Di suatu sore, di pinggiran kota yang sibuk. Seorang anak laki-laki berjalan disalah satu jalan teramai di tempat itu. Dia murung. Mukanya ditekuk. Dia sedang tak bergairah untuk sekedar tersenyum saja. Sampai seorang asing menepuk pundaknya. dan berkata "Apa yang sedang kamu pikirkan nak?".
Lalu anak laki-laki itu menjawab sambil sedikit terkaget "eh...tak ada-tak ada pak...ada yang bisa saya bantu?"
"Bukankah dirimu yang perlu bantuan nak? kulihat dari air wajahmu kamu sedang tak gembira?" jawab orang asing itu.
Dengan sedikit senyum tersimpul anak laki-laki itu menjawab, "sudahlah tuan. Untuk apa anda bertanya pada yang orang asing bagi anda? Apa untungnya buat anda? saya tak apa-apa. hanya sedikit lelah."
Lalu orang asing itu menimpali "Nak, mungkin kamu tak bisa berbagi pada orang terdekatmu, mungkin kamu memang sedang tak ingin berbagi. apalagi berbagi denganku Tapi lihat dirimu. Kamu tidak menjadi dirimu sendiri karena pikiran rahasiamu itu.Kamu menambahkan bebanmu dengan majah lusuhmu. Mungkin saya tak bisa memberi tahumu, tapi sore ini makin risih karena keberadaan wajahmu tanpa senyum"
Dengan wajah tak begitu senang anak laki-laki itu menjawab orang asing itu "Terserah apa kata anda. saya tak perduli! Anda membuat saya kian tak nyaman dengan masalah yang sudah ada.!" lalu anak laki-laki itu tercekat..terdiam..usai nada tinggi terakhirnya.
Orang asing itu malah merangkulnya, dia berkata "AKu mungkin tak tahu masalahmu, dan aku mungkin tak berhak tau anakku. tapi lihat dirimu. kamu bukan menjadi pemecah masalah kalau begini. kamu hanya menjadi masalah baru bagi dirimu. dengan tidak berbagi. dengan memendam sendiri, dengan berkebenaran sendiri. dengan menyalahkan usikan saya tadi. atau bahkan dengan wajah kusammu itu"
Lalu orang asing itu melanjutkan "Coba kamu pikirkan. kalau kamu mencoba berbagi dengan orang lain, kalau memang orang terdekatmu tak bisa kau bagi, lalu cobalah tersenyum. lalu cobalah bukan menerima namun menghidupi semuanya. apakah ini akan jadi seburuk ini?"
Dan anak itu hanya menggeleng.
Lalu sambil berjalan keujung sebuah perempatan yang ramai orang asing itu berpesan "Sesuatu yang salah baik dari dirimu atau dari siapapun disekitarmu jangan ditambah dengan murung wajah dan hati. Lihatlah kedepan dengan niatmu nak. disebrang sana masih banyak harapan. disebrang sana masih banyak jalan cerita kehidupan.Jangan pernah berharap apa yang salah dibelakang dibenarkan, karena memang tidak akan. Kesalahan itu tanggung jawab, dan tanggung jawab itu harus diemban si bersalah, dan walau memang baiknya yang benar mengembannya bersama si salah, namun biar bagaimanapun salah adalah tanggung jawab, dan tersenyum akan memulai perbaikan dengan baik sekejam apapun kamu harus sampai diseberang ! Harus !"
Dan sambil berpamitan untuk menyebrang orang asing itu berbisik "Kamu harus ditemukan layak untuk maju, layak untuk dimaafkan, layak juga untuk memaafkan, dan layak untuk sampai diseberang. Dan senyuman, rasa syukur, dan niat serta tidak bercela adalah zebra cross untuk sampai disebrang sana, bukan apa yang ada dipikiran, rasa yang ada dihati, atau apa..bukan...semua harus SelayakNYA dibuktikan. Salam"
Lalu anak laki-laki itu menjawab sambil sedikit terkaget "eh...tak ada-tak ada pak...ada yang bisa saya bantu?"
"Bukankah dirimu yang perlu bantuan nak? kulihat dari air wajahmu kamu sedang tak gembira?" jawab orang asing itu.
Dengan sedikit senyum tersimpul anak laki-laki itu menjawab, "sudahlah tuan. Untuk apa anda bertanya pada yang orang asing bagi anda? Apa untungnya buat anda? saya tak apa-apa. hanya sedikit lelah."
Lalu orang asing itu menimpali "Nak, mungkin kamu tak bisa berbagi pada orang terdekatmu, mungkin kamu memang sedang tak ingin berbagi. apalagi berbagi denganku Tapi lihat dirimu. Kamu tidak menjadi dirimu sendiri karena pikiran rahasiamu itu.Kamu menambahkan bebanmu dengan majah lusuhmu. Mungkin saya tak bisa memberi tahumu, tapi sore ini makin risih karena keberadaan wajahmu tanpa senyum"
Dengan wajah tak begitu senang anak laki-laki itu menjawab orang asing itu "Terserah apa kata anda. saya tak perduli! Anda membuat saya kian tak nyaman dengan masalah yang sudah ada.!" lalu anak laki-laki itu tercekat..terdiam..usai nada tinggi terakhirnya.
Orang asing itu malah merangkulnya, dia berkata "AKu mungkin tak tahu masalahmu, dan aku mungkin tak berhak tau anakku. tapi lihat dirimu. kamu bukan menjadi pemecah masalah kalau begini. kamu hanya menjadi masalah baru bagi dirimu. dengan tidak berbagi. dengan memendam sendiri, dengan berkebenaran sendiri. dengan menyalahkan usikan saya tadi. atau bahkan dengan wajah kusammu itu"
Lalu orang asing itu melanjutkan "Coba kamu pikirkan. kalau kamu mencoba berbagi dengan orang lain, kalau memang orang terdekatmu tak bisa kau bagi, lalu cobalah tersenyum. lalu cobalah bukan menerima namun menghidupi semuanya. apakah ini akan jadi seburuk ini?"
Dan anak itu hanya menggeleng.
Lalu sambil berjalan keujung sebuah perempatan yang ramai orang asing itu berpesan "Sesuatu yang salah baik dari dirimu atau dari siapapun disekitarmu jangan ditambah dengan murung wajah dan hati. Lihatlah kedepan dengan niatmu nak. disebrang sana masih banyak harapan. disebrang sana masih banyak jalan cerita kehidupan.Jangan pernah berharap apa yang salah dibelakang dibenarkan, karena memang tidak akan. Kesalahan itu tanggung jawab, dan tanggung jawab itu harus diemban si bersalah, dan walau memang baiknya yang benar mengembannya bersama si salah, namun biar bagaimanapun salah adalah tanggung jawab, dan tersenyum akan memulai perbaikan dengan baik sekejam apapun kamu harus sampai diseberang ! Harus !"
Dan sambil berpamitan untuk menyebrang orang asing itu berbisik "Kamu harus ditemukan layak untuk maju, layak untuk dimaafkan, layak juga untuk memaafkan, dan layak untuk sampai diseberang. Dan senyuman, rasa syukur, dan niat serta tidak bercela adalah zebra cross untuk sampai disebrang sana, bukan apa yang ada dipikiran, rasa yang ada dihati, atau apa..bukan...semua harus SelayakNYA dibuktikan. Salam"