Terapi Syukur : BADUT (hidup dari senyuman)




"Aku tersenyum karena masih banyak yang lebih tidak punya daripadaku" - Agustina Kurniawati

Malam semakin larut. Baju besar gombrong itu berjalan seperti gorila dibalik remang-remang lampu jalan pinggiran kota. Kian dekat ia kian terlihat. Seseorang berpakaian badut gembul berpakaian warna warni. Warna-warni itu kuyup, karena diperjalanan dia kehujanan. Make-up khas wajah badut itupun luntur tak karuan, putih tersisa sedikit disimpul pipi, dan gincu merah sudah meleber ke dekat pangkal hidung dan dagu...

Hari itu mungkin bukan hari pak badut. Ia belum sampai karnaval malam ketika hujan sudah habis-habisan mengguyur pusat kota.

Ketika hujan datang, pak Badut merasa pedih setengah mati....ia membatin "jangan sekarang!!!kenapa aku harus kehujanan??kenapa??? Bisakah hujan menunggu kantongku penuh dulu?"

Tapi keteguhan dan kesendiriannya menoelnya untuk terus membadut..dengan kuyup dan berantakan dia sambil berjalan pulang mendatangi keramaian anak-anak di kompleks demi kompleks yang dilewatinya ditemani redanya hujan...mencoba menjugling bola tangan sampai sulap dengan tawa dan ekspresi bodoh badut, dengan tambahan wajah tolol kehujanannya...walau perih kecewa kesempatan bahagia dan banyak rejeki di karnaval tak bisa digapainya...ia tetap pamer senyum badutnya...

Hasilnya??? Yah..adalah...paling tidak untuk makan malam ini, dan simpanan besok serta beli pewarna muka...

Di gubuknya..ia sudah sampai...dia melepas kostum, lalu membersihkan rias wajahnya...dan terlihat wajah letih itu..tapi..kebiasaan menghiburnya..membuat dirinya terdidik untuk satu hal..tersenyum...walau itu senyum diatas airmata kesusahan...dan begitulah harinya hari ini..Pak Badut...


"Jiwa ini bebas mencintai apapun dan siapapun! Rasa ini bebas mengingi apapun. Yang baik adalah terus menghibur dan tersenyum lepas dicintai atau terkabul tidaknya ingin itu" - Christopher Reginald