Sesuatu itu....dimulai dengan kekaguman....
Kekaguman dari mata menjadi rasa....
namun tak berhenti sampai disana karena biasanya akan teraduk dengan keluarnya sifat jeleknya
disanalah toleransi dan menerima berasal semuanya....
semua di mix lagi....untuk menjadi satu dan merata....
lalu mencoba berjalan bersama....
harus ada niat dari keduanya..bukan satu saja....
hingga dunia menyebut mereka selaras adanya.....
itukah kecintaan sesungguhnya ? bersama...apa adanya???
mungkin??? atau hanya aku yang berpikir dan merasa demikian rupa?
Paksakan !
"kita akan merasa lebih puas dengan hasil pekerjaan kita. Karena kita sudah meluangkan tenaga kita lebih banyak" - Tanadi Santoso
Saya sedang tidak bisa tidur ketika menulis tulisan ini. Browsing sana-sini tanpa tahu apa yang saya cari,tak tahu apa tujuan saya. Sampai saya menemukan tulisan pak Tanadi yang saya kutip sedikit sebagai pembuka tulisan saya ini.
Mungkin untuk bacaan dan pemikiran ringan kita, saya ingin memulai dengan sebuah pertanyaan "kenapa kita menghadapi kesulitan dalam maju atau bergerak maju? seakan berat beban untuk maju/berubah atau apapun yang kita sebut selangkah lebih maju.Kenapa?"
Sekedar ingatan dimasa kecil. Seingat saya, saya dimasa kecil tak suka sama sekali dipaksa belajar. Mungkin saja masa itu saya belum benar-benar menghargai apa arti belajar. Apa arti sekolah. Pertanyaan saya yang timbul sekarang, saya sulit maju dan mengerti belajar karena 'dipaksa' belajar? sesuatu yang tidak enak berasal dari luar diri saya. begitukah?
Mungkin maju beberapa tahun, ketika masa SMP & SMA saya ketika jelas pelajaran akan menjadi lebih sulit. Orang Tua saya mungkin sudah bosan memaksa saya belajar dan cenderung berkata "kamu sudah besar, dan harus bertanggung jawab sendiri" Saya di masa itu, malah termotifasi untuk 'sedikit' lebih berjuang sendiri untuk memperoleh kelulusan dan nilai yang 'tidak jelek'
Dan kini kembali ke hari ini. Saya menemukan satu hal. Hal yang mungkin sederhana untuk terlalu dibesar-besarkan. tapi coba lihat..ketika kita DI-paksa melakukan sesuatu kita akan melawan secara langsung atau menjauhi hal itu. Kenapa? karena kita tidak merasa bahagia akan itu. Kita tidak secuilpun memimpikan tujuan dari hal yang kita lakukan itu.
Sekarang, bagaimana kalau kita balik. cari dulu kenapa saya dan anda melakukan suatu hal..tanamkan dalam-dalam hal itu di benak hingga jiwa anda. seperti seorang pelari yang bercita-cita sampai di finish paling awal. Dari niat itu, ketika anda mencoba dan gagal. apa yang anda lakukan?
Saya menemukan, bahwa yang salah adalah kita tidak mencintai benar apa yang kita lakukan, sehingga ketulusan itu tak ada dan rasa TER-paksa yang ada.. Padahal ketika kita SUNGGUH menginginkan sesuatu, mencintai sesuatu, seperti seorang pria yang akan melakukan apa saja untuk memperoleh cinta wanita yang dikaguminya. Kita akan bisa MEmaksa diri kita untuk tidur LEBIH larut memikirkannya, berjalan ratusan langkah LEBIH banyak untuk menemuinya, bahkan bekerja LEBIH banyak untuk bisa menikmati makan malam cantik bersamanya.
Inti dari kemenangan adalah memang LEBIH rupanya. LEBIH berusaha. dan untuk memperoleh LEBIH yang harus kita lakukan adalah berusaha LEBIH, dan bagaimana kita berusaha LEBIH? adalah tidak mungkin dari merasa TER-PAKSA. Yang bisa memulainya adalah CINTA yang TULUS pada TUJUAN ANDA, hingga halangan akan membuat saya dan anda bisa ME-MAKSA diri kita sendiri untuk berbuat LEBIH!
LEBIH baik ! LEBIH keras ! LEBIH disiplin ! LEBIH tulus ! LEBIH tegar ! LEBIH!!!!!
Mungkin untuk bacaan dan pemikiran ringan kita, saya ingin memulai dengan sebuah pertanyaan "kenapa kita menghadapi kesulitan dalam maju atau bergerak maju? seakan berat beban untuk maju/berubah atau apapun yang kita sebut selangkah lebih maju.Kenapa?"
Sekedar ingatan dimasa kecil. Seingat saya, saya dimasa kecil tak suka sama sekali dipaksa belajar. Mungkin saja masa itu saya belum benar-benar menghargai apa arti belajar. Apa arti sekolah. Pertanyaan saya yang timbul sekarang, saya sulit maju dan mengerti belajar karena 'dipaksa' belajar? sesuatu yang tidak enak berasal dari luar diri saya. begitukah?
Mungkin maju beberapa tahun, ketika masa SMP & SMA saya ketika jelas pelajaran akan menjadi lebih sulit. Orang Tua saya mungkin sudah bosan memaksa saya belajar dan cenderung berkata "kamu sudah besar, dan harus bertanggung jawab sendiri" Saya di masa itu, malah termotifasi untuk 'sedikit' lebih berjuang sendiri untuk memperoleh kelulusan dan nilai yang 'tidak jelek'
Dan kini kembali ke hari ini. Saya menemukan satu hal. Hal yang mungkin sederhana untuk terlalu dibesar-besarkan. tapi coba lihat..ketika kita DI-paksa melakukan sesuatu kita akan melawan secara langsung atau menjauhi hal itu. Kenapa? karena kita tidak merasa bahagia akan itu. Kita tidak secuilpun memimpikan tujuan dari hal yang kita lakukan itu.
Sekarang, bagaimana kalau kita balik. cari dulu kenapa saya dan anda melakukan suatu hal..tanamkan dalam-dalam hal itu di benak hingga jiwa anda. seperti seorang pelari yang bercita-cita sampai di finish paling awal. Dari niat itu, ketika anda mencoba dan gagal. apa yang anda lakukan?
Saya menemukan, bahwa yang salah adalah kita tidak mencintai benar apa yang kita lakukan, sehingga ketulusan itu tak ada dan rasa TER-paksa yang ada.. Padahal ketika kita SUNGGUH menginginkan sesuatu, mencintai sesuatu, seperti seorang pria yang akan melakukan apa saja untuk memperoleh cinta wanita yang dikaguminya. Kita akan bisa MEmaksa diri kita untuk tidur LEBIH larut memikirkannya, berjalan ratusan langkah LEBIH banyak untuk menemuinya, bahkan bekerja LEBIH banyak untuk bisa menikmati makan malam cantik bersamanya.
Inti dari kemenangan adalah memang LEBIH rupanya. LEBIH berusaha. dan untuk memperoleh LEBIH yang harus kita lakukan adalah berusaha LEBIH, dan bagaimana kita berusaha LEBIH? adalah tidak mungkin dari merasa TER-PAKSA. Yang bisa memulainya adalah CINTA yang TULUS pada TUJUAN ANDA, hingga halangan akan membuat saya dan anda bisa ME-MAKSA diri kita sendiri untuk berbuat LEBIH!
LEBIH baik ! LEBIH keras ! LEBIH disiplin ! LEBIH tulus ! LEBIH tegar ! LEBIH!!!!!
"karena yang buruk itu TERPAKSA, namun MEMAKSAKAN selama itu pada diri sendiri untuk suatu komitmen dan cinta yang tulus pada tujuan yang tak bercela itu baik adanya" - Christopher Reginald
Subscribe to:
Posts (Atom)