SelayakNya

"In all this Job sinned not nor charged God foolishly" - Job 1:22

Di suatu sore, di pinggiran kota yang sibuk. Seorang anak laki-laki berjalan disalah satu jalan teramai di tempat itu. Dia murung. Mukanya ditekuk. Dia sedang tak bergairah untuk sekedar tersenyum saja. Sampai seorang asing menepuk pundaknya. dan berkata "Apa yang sedang kamu pikirkan nak?".

Lalu anak laki-laki itu menjawab sambil sedikit terkaget "eh...tak ada-tak ada pak...ada yang bisa saya bantu?"

"Bukankah dirimu yang perlu bantuan nak? kulihat dari air wajahmu kamu sedang tak gembira?" jawab orang asing itu.

Dengan sedikit senyum tersimpul anak laki-laki itu menjawab, "sudahlah tuan. Untuk apa anda bertanya pada yang orang asing bagi anda? Apa untungnya buat anda? saya tak apa-apa. hanya sedikit lelah."

Lalu orang asing itu menimpali "Nak, mungkin kamu tak bisa berbagi pada orang terdekatmu, mungkin kamu memang sedang tak ingin berbagi. apalagi berbagi denganku Tapi lihat dirimu. Kamu tidak menjadi dirimu sendiri karena pikiran rahasiamu itu.Kamu menambahkan bebanmu dengan majah lusuhmu. Mungkin saya tak bisa memberi tahumu, tapi sore ini makin risih karena keberadaan wajahmu tanpa senyum"

Dengan wajah tak begitu senang anak laki-laki itu menjawab orang asing itu "Terserah apa kata anda. saya tak perduli! Anda membuat saya kian tak nyaman dengan masalah yang sudah ada.!" lalu anak laki-laki itu tercekat..terdiam..usai nada tinggi terakhirnya.

Orang asing itu malah merangkulnya, dia berkata "AKu mungkin tak tahu masalahmu, dan aku mungkin tak berhak tau anakku. tapi lihat dirimu. kamu bukan menjadi pemecah masalah kalau begini. kamu hanya menjadi masalah baru bagi dirimu. dengan tidak berbagi. dengan memendam sendiri, dengan berkebenaran sendiri. dengan menyalahkan usikan saya tadi. atau bahkan dengan wajah kusammu itu"
Lalu orang asing itu melanjutkan "Coba kamu pikirkan. kalau kamu mencoba berbagi dengan orang lain, kalau memang orang terdekatmu tak bisa kau bagi, lalu cobalah tersenyum. lalu cobalah bukan menerima namun menghidupi semuanya. apakah ini akan jadi seburuk ini?"

Dan anak itu hanya menggeleng.

Lalu sambil berjalan keujung sebuah perempatan yang ramai orang asing itu berpesan "Sesuatu yang salah baik dari dirimu atau dari siapapun disekitarmu jangan ditambah dengan murung wajah dan hati. Lihatlah kedepan dengan niatmu nak. disebrang sana masih banyak harapan. disebrang sana masih banyak jalan cerita kehidupan.Jangan pernah berharap apa yang salah dibelakang dibenarkan, karena memang tidak akan. Kesalahan itu tanggung jawab, dan tanggung jawab itu harus diemban si bersalah, dan walau memang baiknya yang benar mengembannya bersama si salah, namun biar bagaimanapun salah adalah tanggung jawab, dan tersenyum akan memulai perbaikan dengan baik sekejam apapun kamu harus sampai diseberang ! Harus !"

Dan sambil berpamitan untuk menyebrang orang asing itu berbisik "Kamu harus ditemukan layak untuk maju, layak untuk dimaafkan, layak juga untuk memaafkan, dan layak untuk sampai diseberang. Dan senyuman, rasa syukur, dan niat serta tidak bercela adalah zebra cross untuk sampai disebrang sana, bukan apa yang ada dipikiran, rasa yang ada dihati, atau apa..bukan...semua harus SelayakNYA dibuktikan. Salam"

Semangat buat sahabat

Ntah dimana kau hari ini,
bukan..bukan bermaksud untuk mengusik namun mencari....
hanya saja terbersit tentang kau dan dirimu yang kini terlihat mencoba bangun dari murung hati
atau itu hanya kata-kata dari profilmu di dunia maya?

yah aku tak ingin berasumsi...
hanya ingin memberi dan menjadi tempat berbagi....

kalau ini soal kelelahan,
ketahuilah bahwa kesempatan itu selalu ada selama kita belum tenggelam dalam kematian
jika ini perihal rasa yang tidak adil seakan,
pahamilah kalau 'rasa' itu kadang subyektif dan terlalu egois untuk disama ratakan
bila ini tentang bagaimana kita terus bertahan dalam kehidupan
tak ada yang harus dipertahankan kalau kita menganggap hidup itu pemberian bukan???

mungkin aku sok tahu dan asal bicara
mungkin kita juga hanya idealis-idealis yang mulai terkikis kenyataan dunia
namun ntah mengapa aku yakin wahai kamu disana
kalau dunia itu cuma tempat tak bisa berbuat apa
yang bisa mengkondisikan cuma asumsi dan persepsi kita
dan itu yang buat kita sengsara

yang nyata di depan mata itu tak seburuk dan tak sebaik itu
semuanya hanya soal berapa bobot baik buruk kau taruh ditimbangan tentang hal itu
selebihnya cuma pemanis dan pemahit napas ini sebelum jadi debu
jadi tetap semangat sahabatku...

takkan ada yang pernah habis sebelum benar-benar ajal menjemputmu
takkan ada yang pernah sukses sebelum kau masuk ke Surga itu
dan takkan ada yang pernah berubah dan harus dirubah selain jadi dirimu
karena Tuhan membiarkan ada kamu untuk keunikan dan cerita hidup khusus atas namamu.

Tuhan memberkatimu !
Semangat sahabatku !

Kota Tua 3 - Sunda Kelapa (dari balik Infra Red Kamera)

Sesi 3 : "Akhirnya sampai di ujung Jakarta"

Hari seingat saya waktu itu sudah menunjukan jam 3 sore (kurang lebih lah...ini bukan berkas perkara kepolisian kan?) Saya turun dari mobil dan disambut tiupan angin pinggir laut diaduk sempurna dengan debu pasir pelabuhan. Ditambah dengan bumbu embun air laut. Alhasil bukan berlindung badan malah badan jadi tameng buat 'pacar' bernama kamera. (Kadang memang tukang photo suka berlebihan dalam hal-hal model begini)

di galangan kapal

Ini kali pertama saya menginjakan kaki benar kedalam pelabuhan 'tua' ini. Tak menyangka dulu inilah salah satu ujung laut Jakarta. Pelabuhan strategis dekat pusat kota. Yah, sebenarnya kalau orang niat jalan kaki dari Fatahilah masih sampai tanpa harus ganti betis dengan tales.

Kesan pertama saya dengan pelabuhan ini. TUA. Kapal-kapal besar dihadapan saya, berkesan bukan kapal canggih. Kapal ini mungkin buatan baru (mungkin....) tapi kelihatannya masih sangat tradisional.. Beda jauhlah dengan kapal peti kemas di Priok. Jauh.... bahkan ketika bersandar.mereka masih membentangkan kayu penyebrang ke dermaga.

bersandarnya raksasa tua

Mungkin itu saja kesan tentang Sunda kelapa secara umum. namun tak berhenti sampai disitu kali ini. karena disini saya tak mungkin makan lagi kan seperti di Pusat kota tadi?

Yang jadi perhatian saya adalah orang-orang yang hidup di komunitas ini. Mulai dari pemilik kapal-kapal kecil, yang cuma bisa jadi 'ojek' angkut orang atau barang berkeliling atau menuju kapal yang parkir sedikit keluar dermaga karena tak kebagian tempat. Orang-orang ini harus memanage uangnya dari hasil sepuluh dua puluh ribu per orang penumpang dengan tenaga kayuhny atau dengan bensin beberapa liter, harus bersisa untuk makan seisi rumahnya.

Ojek Dermaga


lain ojek dermaga, lain lagi kuli panggul. banyak orang bekerja sebagai kuli panggul disini. saya rasa kalau diperhitungkan secara variabel (kenapa harus ada perhitungan matematis ya???) mungkin sekali manggul satu gendong dia bisa disetarakan dengan sesuap nasi dan lauk? (atau saya berlebihan?) ntahlah..yang jelas..pekerjaan itu berat...dan belum tentu semua kita mampu bukan???

sesuap sepanggul

Lepas dari para bapak pekerja di dermaga. saya dan beberapa kawan memilih naik salah satu ojek kapal dengan mesin kayuh (intinya bapak ojeknya yang mengayuh). Dari atas kapal di hulu sini saya bisa banyak mendapat moment-moment kapal dengan lebih jelas, dari yang bersandar hingga yang terlihat siap berangkat melaut.

sunda kelapa siap berlayar

Lepas beberapa menit dan beberapa deret kapal seperti photo diatas, ada beberapa anak yang bermain diatas beberapa kapal. Konon kata masyarakat sekitar anak-anak ini adalah anak-anak yang memperoleh sedikit 'uang jajan' bentuk koin dengan cara menyelam mengambil uang-uang koin yang dilempar oleh pengunjung seperti saya. sayang saat itu saya dan teman-teman meninggalkan dompet dan isinya di teman yang tak ikut di dermaga.

Namun, mereka rupanya memang pemain sejati lautan. dari ujung kapal mereka meloncat dengan ke air dengan jarak 3-4 meteran (anda berani???), lalu mereka tidak naik dengan tangga seperti kita di kolam renang, mereka naik dengan tambang. murni tambang jangkar kapal yang labuh..lalu meloncat lagi...


Bungy Jumping

Manusia Tambang


Sadis !! takjub...ini permainan sungguh menantang...dengan air yang tak terlihat dasarnya mereka (walaupun saya rasa mereka sudah punya hafalan untuk daerah jajahan mereka ini) berani benar..tapi ya itulah..andai mereka punya play station..gak mungkin mereka begini kan???

Sisanya...tinggal lelah yang tersisa...dan takjub akan hasil infra red yang yah gak terlalu mengecewakanlah...semoga bisa berbagi dan jadi inspirasi buat teman-teman semua yang ingin mencari inspirasi di kota tua, dari tempat sembahYang hingga ujung jakarta tertua bernama Sunda Kelapa.

oh Ya..ada satu lagi, kata orang dalam setiap photo harus tetap ada yang cantik, ini ada satu photo dengan model seorang teman (terima kasih buat Selma)... Karena backgroundnya ok, dan modelnya juga ok, photonya cukup bisa diterima kan?

harus tetap ada yang cantik

Salam dari dermaga tertua di Jakarta

Kota Tua 2 - Pusat pemerintahan (dari balik Infra Red Camera)

Sesi 2 : Pusat pemerintahan

Yah...mari kita mulai berpindah ketempat lainnya...dan tujuan saya selanjutnya adalah 'pusat kota' Batavia jaman itu. Mungkin semua lebih mengenalnya dengan Komplek Museum Fatahilah (kini sering disebut-sebut museum Jakarta).

Sampai disana aku teringat stok photo lama yang mengguratkan rona awan yang tak biasa. Kenapa tak biasa? karena photoshop sama sekali tak bertaji dalam karya ini, ini murni Tuhan dan keberuntungan kamera yang bermain untukmenghasilkan gambar ini. (Oh ya..ini tidak diambil dengan Infra red kamera. Gambar ini diambil dengan Canon 350D dengan lensa 18-55mm..hehehhe.kata para mbahnya photographer, photo itu harus dikasih identitas)


Fatahilah Freak Sky

berhubung saya sedang menjinjing kamera infra red jadi yang saya cari salah satunya yah kecantikan awan. Mana mau saya sudah panas-panasan malah gak dapet awan sebagai kosmetik photo saya.Rugi!!!

Tapi di pusat kota ini, saya gak banyak menjepret. Rasa lapar, dan buru-buru mengejar waktu ke Sunda kelapa menghentikan tangan saya untuk terus pegang kamera dan menggantikannya dengan sepiring kapal selam..hehehehe..ditambah teh botol segar..hehehehehe...

yah yang tersisa hanya jepret dua bangunan yang mungkin tak sekesohor museum fatahilanya namun ada di komplek Gubernuran itu...(begitukah menulis gubernuran????)

Cafe Batavia

Sisi Murung Kota

Yah..dari sesi ini, memang tak harus meninggalkan kesimpulan dan kesan kan? toh meninggalkan memori photo, dan rasa kenyang sehabis melahap kapal selam bukan?

Haha, Salam dari pusat pemerintahan kota tua

Kota Tua 1 - Pecinaan (dari balik Infra Red Camera)

Akhirnya saya sempat lagi berbagi dengan dunia. Sebulan tidak berbagi, saya ingin berbagi dengan cara yang sedikit baru mungkin. Tidak dengan frasa tapi dengan makna. Yah, makna dari gambar, makna dari hasil jepretan saya.
Mungkin sebelum saya menampilkan hasil jepretan saya, saya mau berterima kasih pada sahabat blog exalandra (http://exalandra.blogspot.com) buat inspirasi mencemplungkan gambar-gambar menarik di gudang inspirasi ini.

Photo-photo ini saya ambil beberapa waktu lalu. Bersama perjalanan dengan teman-teman Liga Fotografi FEUI. tak ada tema khusus dari photo-photo ini. Lokasinya disekitaran kota tua sampai keujung pelabuhan sunda kelapa. Sangat tidak istimewa mungkin, namun toh saya hanya ingin berbagi hasil memori yang bisa dinikmati oleh lebih dari sepasang mata saya. kalaupun dibilang berbeda, karena gambar-gambar ini saya ambil dengan Infra red kamera itu saja..

Sesi 1 : Pecinaan

Sampai di Pecinaan, saya coba mengambil gambar salah satu Vihara kesohor disana. biasanya atau setidaknya saya tahu nama Vihara itu bernama Toa Se Bio (maafkan bila saya salah menulis atau pengejaannya). Cuaca yang terik rupanya membawa berkah tersendiri dengan menghasilkan rona awan yang menarik. Yah, kata orang selalu ada tradeoff dari satu kondisi ekstrim bukan?
Toa Se Bio Gate

Yah..masuk lebih dalam, saya tertarik mengabadikan 'si penjaga' Vihara. Bukan..penjaga itu bukan seperti penjaga istana negara yang merupakan manusia. Penjaga Vihara atau bangunan etnis Cina biasanya berupa naga atau singa yang sering disebut liong atau kylin (lagi-lagi maafkan kalau penyebutan dan pengejaannya salah).

Guardian Dragon

Saya mengambil gambar patung ini, karena walaupun bentuknya cuma patung, ntah mengapa patung ini begitu mempunyai daya tarik apa lagi buat pemilik bangunannya. Bahwa patung ini memang merupakan 'penjaga' ampuh buat para penghuninya lepas dari percaya tentang efeknya atau tidak ada hikmah penting yang dibawa dari keberadaan patung ini buat kita semua, yaitu bahwa suatu berkat dan pemberian itu harus selalu dijaga. Karena rasa syukur yang paling berharga kata bapak saya adalah memelihara (dan saya setuju soal itu)

Sebelum saya sampai ke pintu masuk, saya tertarik lagi soal bagaimana bentuk atap dari rata-rata bangunan pecinaan terpampang di hadapan saya. atap berkepala naga dan bunga teratai di atap berpucuk satu. Saya sih ndak tahu kenapa atap harus berbentuk begini..ini murni cuma kekaguman kok. tidak ada pengetahuan ala ahli budaya dalam photo ini.Cuma sekedar berpikir "kenapa ya mereka repot-repot mengukir sebegitu cantik atap berbentuk teratai dan kepala naga?"
Toa Se Bio

Karena saat itu hari makin siang, yah mungkin yang terakhir soal bangunan-bangunan pecinaan. ada dua hasil jepretan setelah ini, namun ini yang saya paling kagum pada bangunan hasil tangan mereka (siapapun mereka di pecinaan atau mereka yang mempunyai visi sama dalam hal ini). Coba perhatikan dua gambar ini :

Papan Nama Hian Tan Keng
keduanya saya ambil di vihara itu namun katakanlah di dua bangunan berbeda. kesamaannya, yah keduanya adalah pintu gerbang. pintu masuk! namun bukan kesamaan itu yang mungkin mengelitik saya melainkan kenapa ada papan nama besar disana? Narsis amat pikir saya.
Namun saya teringat film-filmnya Wong Fei Hung (heheheheh) disana saya melihat ada kebanggaan dan rasa syukur atas papan nama itu. Papan nama buat mereka adalah satu kebanggaan dan harga diri sebagai ujud syukur bahwa dari kebesaran yang maha kuasa itu (dalam ujud nama dan katakanlah dalam bahasa masa kini brand) mereka memperoleh suatu nilai tambah sehingga mereka pertahankan benar kebesaran papan nama itu. Bahkan di papan nama sebelah kanan, mereka sampai tulis bahasa Indonesianya (ejaannya) supaya orang tidak salah sebut.

Yah..yah...
Mungkin omong kosong bersama photo-photo saya tak penting,yah maklum dari jepretan seadanya dari pecinaan di daerah Glodok Kota, namun kalau saya boleh mengambil pesan. sesuatu yang unik dan besar itu tidak datang dengan sendirinya begitu saja. Dia datang dari rasa syukur dan pengabdian yang besar. Mungkin begitu ya?

Dari jepretan-jepretan di pecinaan kota tua, teriring salam dari saya.