Terapi Syukur : Karma & kesempatan kedua


"Yes, Karma does exist, but how about the second chance?" - Christopher Reginald

Kembali soal bersyukur. Akhirnya kembali membicarakan syukur setelah sekian lama ngalor ngidul tanpa kejelasan. Mungkin sebelum memulai tulisan ini aku mau berbagi rasa inspirasi dan terima kasihku buat hangat diskusi dengan sesosok bernama Eliza yang dengan '17 again'nya akhirnya menyeruakan soal ini..Soal Karma & kesempatan kedua.

Semua indah di mulai dengan cinta, namun akhirnya?

Saya ada disebuah mal sore itu, ketika dari luar etalase sebuah kafe saya melihat seorang perempuan 'melabrak' pacarnya yang ketahuan berselingkuh layaknya di reality show dengan menyiramkan gelas minum sang pacar kemukanya. Saya (dengan asumsi memang si pacar berselingkuh) jujur menertawai dalam hati kejadian itu. lalu timbul pikiran iseng untuk bertanya. apakah ini Karma dari sebuah pengkhianatan? Kesetiaan seorang kekasih yang dilukai akan mengakibatkan, yah paling tidak dalam hal ini si laki-laki kehilangan muka, bukan hanya dihadapan dua perempuan yang pacar dan selingkuhannya, namun juga publik yang melihatnya??

Teringat pesan bijak seorang sahabat soal cinta yang harus selalu dijaga karena akan pedih benar kehilangan, berarti selalu ada akibat dari sebab(aksi) yang dilakukan atau dimulai dengan tujuan salah? paling tidak yang bernama pengkhianatan sebuah kepercayaan dan kesetiaan?

Namun baik benar karma macam ini. Karena cinta cenderung membawakan pengampunan dalam bentuk 'rujuk'nya banyak pasangan yang pernah salah satunya menyelingkuhi yang lainnya bukan?


'Kecelakaan' melahirkan luka dan cacat abadi?

Berlalu dari pacar-pacar selingkuh. saya melihat sepasang selebritis di televisi, usia keduanya lebih muda dari usia saya. beranak satu, dan sedangan saling gugat cerai. Waw!!!! apa kabar dengan dunia ini rupanya. Apa dunia ini sudah benar-benar sinting? saya saja belum banyak berpikir soal berumah tangga, mereka sudah beranak dan siap cerai, atau katanya siap cerai..berarti saat 'membuat' mungkin juga 'siap' nikah. ntahlah...

Namun yang saya lihat dan saya pikirkan bukan bapak ibunya yang menurutku super egois dan sinting, yang pikirkan bagaimana dengan nasib anak belum satu tahunan itu? bagaimana dia bertumbuh ditengah perbedaan yang jelas sudah di declare bapak ibunya. bagaimana dia tumbuh ditengah kegoisan itu? mau ikut bapak atau ibunya, bukankah tetap anak itu tidak punya pegangan jelas soal bagaimana sih hidup baik yang 'normal' bukan berdasarkan kaca mata bapak atau ibunya?

Ini memang karma bapak-ibunya tapi apa dosa anak ini?? bagaimana anak ini bisa memperoleh kesempatan pertumbuhan jiwa yang sama. mungkin raga baik-baik saja. materi bisa-bisa saja. tapi jiwa dan spiritual? oh Tuhan...bagaimana ini adanya??? apa anak ini harus juga tanggung karma nafsu bapak ibunya?


Dipinggir jalan..Karma ini super tega !

Saat saya sedang berjalan pulang disebuah lampu merah, puas di mall nonton reality show, dan infotaiment di TV soal artis muda yang cerai. tiba-tiba ada tangan muncul disamping jendela saya. dan seorang anak kecil seumuran belum sepuluh tahun saya rasa ada 2-3 orang rupanya meminta-minta, satu tangannya tak utuh, satu tak punya kaki..yang satu dalam kardus tanpa tangan kaki, dan mukanya penuh kusta.

Apa ini Tuhan? apa dosa mereka??? hingga mereka harus terima keadaan seperti ini di usia sekecil ini dengan kekurangan seperti ini? apa mereka tidak punya kesempatan kedua? atau dikehidupan sebelumnya mereka itu senjata pemusnal massal? Ntahlah.....

Yah..kuberi mereka seribu seorang...lalu lampu hijau memaksaku harus melaju lagi...


Kesimpulan tanpa ujung...dan sebuah pesan sederhana...

diperjalanan tersisa kerumah aku berpikir, walau tak sedikitpun aku mencoba mencari tahu kenapa dan mengapa hal itu terjadi terutama soal para orang cacat yang terakhir tadi..Namun mungkin terlalu sederhana, tapi ada tersirat pesan syukur ditengah pengkhianatan, kehilafan & nafsu bahkan kecacatan di mataku barusan..

Karma rupanya hanya reaksi dari aksi yang salah. sesuatu yang dimulai dengan salah tidak akan berakhir dengan benar kecuali ada niat dan akhirnya aksi reformasi dan pengakuan jujur ditengahnya.
Kesempatan kedua, ketiga, keempat dan seterusnya itu selama ini kita masih dapatkan mungkin harusnya digunakankanlah untuk memperbaiki apa yang salah. Apa yang bukan dimata anda benar atau salah, namun apa yang bisa melukai dunia dan Tuhan adalah salah, dan perbaikilah itu. mungkin dari hal-hal kecil dalam rupa ibadah atau apalah(karena sebenarnya setiap kita tahu apa yang masih salah dari diri kita, seperti jujur...kedisiplinan ibadah buat saya..).

Karma dan kesempatan kedua itu bukan suatu yang saling bermusuhan. Untuk perselingkuhan ada pengampunan yang harus diusahakan dan disyukuri. Diperceraian akibat awal mula yang salah, ada bayi kecil yang masih punya masa depan yang harus lebih baik dari bapak ibunya, dan dari anak-anak cacat tadi ada harapan bahwa banyak dari kita membantu mereka, dan mereka bisa berkarya dalam keterbatasannya...

Intinya..semua dengan kacamata syukur dan perbaikan adalah kesempatan kedua itu sendiri. Dan karma hanya semacam pedang mata dua yang selalu ada, menusuk luka buat yang salah, namun pesan mulia dan berharga serta kesempatan bertumbuh yang ampuh buat kita yang masih jauh dari sempurna.

"Bukan...bukan untuk sekedar menghakimi karma itu..ia juga menempa mata hati yang melihatnya menjadi kebijaksanaan yang murni" - Christopher Reginald

1 comment:

  1. Hmmm kalo menurut gua *maap numpang nimbrung*...karma itu harus dilihat bukan sebagai hukuman, tapi suatu proses dimana kita belajar...mungkin konsep masyrakat aja yang membuat kita selalu berpikit bahwa karma adalah hukuman, padahal bukan itu yang sebetulnya terjadi.

    ReplyDelete

Siapapun jiwa yang berucap, baiknya aku mengenalmu, dan kamu akan lebih pahami aku adanya