Mungkin banyak jiwa bertanya-tanya dalam dirinya "Kenapa saya tidak bisa menyampaikan ini/itu pada orang lain?" atau sekedar bergumam dalam diri "sebenarnya ini/itu yang saya maksud !!" Apakah jiwamu pernah begitu? Kenapa begitu ?
Meyakini sebuah kebenaran
Setiap aku ditanya olehnya "baiknya bagaimana ini? pilih 'A' atau pilih 'B' ?" aku selalu terdiam, dan kalaupun aku menjawab aku butuh waktu lebih lama dan lebih siap untuk menjawabnya. Walaupun jujur, dikepalaku tersirat sejuta pilihan jawaban, namun aku tak yakin ini benar, atau yang itu yang benar.
Aku terlalu takut salah..namun rupanya bungkam dan rasa takut itulah yang membuat aku kian salah dalam sebuah pengambilan keputusan. sungguh !
Ungkapkan saja ! jangan pernah takut salah ! itu rupanya hal yang terbaik dalam perjalanan. Dengan mengungkapkan, jiwaku mengambil tanggung jawab jika terjadi kesalahan. Jiwaku dituntut harus belajar lebih dan lebih agar kemungkinan kesalahan itu kian menipis, dan moga-moga habis...
Jangan lari adalah pilihan terbenar, walau mungkin akan menghasilkan suatu pilihan yang salah. tapi lagi-lagi, kesalahan hari ini adalah proses menjadi benar, namun itu akan lebih cepat matang bilamana kita berani mengambil tanggung jawab itu rupanya. tanggung jawab untuk meyakini sebuah kebenaran.
Mau atau tidak mau?
Ketika harus mengungkapkan suatu yang riskan, aku selalu kuatir, karena apa, ya karena aku tak menguasai hal itu. Aku terlalu awam akan hal itu. Namun sedikit menyambung simpul sebelumnya Ini soal kemauan bukan soal pengetahuan.
Pertama, ini soal kemauan untuk jujur mengakui keadaan. Bahwa kemampuanku hanya sampai disini. tidak kurang, tidak lebih.
Kedua, dengan menungkapkan ini berarti mengikrar diri untuk MAU lebih baik lagi.paling tidak dalam memilih hal yang sama dari hari ini.
Takut kehilangan ? kamu yakin?
Alasan orang paling klasik dalam tidak berani mengungkapkan adalah takut disalahkan/kehilangan.
Seorang anak akan mengumpatkan vas bunga yang pecah karena takut dimarahi ibunya. Seorang kekasih menyimpan ungkapan cinta pada sahabatnya supaya bisa terus bersamanya.
Aku sadar memang kehilangan dan dipersalahkan adalah hal paling menyesakan dalam dunia ini mungkin. Namun aku sadar satu hal..mungkin bgini ilustrasinya....
Anak kecil pemecah vas tadi tidak akan lebih hati-hati bila dia tidak dimarahi. Namun anak kecil itu akan jauh lebih berhati-hati dan sigap ketika secara sadar dia datang pada ibunya..jujur, baik dimarahi atau tidak 'memarahi' dirinya sendiri atas kesalahannya, ketimbang dia belajar menyembunyikan segala hal yang seharusnya mungkin tidak seburuk yang dia kira.
Sang kekasih yang mencintai sahabatnya, mungkin akan merana sepanjang hidupnya, apalagi melihat sang sahabat dimiliki orang lain, hanya karena ketakutan kehilangan, padahal dia juga akan kehilangan bila tak berucap. Bila saja dia berucap dan ungkapkan, pilihannya cuma dua juga bukan? sial..sial...dia ditolak dan benar-benar kehilangan (seperti halnya tidak berucap-walauwaktunya mungkin lebih cepat), atau justru dia peroleh apa yang sesuai dengan harapannya. jadi perbedaan mengungkapkan hanya masalah waktu bila hasilnya buruk, namun masalah keberanian bila hasilnya baik bukan?
Pilih mana ? Ungkapkan ? atau diam seribu bahasa ?
Setiap aku ditanya olehnya "baiknya bagaimana ini? pilih 'A' atau pilih 'B' ?" aku selalu terdiam, dan kalaupun aku menjawab aku butuh waktu lebih lama dan lebih siap untuk menjawabnya. Walaupun jujur, dikepalaku tersirat sejuta pilihan jawaban, namun aku tak yakin ini benar, atau yang itu yang benar.
Aku terlalu takut salah..namun rupanya bungkam dan rasa takut itulah yang membuat aku kian salah dalam sebuah pengambilan keputusan. sungguh !
Ungkapkan saja ! jangan pernah takut salah ! itu rupanya hal yang terbaik dalam perjalanan. Dengan mengungkapkan, jiwaku mengambil tanggung jawab jika terjadi kesalahan. Jiwaku dituntut harus belajar lebih dan lebih agar kemungkinan kesalahan itu kian menipis, dan moga-moga habis...
Jangan lari adalah pilihan terbenar, walau mungkin akan menghasilkan suatu pilihan yang salah. tapi lagi-lagi, kesalahan hari ini adalah proses menjadi benar, namun itu akan lebih cepat matang bilamana kita berani mengambil tanggung jawab itu rupanya. tanggung jawab untuk meyakini sebuah kebenaran.
Mau atau tidak mau?
Ketika harus mengungkapkan suatu yang riskan, aku selalu kuatir, karena apa, ya karena aku tak menguasai hal itu. Aku terlalu awam akan hal itu. Namun sedikit menyambung simpul sebelumnya Ini soal kemauan bukan soal pengetahuan.
Pertama, ini soal kemauan untuk jujur mengakui keadaan. Bahwa kemampuanku hanya sampai disini. tidak kurang, tidak lebih.
Kedua, dengan menungkapkan ini berarti mengikrar diri untuk MAU lebih baik lagi.paling tidak dalam memilih hal yang sama dari hari ini.
Takut kehilangan ? kamu yakin?
Alasan orang paling klasik dalam tidak berani mengungkapkan adalah takut disalahkan/kehilangan.
Seorang anak akan mengumpatkan vas bunga yang pecah karena takut dimarahi ibunya. Seorang kekasih menyimpan ungkapan cinta pada sahabatnya supaya bisa terus bersamanya.
Aku sadar memang kehilangan dan dipersalahkan adalah hal paling menyesakan dalam dunia ini mungkin. Namun aku sadar satu hal..mungkin bgini ilustrasinya....
Anak kecil pemecah vas tadi tidak akan lebih hati-hati bila dia tidak dimarahi. Namun anak kecil itu akan jauh lebih berhati-hati dan sigap ketika secara sadar dia datang pada ibunya..jujur, baik dimarahi atau tidak 'memarahi' dirinya sendiri atas kesalahannya, ketimbang dia belajar menyembunyikan segala hal yang seharusnya mungkin tidak seburuk yang dia kira.
Sang kekasih yang mencintai sahabatnya, mungkin akan merana sepanjang hidupnya, apalagi melihat sang sahabat dimiliki orang lain, hanya karena ketakutan kehilangan, padahal dia juga akan kehilangan bila tak berucap. Bila saja dia berucap dan ungkapkan, pilihannya cuma dua juga bukan? sial..sial...dia ditolak dan benar-benar kehilangan (seperti halnya tidak berucap-walauwaktunya mungkin lebih cepat), atau justru dia peroleh apa yang sesuai dengan harapannya. jadi perbedaan mengungkapkan hanya masalah waktu bila hasilnya buruk, namun masalah keberanian bila hasilnya baik bukan?
Pilih mana ? Ungkapkan ? atau diam seribu bahasa ?
"sebab aku tidak akan tahu apa yang aku tidak tahu. Bila aku nantinya tahu pilihanku hanya dua bereaksi positif...atau bereaksi negatif untuk suatu hikmah yang positif..." - Christopher Reginald
No comments:
Post a Comment
Siapapun jiwa yang berucap, baiknya aku mengenalmu, dan kamu akan lebih pahami aku adanya