“Semua orang tahu apa itu keberhasilan, tapi tidak semua orang mengerti bagaimana merekah senyuman !” – Christopher Reginald
Ketika kamu berusaha, ketika kamu ujian di sekolah, atau sekedar ketika kamu bisa menyelesaikan sesuatu tepat waktu, apa yang kamu lakukan? Atau apa yang kamu rasakan? Seberapa besar kebahagiaanmu?
Kurasa setiap orang akan mempunyai jawaban yang berbeda-beda. Ada seorang kawan yang bilang pada saya. “Yah saya bersyukur, tapi toh semua itu adalah hasil dari jer payah saya selama ini. Trade off lah”. Ada juga yang bilang “Nikmatilah, karena semua itu ada dan nanti pasti ada masa sulit yang menggantikannya” dan masih banyak lagi jawaban-jawaban beragam yang timbul dari pikiran saya,kamu, dan mereka tentunya. Intinya ketika ‘memperoleh sesuatu’ kita kadang merasa ‘biasa saja’ atau menikmatinya namun sudah bersiap ketika ‘badai kehidupan’ datang. Lalu bagaimana bila kita sedang berada ‘dibawah’ ?
Ada satu kejadian sederhana yang kadang secara tak sadar kita buat, refleks kita lakukan. Apa itu? Coba ingat-ingat kembali. Pernahkah kamu begini ? Ketika kamu kesulitan rasanya dunia sedang merendammu dalam masalah tanpa batas, reaksi kita? Mengeluh & memohon ! ya bukan ? jarang dari kita yang tertawa riang saat masalah itu terasa lekat dengan kenyataan. Jarang atau bahkan tidak pernah optimisme bahwa ‘habis gelap terbitlah terang’ itu muncul benar dalam tingkah laku, kata bahkan mungkin tak sempat lewat di pikiran kita.
Lalu dimana enaknya hidup kalau demikian?
Ketika kita menang kita sibuk mempertahankan title juara. Saat kalah telak, kita sibuk untuk mencari salah kita mencari bagaimana kita bisa menang. Itulah kita...manusia! manusia itu diberi segalanya untuk maju. Namun dia mengorbankan segalanya untuk maju.
Bukan..bukan tak boleh maju tentunya…namun pemaknaan kita ketika maju tak optimal…ketika mundur apa lagi…
Mungkin dari tulisan ini saya ingin mengajak semua jiwa mencoba menjadi manusia yang mengalir dan sederhana. Bukan tanpa visi dan misi serta semangat. Namun mencoba menjadi kekinian yang sungguh-sungguh. Mencoba menghayati apa yang terjadi dengan alas syukur penuh..
Karena kepedihan tidak akan berharga bila tidak menelurkan senyuman, apa lagi kebahagiaan. Kebahagiaan atau moment bahagia takkan berarti penuh dan jadi percuma, tanpa sesimpul senyuman…
Begitu bukan?
No comments:
Post a Comment
Siapapun jiwa yang berucap, baiknya aku mengenalmu, dan kamu akan lebih pahami aku adanya