Terapi Syukur : Diet (antara BUTUH, INGIN, dan PERLU)


Setiap orang selalu punya alasan untuk memulai. Memulai apapun, apalagi itu adalah suatu hal yang dianggapnya 'baik'. Begitu juga aku. Walau mungkin apa yang aku mulai ini adalah hal paling memalukan atau hal paling jenaka yang pernah coba kubagikan bagi sesamaku. Cerita sederhana yang menyimpan sedikit pesan yang mungkin tak sesederhana. kelihatannya Cerita tentang bagaimana manusia 'gembul' sepertiku mencoba 'memaintain' nafsu makannya. Sederhananya (kompleksnya akan kupaparkan nanti...)ini cerita soal : DIET.

Kata orang, diet itu tidak makan ini, itu, dan menghindari mengkonsumsi ini-itu diatas jam segini,atau ketika begini dan begitu. semuanya syarat. Dan akhirnya banyak orang termasuk aku mencoba ini dan itu. Hasilnya? hmhhh....sepertinya bisa dihitung siapa yang sukses.

Ada lagi pendapat lain diet itu harus olah raga ini, dan itu.....hasilnya? olah raga itu bikin lapar. yang ada habis ngegym biasanya banyak orang langsung makan. Tidak di fastfood memang, tapi di counter sebelahnya (sebagai suatu pembenaran).


Apa masalahnya?
Ketika aku memulai mencobanya akupun begitu, bahkan jujur sampai detik ini begitu. Bahkan tololnya lagi, aku mencoba beberapa macam asupan khusus (suplemen, and bla bla bla) untuk menginstantkannya. yang hasilnya? sedikit yang puas (Wong, kita kelebihan asupan kok ditambahkan asupannya...aneh...)

Sebenarnya kalau aku pikir-pikir badan kita itu semacam kebiasaan.

Ketika kita benar-benar kelaparan katakanlah itu kita namai PERLU. ke'perlu'an ini adalah yang sesungguhnya harus kita cari. Layaknya perencanaan keuangan keluarga, ini semacam biaya sandang,pangan, dan papan...(primer)

Namun seperti biasa kalau orang sudah mampu lebih, kadang kita mempunyai keINGINan untuk ini dan itu. seperti realita kehidupan, setelah punya rumah, ingin punya dan merasakan rumah lebih besar. Mobil jadi mobil kedua atau yang lebih mewah.

Dan kegemukan (kecanduan, atau segala macam kelebihan 'negatif' lainnya) kurasa timbul ketika keINGINan kita mulai menyamarkan segala sesuatu yang PERLU. Hingga kadang-kadang badan ini merasa BUTUH sesuatu. padahal apakah PERLU atau karena INGIN? coba tanyakan pada diri kita masing-masing.


Berbahagialah !
Kalau ditanya cara diet (mengecilkan perut, atau segala macam diet dari kecanduan ini-itu, kebiasaan buruk ini-itu) mungkin akupun masih harus menjalaninya lebih banyak dan lebih giat.

Namun paling tidak dari perjuangan melewati hitungan kwintal menjadi kilo walaupun masih jauh dari ideal apa lagi six pack. Saranku...BERBAHAGIALAH!

Kenapa berbahagia? Karena hanya orang yang menjalani hidupnya, makannya, kebiasaannya dengan berbahagia tahu benar apa yang memang dia PERLUkan.

Orang yang berbahagia tahu benar cara bagaimana mengontrol keINGINnannya sehingga bisa membedakan mana yang BUTUH atau tidak saat ini. Dan aku setuju akan semua ini.

Aku tidak kehilangan sekilopun dari berat badanku ketika aku merasa makanan-makanan yang kutelan untuk diet itu hanya numpang lewat kerongkongan karena memang tidak 'berasa' apa-apa.

Aku mulai kehilangan kilo demi kilo berat badanku ketika aku merasa cukup dengan mengasumsi yang 'baik' itu karena aku tahu itu PERLU. aku mulai sedikit banyak berkeringat dengan exercise itu bukan karena aku HARUS namun karena aku PERLU itu untuk mengimbangi kelebihan 'gembul'ku ini.

Dengan berbahagia, aku juga tidak segan membiarkan creamy latte atau steak nikmat masuk kekerongkonganku karena aku tahu ada saatnya memuaskan keINGINnan asal aku tahu itu bukan suatu keBUTUHan.

Namun satu hal. Aku Malu bahwa sebagai ciptaaan yang sempurna, aku jauh dari syukur, bahkan soal urusan mengisi perut yang seharusnya urusan di luar kepala. Mungkin bukan hanya urusan perut tapi urusan kita lainnya yang berhubungan dengan CONTROL. Karena bukankah mahkluk ciptaanNya yang paling sempurna tahu yang mana baik dan buruk? Lalu bagaimana bisa tahu kalau membedakan PERLU, INGIN, dan BUTUH saja kita tidak bisa?

Kurasa pemenang urusan diet (makan, atau kebiasaan lainnya) bukan yang berhasil mencapai target kilogramnya, atau target akhirnya semata. Namun dia yang berhasil hidup berbahagia, dan bisa bedakan dengan jelas secara otomatis di hidupnya. antara PERLU, INGIN, dan apakah dia BUTUH.

No comments:

Post a Comment

Siapapun jiwa yang berucap, baiknya aku mengenalmu, dan kamu akan lebih pahami aku adanya