Ekspektasi 2 : menjadi manusia yang lebih siap

Ini tulisan saya yang kedua soal ekspektasi. Jujur saya sendiri tidak tahu kenapa paling tidak sepekan ini saya suka sekali dengan bahasan ini. Setelah beberapa hari yang lalu saya menulis soal ekspektasi selayak sebuah telur emas dipucuk pohon impian yang menyesatkan, kini saya tertarik bertualang pada ekspektasi dari sisi mata uang lainnya. Ekspektasi yang membuat saya dan mungkin semua jiwa menjadi manusia yang lebih 'siap'. 'Siap' untuk apa saja...

Ekspektasi, volatilitas, kenyataan & kesiapan.
Saya memulai cerita sisi ekspektasi ini berawal katakanlah karena saya nyambi main saham, namun bukan soal saya ini semua, ini mengenai seseorang yang ssaya kenal sangat piawai di pasar saham. Katakanlah dia bernama si bijaksana. Usianya yang relatif terbilang tak muda mungkin yang membuatnya begitu bijaksana. Apa hubungannya dengan ekspektasi? Mungkin buat anda dan saya itu sangat membingungkan. Namun, buatnya si bijaksana, jawabannya sederhana "ekspektasi adalah yang membentuk segalanya, di pasar saham ekspektasilah yang menaikan dan menurunkan harga. that's it." katanya.


Beliau menjelaskan begini pada saya "coba kamu bayangkan, kenapa ketika sebuah perusahaan baru dikira-kira akan memperoleh laba lebih besar dari tahun sebelumnya, harga sahamnya sudah naik duluan?" Saya yang bingung bertanya pada bapak ini "Kenapa pak?" jawabnya "karena berarti bagi untung buat pemegang sahamnya diharapkan akan lebih besar, makanya orang mau beli lebih mahal saham itu"

Dari kata-kata si bijaksana tadi saya berpikir lalu bertanya padanya "berarti itu asumsi dong pak? bagaimana kalau ternyata asumsi itu salah?" Lalu si bijaksana menjawab pada saya "itulah indahnya market, penuh asumsi dan ekspektasi. Disitulah kita bisa belajar menjadi bijak dan sigap." Saya jelas makin bingung, apa hubungannya bijak, sigap, dan harga saham? Lalu diseruput kopi terakhirnya (karena saya bertemu dia disebuah coffee shop) dia bilang untuk menerangkan maksudnya

"main saham itu seperti hidup. kamu tetap harus punya mimpi. harus. kalau tidak seperti saham, itu saham tidur terus gak gerak-gerak. Ketika seperti tadi orang kira atau berkespektasi pendapatan akan naik lebih besar dari tahun lalu, itu waktunya kita beraksi dalam satu tindakan. jelas semua tindakan itu punya resiko dan tentunya peluang. karena , kalau tidak percuma kita punya mimpi atau ekspektasi tak dieksekusi. Tinggal kalau ternyata katakan pendapatannya tidak sebagus yang dikira kita harus bagaimana kan? sehingga ekspektasi itu biasa saja. asal kita siap...sigap...bukan malah bertanya harus apa..."

"Kerugian atau gagal itu biasa dan wajar, yang tidak wajar itu orang berkespektasi tapi tidak siap diri dengan resiko yang mungkin terjadi" - Christopher Reginald

No comments:

Post a Comment

Siapapun jiwa yang berucap, baiknya aku mengenalmu, dan kamu akan lebih pahami aku adanya