Dari inspirasi utak utik dunia 'kata' di semesta maya pada malam tanpa judul,
Saya sedang asyik berpikir...ketika sebuah tanya membuntukan jalan pikir saya. Pertanyaannya, mana yang akan menang dalam pertandingan menuju 'pemulihan' di sebuah permasalahan, sosok yang cukup tangguh yang resisten akan terpaan masalah, atau...sosok yang cukup bijak memaintain masalah itu ?
Si tangguh : musuhnya mungkin adalah waktu
Saya coba melihat kasus-kasus sikap tangguh. Tangguh disini mungkin lebih kearah difensif terhadap terpaan. tidak melawan dengan asumsi "batu jangan dilawan dengan batu"
Dalam kenyataan, saya sering dengar ucap "kesabaran membawa berkah atau jawaban". Orang-orang yang mampu bertahan dan menunggu adalah orang-orang yang seakan layak untuk menerima 'fajar baru usai badai' dikehidupannya. Tapi apa selalu demikian? Jelas memang, kemampuan menahan terpaan seseorang memperpanjang 'nafas'nya dalam masalah yang ada. Tapi seberapa lama?
Kalau analoginya tim sepakbola. Tim yang cenderung bertahan, berarti berjuang melawan waktu. 2 x 45 menit di pertandingan normal. atau ditambah extra-time bila pertandingan itu harus ada pemenangnya. Tapi lalu ada pertanyaan, bagaimana saat harus menghadapi adu penalti untuk tentukan pemenang? Analogi ini seakan bertanya pada saya, bagaimana kalau masalahnya bukan waktu?
Si bijak : tujuanku adalah menyelesaikan semua itu !
Saya berpindah menjadikan diri menjadi 'si bijak'. Karena ketika waktu begitu lama atau bahkan berhenti, si tangguh menjadi buntu. Seperti es abadi di kutub yang tak cair diterpa lautan, sampai alam memiliki panas yang cukup atau berlebih untuk mencairkannya dalam kasus global warming mungkin.
Si bijak tidak bermain dengan waktu rupanya. Si bijak rupanya tahu kalau waktu memiliki kecerdasan berlebih untuk mengikis pertahan berlapis yang tangguh sekalipun. Si bijak mencoba mencari jalan lain. Dia mencoba bekerja sama dengan kecerdasan untuk menyelesaikan masalah ini secepat mungkin.
Namun, kecepatan membuat pola tak teratur kadang-kadang, membuat keteledoran yang memaksa masalah ini kian runyam.
Karena masalah ini kian pelik, si bijak kini mencoba mengarahkan perjalanannya dengan sedikit lambat. "Pelan tapi pasti" ucapnya, namun di balik itu si bijak memohon pada Penciptanya agar ia diberkatiNya dengan arah yang tepat.
Masalah tak berhenti dan tak berkurang membuat si bijak jengah dan berhenti sejenak. Dia mencoba mencari apa yang salah. Namun dia tak menemukannya. Hingga akhirnya dia meminta lagi pada Penciptanya, namun kali ini dia meminta kesabaran untuk hadapi masalah ini.
Selang lagi waktu, Si bijak, belum juga berhasil. Namun ia tak jemu datang lagi pada Penciptanya, dan dia kini meminta dan berusaha untuk menemukan jalan keluarnya, karena ia telah memiliki keyakinan akan arah yang tepat dan memiliki kesabaran. Dan akhirnya diapun bisa usaikan masalahnya.
'Cukup tangguh' atau 'cukup bijak' : kombinasi kecerdasan dan berkat !
Saya memperoleh sesuatu yang mungkin esensial akhirnya. Orang tak cukup tangguh karena kadang yang dibutuhkan bukan ketangguhan. Namun apa yang dibutuhkan? kadang kecerdasan kita membuat kita menjadi orang paling sombong yang membuat kita lupa dan malah tak temukan jawabnya.
Saya kini mengerti, bahwa waktu itu hanya gocekan lawan ketika kita harus menghadapi suatu masalah. Toh, bukan waktu masalahnya. Masalahnya adalah masalah itu sendiri.
Dalam menghadapi masalah, bukan seberapa cepat dan seberapa tepat sebuah tembakan, namun apakah tembakan itu menjadi sebuah gol dalam sebuah pertandingan sepak bola.
Rupanya, lebih penting untuk tetap on-track agar perjalanan tetap teguh untuk mencapai tujuan. Agar kita tidak buang-buang waktu untuk hal tak perlu. Tak perlu disini juga bukan 'tak perlu' dalam logika semata, melainkan 'tak perlu' yang juga menimang kemungkinan peran serta Tuhan di dalamnya.
Sebab rupanya saya melihat sesuatu yang mengecilkan saya selama ini. Saya lebih sering menghadapi masalah kalau tidak dengan difensif tanpa counter attack yang baik dan terencana, atau saya lebih sering membabi-buta, 'ingin cepat selesai a.k.a. instant' Jadi??? saya tak mendapat semuanya..
Masalah itu selesai dengan konsistensi, disiplin, penyerahan diri, ketahanan, dan senyuman rupanya. Sederhananya : Tidak setengah-setengah !
Cukup mengerti kehendak Tuhan!
ReplyDeleteLogic and Great!
ReplyDelete