(sebuah alasan berbuat lebih banyak untuk Istana)
Ditengah lelap mata lautan mimpi
Aku terusik pelan, tersadar ketika dingin berkurang di raga ini…
Selimutku jatuh…dan ada yang membenarkan letak tidurku dibawah hangat itu…
Ntah kenapa hatiku terbangun saat itu….
Dan meringis ketika kecup kening itu datang sebelum tertutup pintu…
Dari dia yang dilihat Dunia…
Keras dan bermuram durja kerjanya….
Dia tak tahu aku terbangun saat itu
Mata memejam menikmati keindahan…
Hati ikut muram tanda penyesalan ?
Ntahlah…yang jelas baiknya ubah persepsiku….
Diselingan seruput minuman hangat pagi yang biasa…
Ketika ntah kenapa aku ingin sekali bicara tentang semua
Dan kami mampu berbagi lebih dari sekedar kebenaran yang angkuh…
Kami jujur untuk saling membangun gapai cita yang pernah runtuh…
“Mungkin aku sudah lelah”
Aku lelaki tua yang mulai jujur hatinya renta…
“mungkin kini aku bisa berbagi untuk jadi kita, Ayah…”
Ntah darimana inspirasi mulutku menjawabnya
Namun semua telah bawaku ke pagi yang lebih berhikmah…
Pada pagi yang lebih bijaksana…
Walau mungkin ini baru awal mula…
Semoga kejujuran dan kepedihannya tak sia-sia….
Karena kecupan kasih dari lukanya…
Karena kejujuran rendah hati dari image pemimpin besarnya
Adalah suatu yang harus kukembalikan dengan sepenuh talenta….
Mungkin bukan untuk masa ini…
Mungin bukan untuknya secara nyata…
Namun takkan kubuat dia sesali semua…
Akan kubuat dia tersenyum ceria atas apa yang terjadi padaku wahai Dunia….
Karena aku tahu kini…
Tuhan tidak sembarangan taruh aku atau kamu di hidup yang begini…
Dia tahu dia mengirimkan yang mampu hadapi…
Itu PASTI !
Tuhan memberkatimu !
Selalu !
Ditengah lelap mata lautan mimpi
Aku terusik pelan, tersadar ketika dingin berkurang di raga ini…
Selimutku jatuh…dan ada yang membenarkan letak tidurku dibawah hangat itu…
Ntah kenapa hatiku terbangun saat itu….
Dan meringis ketika kecup kening itu datang sebelum tertutup pintu…
Dari dia yang dilihat Dunia…
Keras dan bermuram durja kerjanya….
Dia tak tahu aku terbangun saat itu
Mata memejam menikmati keindahan…
Hati ikut muram tanda penyesalan ?
Ntahlah…yang jelas baiknya ubah persepsiku….
Diselingan seruput minuman hangat pagi yang biasa…
Ketika ntah kenapa aku ingin sekali bicara tentang semua
Dan kami mampu berbagi lebih dari sekedar kebenaran yang angkuh…
Kami jujur untuk saling membangun gapai cita yang pernah runtuh…
“Mungkin aku sudah lelah”
Aku lelaki tua yang mulai jujur hatinya renta…
“mungkin kini aku bisa berbagi untuk jadi kita, Ayah…”
Ntah darimana inspirasi mulutku menjawabnya
Namun semua telah bawaku ke pagi yang lebih berhikmah…
Pada pagi yang lebih bijaksana…
Walau mungkin ini baru awal mula…
Semoga kejujuran dan kepedihannya tak sia-sia….
Karena kecupan kasih dari lukanya…
Karena kejujuran rendah hati dari image pemimpin besarnya
Adalah suatu yang harus kukembalikan dengan sepenuh talenta….
Mungkin bukan untuk masa ini…
Mungin bukan untuknya secara nyata…
Namun takkan kubuat dia sesali semua…
Akan kubuat dia tersenyum ceria atas apa yang terjadi padaku wahai Dunia….
Karena aku tahu kini…
Tuhan tidak sembarangan taruh aku atau kamu di hidup yang begini…
Dia tahu dia mengirimkan yang mampu hadapi…
Itu PASTI !
Tuhan memberkatimu !
Selalu !
No comments:
Post a Comment
Siapapun jiwa yang berucap, baiknya aku mengenalmu, dan kamu akan lebih pahami aku adanya