Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. (Ibrani 11:1 TB)
Seorang anak berjalan lunglai disebuah sore yang sendu. Ketika mendung menemaninya, Ia tak tertarik untuk berjalan lebih cepat dari biasanya. 'ah biar sajalah, Hujan mungkin menyegarkan ditengah pengharapan yang kosong dan tidak terjadi ini' pikirnya dalam hati.
Teringat harapannya putus ketika ia gagal memperoleh beasiswa perguruan tinggi idamannya, Bahkan harapannya untuk meneruskan pendidikanpun runtuh sudah. Pilihannya tinggal mencari kerja, menyambung hidup, dan membantu kedua orang tuanya. Yah...mungkin berusaha tetap menyalakan perapian mimpi adik-adiknya yang masih mungkin punya harapan kuliah.
Dia mulai berpikir ketika hujan rintik-rintik mulai membasahi tanah. 'apakah ada yang lebih baik dari melanjutkan pendidikan? kalau tak ada, kenapa Tuhan bahkan tak membukakan pintu untuk kesempatan itu?'
4 tahun kemudian....
seorang pemuda dengan tegap melangkah menuruni pesawat ditemani hujan, bedanya ini hujan salju di sebuah musim dingin, di belahan utara bumi. Amerika.
Dia orang yang sama yang 4 tahun lalu berjalan di pinggir sawah mempertanyakan harapannya. Bedanya, kini ia diterima di perguruan tinggi terbaik di dunia untuk jurusan yang dipilihnya.
beda yang harus dinanti, dijalani, dan diharapkannya selama 4 tahun,
4 tahun dimana dia harus melihat ayahnya sakit dan bangkrut serta menjadi tua.
4 tahun dimana dia bisa melihat adiknya menjadi seorang dokter sebelum ia mengenyam pendidikan sarjana,
4 tahun dimana dia berhasil mengembalikan bahkan melipat gandakan pertanian ayahnya dari kuli sawah, menjadi tuan sawah
4 tahun dimana ia dengan semangatnya berhasil mengalirkan air dari sungai dibawah jurang ke atas bersama bantuan orang-orang dari kota bahkan tanpa satupun sarjana di desanya membantu
4 tahun dimana dia dua kali sudah bolak balik berada bangkrut dan berada lagi
4 tahun dimana ia memiliki setumpuk harapan yang silih berganti terjadi dan tidak terjadi
4 tahun dimana akhirnya dia tidak peduli apa yang terjadi
karena kini pikir pemuda itu 'tidak ada yang mustahil untuk sebuah harapan! karena dengan berharap aku mengasah imanku. dengan iman yang terasah, aku makin mengerti bahwa Tuhan tidak sedikitpun meninggalkanku. Dengan mengerti Tuhan tidak meninggalkanku aku menjadi selalu rendah hati untuk belajar, belajar untuk kegagalan, penolakan, penundaan atau bahkan kehilangan. Namun satu buktinya. bahwa yang kudapat pasti yang terbaik! yang jauh dari yang kuharpkan.
Jauh lebih khusuk dalam berdoa. jauh lebih setia dalam berhikmat, jauh lebih sederhana dalam kelimpahan yang Tuhan berikan, jauh lebih tidak kuatir atas apa saja, dan jauh lebih yakin dan bercerita bahwa Tuhan SELALU memberikan yang terbaik bagi kita, apalagi yang mengasihinya...'
BUKTInya? saya!!! karena Tuhan menunda untuk sesuatu kematangan! Tuhan menolak karena itu jalan yang tidak tepat! Namun DIA ada dengan WAKTU dan SOLUSI atau bahkan HADIAHNYA! sebutlah itu BUKTI, kalau memukau kita sebut MUKZIZAT, untuk yang mengasihinya, itu adalah KEMURAHAN HATI yang ada SEUMUR HIDUP. ingat!! saya BUKTInya!
Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (1 Korintus 2:9 TB)