Terapi Syukur : rekonsistensi


Apa masalah terbesar setiap orang di seluruh dunia? yang bisa membuat masing-masing kita menjadi gila, khilaf, sinting, kejam, atau bahkan mati???

Aku sempat berpikir. Orang terlalu banyak berharap akhirnya kecewa. Orang terlalu banyak kecewa akhirnya menyerah...Orang terlalu banyak menyerah biasanya calon rumah sakit jiwa..orang yang terlalu lama di rumah sakit jiwa...akhirnya mati juga... Menyeramkan bukan?? buruk bukan???

Aku sempat melihat keluarga kaya yang tak habis-habisnya berebut harta...televisi menyajikan pembunuhan karena harta...gila karena harta...tapi apakah tanpa secuilpun materi kita bisa melanjutkan hidup kita? (asumsi saya materi itu bukan saja uang...makanan itu juga materi...) tidak juga...lalu bagaimana???

Saya sebenarnya tak ingin membahas soal harta atau soal sakit hati..atau bahkan sakit badan yang belum saya bahas sebelumnya. Saya seperti kalimat pertama saya ingin bertanya pada dunia..apa yang 'esensi'-nya membuat kita 'rusak'?

Kalau obyeknya jiwa jadi gila. kalau obyeknya badan jadi sakit. kalau obyeknya hubungan (keluarga, sahabat, kolega, bahkan negara) jadi putus, pecah atau...cerai... ITU KENAPA?


Sesuatu yang dimulai harus diakhiri.....
Kalau dipikir-pikir konyol juga semua ini. Kita lahir toh untuk 'pulang' juga. Lalu buat apa ada kegilaan, kesakitan, perpecahan??? Yah..sejauh pemikiran ini berjalan aku hanya menemukan satu alasan yang cukup mengekspresikan semuanya...sesuatu bernama 'KETIDAKPUASAN'. Maka itu mungkin terciptalah suatu kalimat di ilmu ekonomi bahwa "kebutuhan manusia itu terbatas (demand) namun keinginan manusia itu tidak terbatas"

Pertanyaannya kenapa lahir 'ketidakpuasan' dalam diri banyak orang?


Tujuannya apa?
Aku makin menertawai diriku ketika memikirkan ini lebih jauh. Aku kembali ke masa kecilku ketika belajar bersepeda. Aku tahu jatuh itu sakit dan menangis. Namun aku ingin bisa bersepeda agar aku bisa lebih cepat dan nyaman sampai ketempat-tempat yang aku tuju, maka teruslah aku belajar bersepeda.

Tapi..kenapa ketika sedikit dewasa, banyak dari kita malah bersepeda tanpa perhitungan agar memenuhi show off minded kita dengan kecepatan??? hasilnya??? tahu sendirilah..

Jadi aku melihat, bahwa pe-lenceng-an tujuan adalah awal dari semuanya...semua sakit jiwa, sakit badan, bahkan sakit hubungan...karena...bukankah cerita sepeda ini seperti banyak kejatuhan dan kekecewaan datang pada cerita-cerita berbeda?


Mulai dari kejatuhan = mulai dibawah titik nol
Kata orang lebih mudah meraih daripada mempertahankan. Memang hal ini juga sulit dicari pembantahnya...Orang yang bisa kaya dari orang biasa belum tentu bisa kaya lagi kalau pernah jatuh miskin. Orang yang pernah bahagia lalu gila belum tentu bisa sembuh lagi. Negara yang pernah satu, lalu terpecah, lebih dari satu yang kini masih bersengketa...

Jelas bahwa bangkit adalah hal sulit. Yah jelas...Sulit benar...

Ketika seorang tentara belajar disiplin waktu pertama kali..akan terasa sangat sulit...namun tanyalah para veteran...lebih sulitkah untuk bangun pagi-pagi ketika ia sudah tak lagi di akademi dan bahkan sudah pensiun dari kemiliterannya?


Kembali soal syukur dan keinginan untuk terus berarti
Rupanya masalah semua orang di dunia dengan segala macam ujudnya tak lebih dari masalah konsistensi. Konsistensi untuk terus maju, mengkoreksi diri (agar terus berarti) dilengkapi konsistensi syukur atas hari ini..saat ini...

Karena lihatlah...pasangan-pasangan yang sampai mati tetap sehati..Mereka bukan tak punya beda..namun sudah punya 'resep ajaib' yang konsisten mereka 'telan' ketika harus menjadi yang tersakiti

Coba tengok para juara yang bisa comeback ke arena untuk juara lagi. Mereka punya keikhlasan pada pertandingan-pertandingan dan justru tidak berambisi mengangkat piala namun menyelesaikan tiap detail pertandingan itu sendiri.

atau..perhatikan manusia-manusia terkaya di Dunia..kebanyakan mereka berhasil memanfaatkan 'kegagalannya'.. Untuk jadi 'lebih' sejahtera.dan yang bertahan adalah mereka yang berhasil memaknai kesejahterannya...

Intinya??? mereka yang berbahagia itu bukan mereka yang tidak bermasalah. namun memaknai masalah sebagai 'jalan pulang' ke konsistensi awal yang mereka bangun..ke tujuan awal yang mereka bangun...begitu bukan???


No comments:

Post a Comment

Siapapun jiwa yang berucap, baiknya aku mengenalmu, dan kamu akan lebih pahami aku adanya