ADA


kudedikasikan tulisan ini untuk sahabatku Aditya Hamzah dan Damha Izal Ylazohg

"om permisi pulang dulu..." kata Izal mengikuti kata-kataku yang permisi pulang, yang dibalas dengan "iya hati-hati dijalan ya nak, jangan balik-balik lagi...dablek...." jawab sang ayah, dan tawapun pecah seketika. Dan begitulah bapak kedua sahabatku itu...setidaknya dimataku...

Semua punya ceritanya sendiri...
di mataku, di matamu, tentang sosok itu.

jujur kita terlalu subyektif kadang melihat si hidup
kita melihat dan merasa sesuai apa yang kita suka..
kita hanya berharap dan meminta orang bisa menjadi yang kita minta..
yang baik kita suka, yang jelek untuk menerima aku belum sanggup

namun bukankah itu kehidupan?
di mataku seseorang baik...
di mata sakit hati ia bisa begitu tengik...

namun aku tergelitik untuk men zoom out pola lihat ini semua..
bahwa pernahkah kita berpikir kenapa kita lahir disana?
kenapa kita kenal 'si itu' bukan 'si dia'?
atau kenapa aku hidup dibelahan bumi sini bukan disana?

Dulu orang berkata gajah mati meninggalkan gadingnya
orang besar mati meninggalkan cerita
kenapa harus orang besar kutanya? apa karena gajah jadi peribahasa?
lalu dimana tempat hati dan orang terdekat nantinya?

kita tidak tahu kapan kita berpulang
dan kita percaya demikian...
kenapa kita harus tidak percaya pada kenyataan..
tentang misteri hadirnya seseorang dalam kehidupan?

aku bicara disini bukan berarti aku tak pernah sakit hati
aku justru bicara bahwa karena pernah sakit dan nyeri
namun lihatlah cinta kedua sahabatku di peraduan itu kini...
atau semua kehilangan akan orang yang kita cintai...
hilang tawa ganti sendu...untuk jadi dua manusia yang jauh lebih teguh..

dari sana aku ingin memulai bersama kalian merajut makna itu
sebaik apapun keluarga mereka akan juga pergi
sebejat apapun musuh mereka toh juga akan 'kembali'
namun semua membawa makna bahwa tanpa mereka kita tidak akan se'belajar' hari ini

dengan ditipu kita menjadi waspada
dengan dicintai kita menghargai kata 'bersama'
dengan dicurangi kita mengenal kata 'setia'
dengan kehadiran sang ayah kita kenal pengorbanan dan suri tauladannya

lepas baik dan buruk tapi jiwa itu ada selalu disekitar kita
membuat kita tahu satu dua hal yang lebih berharga
dan itu jauh lebih baik daripada dunia kosong dan tak ada apa-apa.

mensyukuri itu baik, menyesal itu tak perlu...
karena semua ada dan terus begitu..berlalu...
begitukan hidup harus terus bejalan dalam liku?
yah..begitu...

orang tak harus besar tak harus juga kecil menciut
jiwa tak harus ada untuk benar atau salah bagi dirimu

Namun setiap jiwa ADA untuk dirimu.
dari musuh terjauhmu...
hingga seperti cinta dua putra pada ayah mereka yang sudah disisiMu
semua berharga..semua berarti
apalagi orang dekat dalam hati...

dan itu jauh lebih besar dari kebesaran orang besar
lebih berarti dari pengargaan penemuan abad ini...
menemukan bahwa tiap orang selalu ADA...
ada dan berarti untuk langkah hidup kita selanjutnya...



Puing Gulita


Sampailah sudah pada satu masa
Dimana nadir sudah lewat bahkan lelah
Ntah hitung nafas tak ubahnya
Namun smua harus dilalui adanya

Camping tetap harus berpeluh berganti jubah
Luka tetap harus berperih untuk sembuh dan berubah
Tak sedikitpun bergeser alasan ataupun arah

Hanya bolehkah ini hati ucap letih?
Walau tak zamannya lagi tertatih
Karena itu hanya menistai perubahan dengan kelambanan
Dan mengubur kian dalam kasih yg tak berkesudahan

Bila boleh meminta dalam Puing Gulita
Izinkan kenalkan duduk nyaman golgota jiwa
Karena ujung adalah ubah agar cerah
Bukan cuap-cuap kata tanpa arah

Selebihnya Kamu tahu wahai Yang Maha Tahu
Aku tulus apapun ada mereka
Aku telanjang atas kirmizi ini laku
Akupun tak sembunyi atas rasa pada utusanmu Ilahi

Kau yang punya kau yang beri
Hanya usaha dan terus menempa diri
Untuk lebih baik kata ucap
Semoga benar baik laku tak sekedar ngecap.

Karena ingin mereka lihat cercah hari senja,
Karena ingin kuhabiskan hidup bersamanya.

Mencintai


Seorang miliarder lanjut usia sekarat dalam usianya yang hampir 100 tahun. Dalam perjalanan hidupnya dia selalu memperoleh apa yang dia punya. Harta, Istri yang cantik, anak-anak yang pandai dan menurut, dan hidup yang menyenangkan. Ia puas benar dalam hidupnya, hingga ia kehilangan semuanya. Istrinya meninggal puluhan tahun yang lalu. Anak-anaknya berkelana dengan bisnis mereka keseluruh penjuru dunia tanpa pernah ingat pulang, dan hartanya kian lama kian habis karena kebutuhan dirinya dan anak-anaknya.

Hingga pada akhirnya, karena ketenarannya pada masa-masa akhir hidupnya, dia sempat diwawancara oleh sebuah koran lokal tempat dia tinggal, dan begini katanya...

Apa yang belum saya lakukan : menCINTAi

Anda boleh mengira saya punya segalanya, karena memang itu adanya. Namun saya lupa satu hal. 'mencintai'.

Dulu saya pikir ketika saya sukses maka akan lebih banyak kebahagiaan akan datang pada saya. Saya mengira dengan makin kaya istri dan anak-anak saya akan makin bahagia, namun saya salah. Istri saya meninggal lebih awal karena saya tidak sempat memberikan sedikit waktu untuknya. Saya hanya berharap dimengerti dengan kesibukan saya. Saya lebih menjadi saya yang 'take it or leave it', saya lupa saya tak pernah belajar memberi waktu, memberi pengertian tanpa harus dimengerti, itukah mencintai?

Ketika muda, saya merasa dunia bisa saya taklukan. Mimpi saya segudang untuk diberi jabatan, diberi kekuasaan. Semua akan memberikan segala apa yang saya inginkan. Pergi kerumah ibadah buat saya adalah buang-buang waktu. Sampai saya mulai tak bisa banyak bergerak karena kelumpuhan. Disana saya menemukan satuhal bahwa Tuhan mengajarkanku penantian tanpa akhir, kesetiaan. DIA tetap memberiku kesembuhan agar aku bisa berbahagia kembali. Semacam kesempatan kedua, padahal aku telah men'campakan'NYA dan melupakanNYA. Itukah Mencintai?

Dulu saya selalu berpikir memberi tanpa menerima adalah bodoh, namun ternyata saya salah. memberi yang HARUS menerima adalah pembodohan itu sendiri. Coba kutanya padamu, relakah kamu kehilangan separuh atau seluruh hartamu tanpa jelas? tidak bukan? Aku sempat tak bicara 30 Tahun dengan anak sulungku karena dia berbisnis dengan separuh uangku. dan ludes rugi Namun seorang petani kecil pengolah ladangku memberikan contoh padaku. Ketika anaknya ingin keperguruan tinggi, dia datang padaku dan berkata. "Tuan, bila berkenan bolehkah Tuan meminjamkan aku sekian besar uang, maka abdiku selamanya untuk Tuan" kupikir...apakah anak itu sampai ia begitu berharga? apakah anak itu pasti membalas kebaikan bapaknya? Tidak bukan...Jadi apakah mencintai itu ketulusan tanpa pamrih yang percaya? Kurasa orang yang bisa mencintai adalah orang yang sangat cerdas. Karena mencintai justru mempersiapkan kemungkinan terburuk dengan cara yang terbaik.


Yah..kalau aku boleh menyarankan untuk dunia. Berbahagialah kamu yang dicintai. Namun belajarlah mencintai. Karena dengan mencintai kamu bisa menghargai. Dengan menghargai kamu tahu bagaimana berlaku yang sebaik-baiknya secerdas-cerdasnya. Dan dengan berlaku sebaik-baiknya kamu tahu bagaimana rasanya gagal dan dibohongi. Dengan tahu rasanya gagal dan dibohongi kamu tahu dan mengaggumi kebangkitan dari kegagalan dan pengampunan sejati, dan dari kegagalan kamu belajar sejuta kemenangan serta dari pengampunan kamu belajar bersyukur diampuni olehNYA. Karena kemenangan dan pengampunan adalah pencapaian, dan pencapaian tertinggi adalah berkat dan pengampunan Tuhan bukan? dan Tuhan mencintai kita dengan memberikan kita kehidupan?

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." - Yoh 3 : 16
(adakah awalan 'di' yang disampaikan? atau Tuhan selalu memakai 'me'? itu kenapa saya sekarang memilih jatuh dan mencintai saja.)