahmu sebenarnya ?” tanyaku. Sejujurnya aku penasaran. Kondisi ini sebenarnya adalah kondisi paling optimis dalam masalah rumah tangga, kecuali ada traumatic terhadap anak karena keterlibatan anak itu. Namun apakah iya sebesar itu traumanya ? kelihatanya Satria cukup tegar untuk itu, karena di bisnisnya dia terlihat manusia tanpa rasa takut.

Aku lelah berada didalam kondisi ini. Menurutku aku bukan pihak yang salah. Namun kenapa aku harus tersiksa dengan ada disini. Aku memang tak pernah terlibat pertengkaran lebih dari pertengkaran mulut. Namun aku kecewa dan ini bukan ekspektasiku terhadap keluarga. Aku sudah berusaha mendoakan dan memberi pendapatku, namun kau tahu kan, Orang tua tetap punya sikap sok tahu. Dan aku menjadi tertekan karena aku tak bisa menjadi solusi. Aku malah merasa kian tak nyaman dengan keadaan ini. Apa lagi sih yang mereka cari ? toh aku sudah mencapai posisi yang bisa menyatakan bahwa mereka orang tua yang berhasil. Walau sebenarnya mereka menyusahkan hatiku ketika aku mengusahakan apapun dalam hidupku.
Mereka terpecah dalam mendidikku, sehingga aku harus memfilter semuanya sendiri. Belum lagi kalau mulai ada yang sok ngatur.aku kecewa karena aku seharusnya mungkin lebih maju dari ini kalau mereka bisa sekata dalam mendidikku. Kalau begini aku dewasa kan karena alamiah
” jawabnya tanpa henti.

kalau boleh aku mengintisarikan, kamu kecewa tanpa jalan keluar begitu?” tanyaku padanya. Dan ia mengangguk dengan wajah yang menggambarkan rona kekesalan.

Yah…aku kecewa, karena aku tak ingin ada disini. Aku ingin mereka mulai sadar bahwa apa yang terjadi hanya menghambat perbaikan dan menghambat aku sebagai cita-cita hidup mereka” tambahnya…

ok, ada lagi yang mau kamu sampaikan ?” tanyaku.

intinya, kekecewaan itu, aku tak nyaman, membuat aku tak lagi bisa berinteraksi dengan baik dengan mereka, karena sikap mereka yang demikian. Mengalah satu sama lain sulit sekali karena pernah kucoba” jawabnya

ok…I think we must end this consult now, because you’re look so emotional. Ok kan ? Gimana kalau kita atur schedule lagi ? atau mungkin kamu mau consult lewat email mungkin kalau kamu sibuk ?" tanyaku untuk menghentikan pembicaraan lebih lanjut, karena dia sudah terlihat tidak logis dan terlalu emosional.

ok, mungkin itu lebih baik, email dulu mungkin sementara karena dua minggu besok saya ke Boston. “ jawabnya.

susah ya orang sibuk.hehehehe.ok kalau begitu, kamu bisa kirimi saya hal-hal detail kenapa kamu begitu tak nyaman dan kondisi idealnya ? jadi selama business trip, aku bisa mempelajarinya lagi. Tidak keberatan kan ? oh ya kamu bisa tinggalkan kartu nama kamu untuk bisa ku kirim email atau? “ tanyaku dan dia menyodorkan satu kartu namanya, dan aku menukarnya dengan punyaku.

Dan sesi hari itupun berakhir begitu saja.


Jakarta Personal Consulting, My room, Kamis, 21:30 PM

(email alert), dan aku membukanya.

From: Satria, Hadi (mailto: hadi.satria@senterprise.com)
Sent: Tuesday, July 10, 2008 21:29 PM


To: nurani@JPcons.com


Subject: details as request

Dear Rani,

Thx for the consult today, at least saya lega sekarang. Walaupun jelas masalah masih ada
Ketika memikirkan pertanyaan kamu, saya cukup terusik sebenarnya. Kenapa ? karena rupanya inti permasalahannya adalah itu semua mengganggu titik nyaman saya. Rasa ketidakterimaan saya yang buat saya tidak nyaman. Btw, here is my details :
1. Semua itu berulang dan ada pada pola yang sama → padahal harusnya bisa dibicarakan sekali dan selesai donk.. jadi saya kecewa.


2. Tidak ada yang mau mengalah → saya berharap berhentinya mereka mengungkit, benar2 menanggap tidak ada masalah dan mulai dari awal…saya marah sekali pada sikap mereka


3. Kemajuan hidup saya dan belajar hidup saya sangat diatur namun ada dua kutub tarik menarik yang mengatur → saya berharap kalau mereka hanya sebagai pemberi saran yang berbeda saya ok2 saja bukan pemarah karena tidak ikut pola mereka..


Sulit bersama-sama.→ setiap kali bersama mudah ada tensi tinggi, dan ujung2nya semua kembali ke hal-hal yang strict terhadap pola pikir masing-masing
Saya tidak apa-apa mengalah, namun saya harus tahu apa yang baiknya saya lakukan atau perbaiki. Saya lakukan itu karena saya sesungguhnya menghormati dan menyayangi keluarga saya..

Mungkin begitu kali ya ? trims.

(reply).

From: Nurani, nurani(mailto: nurani@JPcons.com)
Sent: Tuesday, July 10, 2008 21:40 PM


To: Satria, Hadi (mailto: hadi.satria@senterprise.com)


Subject: RE : details as request

Ok. I’ll review it first. Mungkin sementara begini. Ada baiknya kamu bukan hanya mengalah tapi menjawab kenapa kamu mengalah pada kondisi keluarga kamu. Ok ? Have a nice trip. Thx.


Jakarta Personal Consulting, My room, Selasa, 08:30 AM (12 hari setelah konsultasi tersebut)

(phone ringing)

Jakarta Personal Consulting, Nurani speaking, Can I help You ?” . “Can we got next appointment ? ini Satria” kata suara di ujung telepon

ow, hei sudah pulang ? ok. How about Tuesday again ? at the same hour ?” tanyaku sambil melihat kalender kerjaku. “deal, sori aku masih dijalan, call you later yah” jawabnya sambil diiringi nada putus.


Jakarta Personal Consulting, My room, Kamis, 15:02 PM (2nd consultation)

May I came in ?” kata suara Satria dari luar pintu kamar kerjaku.

Hei.please…take a seat…gimana-gimana ? Nice trip ?” jawabku mempersilahkan Satria masuk.

So ???” tanyanya sambil duduk. “Begini Sat. Kenapa saya bilang waktu itu baiknya kamu mencari alasan sebenarnya kamu mengalah adalah supaya kamu punya motivasi dasar menjalani anggaplah terapi ini” jawabku sambil duduk didepannya

ok, gw merasa mereka tetap keluarga gw, dan itu motivasinya mungkin yah. Gw mau menyayangi keluarga gw dengan sepenuhnya, ga setengah-setengah” jawabnya lugas.

Ok, kalau begitu kamu sudah siap untuk tahu apa masalah kamu dan apa yang baiknya kamu lakukan kalau motivasi kamu begitu.” Jawabku sambil menghela napas.

kalau menurut analisaku. Kamu mudah sekali kecewa, dan mudah sekali marah dengan kondisimu karena satu hal. Hal itu adalah bahwa kamu walau berusaha mencari jalan yang terbaik untuk keluarga kamu, kamu belum pernah bisa memaafkan secara penuh. Baik keadaan, baik kedua orang tua kamu, dan kamu belum bisa memaafkan dirimu sendiri yang gagal melakukan rekonsiliasi. Dari rasa belum bisa memaakan letupan-letupan kecewa itu mudah sekali makanya ada pada kamu !” jelasku.

memaafkan ?” tanyanya heran.

yah…memaafkan. Kamu pernah ga berpikir kalau kamu mudah marah, karena kamu sakit hati ? ya kecewa itu. Berarti kamu belum nerima keadaan itu dengan penuh kan ? ya bisa dibilang kamu sendiri seperti salah satu dari kedua orang tua kamu yang ga bisa memaafkan dengan penuh kan ? ya ga ?” jawabku..

yah..mungkin…tapi….aku tak pernah buat salah apa-apa dalam relation mereka. Wajar donk kalau aku kecewa ? kenapa harus memaafkan ?” tanyanya dengan nada sok benar..

sejak kapan memaafkan itu harus buat salah dulu ? minta maaf yang harus buat salah dulu. Ya kan ? aku rasa bapak direktur kan pinter tuh.” Jawabku dengan wajah sedikit mencela.

iya yah…kenapa aku ga kepikiran yah ?” tanyanya dengan wajah terlihat bodoh dan menyesal.

setiap orang memang akan membuat dirinya mencari posisi nyaman. Secara hak, memang itu hak kamu. Tapi kalau lihat motivasi kamu, kamu mau kan berkorban. Nah cara yang benarnya secara spirit adalah mulai tidak mentoleransi kata “wajar donk aku kecewa”. Itu memang wajar, tapi wajar kalau itu tetap ada kamu akan tetap kecewa.” Jawabku

Kurasa kamu sebenarnya sangat cerdas untuk focus pada tujuan kamu. Mungkin solusi kecil dariku adalah mulailah berkata dalam dirimu bahwa tujuanmu itu apa. Ini bukan masalah wajar atau tidak. Ini bertujuan membuat mereka lebih bahagia seperti yang kamu bilang. Dan dimaafkan oleh putra tercintanya (baik tahu atau tidak) adalah kebahagiaan yang mungkin membuat paling tidak dirimu lebih nyaman berbuat baik pada mereka. Dan darisana kita lihat apa yang akan terjadi. Paling tidak pula positifnya kamu akan lebih murah senyum dan tidak mudah kesal” tambahku.

yah, aku bisa menerima alasanmu. Memaafkan..yah…memaafkan…bukan memaklumi tapi memaafkan. Tidak ada yang harus dimaklumi dari sebuah kesalahan. Yang ada harus dimaafkan. Case close as a business problem.” Jawabnya menyimpulkan

kamu memang cerdas. Tapi ingat. As a business perjalanan ini proses juga. Benar-benar seperti mengenal baru adalah kuncinya. Kalau masih ada memori buruk yang dominant kamu akan lambat bergerak. Seperti orang diet saja. Walau dia workout, kalau makannya seperti king kong, yah bukannya tidak mungkin kurus, tapi lambat kan ?” jawabku santai.

yah..yah…memaafkan” jawabnya seakan kehabisan kata-kata.

dan satu hal lagi. Ketika mencoba berinteraksi mungkin akan sulit karena sikap mereka kita asumsikan mereka tidak berubah, jadi bukan hanya dari sikap kita harus tercermin maaf tapi juga dari mindset dan kebaikan itu dari kamu bukan dari mereka. Jangan banyak berharap namun memberi harapan yah. Mengatakan bukan menunggu kata ‘MAAF’ yah ?” kataku yang seakan menggurui..

ok Ibu Guru” katanya cengengesan.

okeh..so ?? ready ??? aku tunggu kabar dari kamu loh…jangan buat aku merasa gagal yah ? kalau kamu sukses traktir aku yah….” Jawabku…

Tentang sesosok keanggunan (kisah seorang sahabat)

(kisah seorang sahabat)

Dia sederhana…
Namun dia menyimpan kompleksitas yang mempesona
Dia bukan sempurna,
Namun dia membawakan ilmu untukku keujung peraduanku

Tuhan telah hadirkan dia beberapa masa…
Dia telah berbagi lebih banyak dari yang kami kira…
Kami telah mengetahui akar dan ujung rampai kehidupan sesamanya
Dan kini kami terlena dalam hidup hirup jiwa muda….

Ntah apa ini adalah rasa apa…
Tak tahu aku ujung ini semua…
Ini Cuma unggkap kekaguman….
Tentang sesosok yang diungkap kesadaran….
Tentang sesosok keanggunan….

Nyata…
Namun terselubung kenyamanan ni jiwa….

Letih namun berserah




Hei Dunia
Ini sisaku dengan segala campingku.
Ini keremukanku dengan segala rasa yang ada….
Dan ini kemegahanku sebab aku akan semakin ada dinaungan Tuhanku

Hei tantangan hidupku
Ini lawanmu disaat lengah
Ini musuhmu saat dia tak tahu harus kemana menuju
Ini kebesaranku karena satu saat nanti kau akan kalah

Hei Tuhan Bapa dan rajaku
Aku letih namun masih tersisa yakinku
Bahwa kamu adalah Penolongku
Dan jangan kecewakan aku
Tak apa aku menunggu….

Tak apa…
Asal raga masih menopangku….
Karena aku tahu tak seberapa ini semua
Dibanding apa yang sudah pernah ada…
Yang kau buat untuk sahabat dan manusia….

Terapi Syukur : Love vegas



“Menjalani dengan sepenuh hati, walau tak tahu ujung jalan ini ?? ”– Christopher Reginald

“Jangan terlalu banyak menimbang-nimbang nak… Ingat umur kamu !” kata-kata itu sudah bosan kudengar keluar dari mulut ayah dan ibuku beberapa tahun belakangan. Untungnya itu ditujukan bukan kepadaku, tapi pada kakak perempuanku. Hmhh..sulit mungkin yah ? dulu kupikir itu hanya cerewetan orang tua pada masanya mereka ingin punya cucu saja, namun…rupanya itu semua lebih ribet dari semua yang ada…setidaknya begitu curhatan dan petuah2 bijak kakakku itu…Si cantik perfeksionis yang kini jauh di negeri seberang sana .

Yah, kurasa memang sulit untuk mengimbanginya kalau ada cowok seumurnya yang ingin mendekatinya. Chief Financial Officer konsultan berkelas internasional. Domisilinya saja Manhattan , New York , di kawasan yang terbilang paling elit disana. Setahuku, gajinya terakhir sanggup setiap bulan membeli 2 buah apartemen kelas atas di Jakarta . Nah, kalau sudah begitu siapa yang berani mendekati dia ? Tepatnya mungkin, siapa yang berani menandinginya secara finansial ?

Mungkin cerita unik dan berharga ini harus kumulai dari emailku di satu pagi hampir setahun yang lalu :

From: Putra, Jaya (mailto : jaya.putra@yahoo.com)
Sent: Monday, June 30, 2007 9:50 AM
To: Putri, Jaya (jaya.putri@brkh.com)
Subject: pesan klasik J

Kak, apa kabar ?

Mana titipan adikmu ini ? kok tidak ada paket2 beterbangan di rumah ?
Aku lagi bosen kuliah, lagi asik-askinya photo. Gimana disana ? udah siap2 winter blom ?

Btw, email ni sebenernya perintah mama, hihihi.tau donk apa….
Bukannya mau ganggu kakak. Tapi mama nanya udah punya pacar blum ? kalau ga mau dikenalin lagi tuh sama anak temen papa yang dari belahan dunia lainnya lagi. Hihihihi

Mau solusi ga kak ?
Gimana kalau tiket pulang kakak year-end diputar. Bukan new york-jakarta-new-york, tapi Jakarta - new york - jakarta a/n Putra jaya (gak pake ‘i’)..hahahahaha…

Jadi ga ada ‘penjodohan on vacation’ kak. ? gimana ? :p

Jadi, waktu itu, Ibu memang menyuruhku meng-email kakakku dengan pertanyaan itu. Yah, walaupun aku tahu kalau kakakku paling malas kalau berurusan dengan itu. Dan selalu begitu. Menurutnya, akan datang suatu saat prince charming yang ada di tiap mimpi tidurnya. Tapi cukup aneh sih, setiap kali dia pacaran (kalau tidak salah sudah 3 kali dia pacaran sejak SMA) dia selalu menganggap mantan-mantannya itu prince charming yang toh akhirnya membuat dia berang di ujung kisah, atau terisak beberapa malam terakhir sebelum Friendsternya menunjukan kata single.

Mungkin secara ‘polos’ atau bisa dikategorikan ‘sok tahu’ bisa kusimpulkan kalau siapapun pasangannya, setiap orang yang dianganggapnya charming atau apalah namanya kalau orang itu bisa selalu memenuhi kriteria dari nya (walau ntah adakah criteria baku soal itu). Nah tapi kakakku bilang, kalau menurutnya ga ada kriteria baku dari semua itu, Cuma let it flow aja, “ntar juga kelihatan baik buruknya” ingatku dengan kata-katanya yang sok bijak. Berarti apakah memang semua itu harus dibiarkan let it flow aja ? buset, capek juga ga tahu musti putus nyambung sama banyak orang atau ketakutan ga pernah jadian sama sekali gara-gara soul mate itu ga kepastian yang mana.

Oh, ya…ini dia balasan dari si kakak yang cantik itu…(hahaha, moga2 dia ga akan baca tulisan ‘cantik’ itu, kalau ga ge-er-nya selangit ! J )

From: Putri, Jaya (mailto : jaya.putri@brkh.com)
Sent: Monday, July 1, 2007 10:20 AM
To: Putra, Jaya (jaya.putra@yahoo.com)
Subject: RE :pesan klasik J

Eh anak jelek !

Ide kamu brillian bangeet !!!! meminta kakakmu yang cantik ini mengeluarkan hampir $2000 buat anak ingusan kayak kamu ? ogah…

Tapi…aku juga ga mau de, dikenalin ma siapa lagi tuh anak temen papa. Mending ga ke Jakarta deh..tapi kangen….

Bingung nih aku…

De, coba kamu juga udah ngerasain ini…ga enak tahu ! sejak putus sama mas yang kemarin, aku padahal kan bukannya ga nyari, Cuma lagi belum pas aja.
Aku ngelihat ini semua tuh sebagai proses belajar, gimana sih jadi perempuan yang ok buat nantinya. Tapi ya namanya idup ujungnya kemana ga ada yang tahu. Nah kalau under pressure gini, tambah deh ga enaknya…

Gimana menurut kamu ? bales yah…(kok jadi curhat ma anak bau kencur yah ??? hehehehe)

Titipan kamu kakak kirim besok pagi (setelah kamu bales email ini, ga bales ga ada titip2an ! hihihi)

Dan mau tahu balasanku ? ini dia (balasan paling sok tahu di dunia mungkin) email dari putra satu-satunya keluarga Jaya yang sudah pernah sepuluh kali jadian dan hampir tak tahu benar kenapa dia putus sebenarnya… (cukup memalukan yah ?)

From: Putra, Jaya (mailto : jaya.putra@yahoo.com)
Sent: Monday, July 1, 2007 4:12 PM
To: Putri, Jaya (jaya.putri@brkh.com)
Subject: RE : pesan klasik J

Karena ini berhubungan dengan titipan saya yang tak mungkin saya beli dengan cepat tanpa sokongan dana Ibu Putri yang cantik (ada maunya aja), maka saya balas secepatnya.

Kak, kalau aku bilang sih, cuekin aja lagi papa-mama (emang sih ga gampang), apa bedanya kakak sama aku ? aku juga kan dicerewetin bikin nangis anak orang mulu. Hehehehe. Sama aja kan ? sederhananya aja tetep aja mereka itu cerewet. Walau ya maksudnya kita tahu lah baik.

Nah, kalau masalah kakak gitu ya, jelasin aja, galak dikit ke papa-mama juga boleh lah, ntar kalau diusir dari rumah , yah beli rumah aja.hahahahaha…

Aku pikir toh sama-sama aja kan kak ? toh ngejalanin pacaran itu juga gambling kan ? mana ada yang tahu kita bakal married ma sapa, dulunya niat married sama si ini eh ditakdirkannya ma si itu. Ya ga ? aku uda 10 kali belum cukup juga. Kakak baru 3. jadi yah santai aja kali yah, kalau mau jadian, jadian aja. Kalau mau kenal ma kenalan papa itu, coba aja. Kalau ga mau bilang. Ya ga ?

Sotoy ya ? hehehehe…

Lalu yang ada diantara aku dan kakaku hanya email-email yang saling cela dan bercanda saja sepanjang tahun. (aku tak melihat ada esensi khusus disana.hihihihi). Akhirnya kakakku pulang akhir tahun kemarin ke Jakarta . Diapun akhirnya ga menolak dikenalkan dengan teman anak papa. Namanya mas rino, tapi ternyata mereka Cuma jadian kurang dari setahun (8 bulan kalau ga salah), Mas rino itu ternyata orangnya ngatur banget (mungkin berhubung long distance) dan akhirnya mereka putus, padahal para orang tua sudah hampir saja menyebut tanggal keramat.

Dan kakakku ? kini dia sudah bertunangan, dengan orang yang kadang tak diduga, tak dinanya. Sahabat kecilnya yang dari dulu berantem mulu kerjaannya kalau tidak sedang sepaham. Si mas cukup mapan sebagai seorang entrepreneur, sehingga ga kalah saing sama si kakak. Kakaku sudah dipastikan ke Jakarta dan bekerja disini lagi (itu karena keajaiban dia bisa menjadi CEO Indonesia-atau memang dia berkualitas yah ??). Aku ? untungnya aku masih dengan pacarku yang sama. Tapi untuk kesana-sananya aku ga mau gambling aneh2 ah. Seperti kata kakakku. Let it flow aja.

Oh ya, mungkin ada email yang ok yang patut semua orang baca dari seorang anak perempuan perfeksionis yang kini siap jadi istri seorang pemuda tangguh dengan penampilan sederhana :

From: Putri, Jaya (mailto : jaya.putri@brkh.com)
Sent: Thursday, July 17, 2008 11:49 AM
To: Putra, Jaya (jaya.putra@yahoo.com)
Subject: Last day in NYC – message to my brother

Biar yang terakhir, tapi ini yang paling dalem (dari nasihat yang emang paling sooty di dunia)

De, akhirnya kakak sampai pada hari terakhir di NYC. Sedih sih ninggalin temen-temen disini. Namun kakak belajar banyak sudah disini. Dan udah saatnya berbakti untuk negeri (gubrak !!!!)

Kakak Cuma mau berbagi kesimpulan yang mungkin ga penting, Cuma kakak berharap kamu bisa lebih canggih dari kakak.

Kakak merasa bodoh sekarang waktu itu menganggap semua yang kemarin itu beban. Kenapa ? bener kata kamu kalau buat apa jadi beban, kalau kita sendiri ga tahu yang terbaik mana. Paling tahunya yang terindah saat itu aja, kalau lagi berantem sedih2 juga. Jadi ? baiknya kita bersyukur atas hari itu dengan pasangan kita saat itu.
emang bener kalau rahasia Tuhan itu tetep aja rahasia. Jadi jadilah yang terbaik buat siapapun apalagi pacar kamu (denger tuh!) karena kamu ga tau siapa pasangan pilihan Tuhan sebenernya
Dan yang pasti..buktikan bahwa kamu makin dewasa, bukan sama pacar kamu, bukan sama papa-mama, bukan sama dunia, tapi sama Tuhan, maka kamu akan memenangkan perjudian pasangan hidup kamu. Kenapa perjudian ? karena kamu ga akan pernah tahu ketika kamu sayang seseorang apakah dia yang terbaik atau bukan, apakah dia pasangan kamu nanti apa bukan, itu kenapa disebut perjudian, kamu Cuma tahu peluang aja, namun ujungnya kamu ga tahu di game yang mana kamu menang bener-bener menang kan ? Like Las vegas but it’s love vegas aja. Hehehehe…

Yah begitulah adikku. Jadi sayang sama pacar kamu baik2 yah..awas ntar di Jakarta dia ngadu sama kakak !

Okeh ?

Dan mungkin memang begitulah semuanya harus berjalan. Sampai kapanpun…dimanapun…untuk siapapun….

“Seperti kata orang bijak ‘kamu tidak akan tahu seberapa berartinya apapun sebelum kamu kehilangan’,
dan kataku bahwa ‘kamu tidak akan tahu mana yang terbaik jadi jadilah yang terbaik menurut pemikiranmu dulu’,
Hidup kurasa tidak akan memberi tahu apakah dia membawa keabadian padamu,
namun yang pasti dia membawa kebahagiaan dan kebaikan ketika kamu memberikan kebahagiaan dan kebaikan itu dengan semestinya.
Selebihnya….hanya Tuhan dan kasino kehidupan yang menentukan…
probabilitas…atau…yah…cerita kehidupan dengan siapa kamu berpasangan,
jadi Bukankah baiknya kita pastikan bahwa kita memberi kasih sayang bukan sebatas menantikan yang diabadikan oleh Tuhan menjadi pendamping menuju masa depan ? kurasa itu rasa syukur yang sesungguhnya dari semua rasa sayang yang ada..kurasa….” – Christopher Reginald

Trilogi rasa hati (3) : Biarlah ia Ia berkarya

Biarlah Ia berkarya saja
karena aku sudah lelah gelisah dalam rasa
aku hanya berapi-api dalam pembuktian pada dunia
bahwa aku layak disisinya

aku tak perduli dengan embel-embel berasal darimana
kompromiku hanya penghargaan belaka

aku ingin bersamamu sampai hembus napas habis ni jiwa
atau singkirkan aku segera darinya wahai Tuhan yang ntah kenapa membuat masa depan itu rahasia

karena aku jujur tak ingin ada sakit dilain masa Bapa
selebihnya aku percaya
Engkau telah memberi kami yang sebaiknya
dan Engkau telah memberkatiku dengan hadirnya

Trilogi rasa hati (2) : Aku dan kegelisahanku


Aku ingin tersenyum lebih lebar lagi
karena jujur kebahagiaan menaungiku dengan lebih hari ini...
namun tiap pelukan menyimpan sesak rasa
seperti tiap pertemuan dibayangi sebuah perpisahan

aku tak ingin semua rasa ini jadi luka dilain masa
itu kenapa seakan wajah berpikir dari raga yang tak berkata-kata

aku sudah begitu nyaman di rasa
atau ini semua hanya sementara hei realita ???

namun sudahlah...
aku sudah ingin perjuangkan ini hingga akhirnya
karena kamu sudah buat aku bahagia seutuhnya
kini biar aku yakinkan dunia sepenuhnya...