"Dia terbit dan juga tenggelam" - Christopher Reginald
Apa sebenarnya yang benar-benar sulit dalam kehidupan ini? Sukses? tidak begitu...banyak orang sukses bahkan segudang orang berhasil di dunia ini. Gagal? kalau hal yang satu ini gak usah diminta, gak ngapa-ngapain saja orang pasti gagal. Paling tidak orang itu akan gagal melangkah bukan?
Lalu apa yang sulit?
Ntah kenapa saya tiba-tiba menengadah ke atas siang tadi. Disebuah perjalanan antar kota. Langit bersih, awan-awan cantik, dan dia begitu gagah di angkasa. Dia...satu-satunya...Matahari...dan dia kali ini memberi saya inspirasi...
Sampai detik ini manusia hanya tahu (saya tidak update dengan soal ada lebih dari satu matahari) hanya ada satu pusat tata surya kita. Mengitari matahari. Dalam bahasa inggris disebut dengan THE SUN karena ke-esa-annya.
Pemikirannya begini....
Kenapa matahari cuma dibikin satu oleh Yang Maha Kuasa? (saya tidak sedang berpikir, 'kalau dibuat lebih dari satu panas', atau 'kalau pagi ada matahari malem ada lagi gak malem dong namanya?') Saya melihat karena matahari melambangkan keperkasaan yang secukupnya. Matahari itu perkasa karena dia mampu menyinari seluruh dunia tanpa terkecuali. Pembagiannyapun adil tanpa diminta. Manusia sulit sebegitu adil dan megahnya bukan? Makanya manusia ada banyak dan matahari cuma satu mungkin. Karena manusia harus bersama-sama menciptakan keadilan.
Disisi lain matahari di mata dunia juga terbit dan tenggelam. Di sisi itu, kita melihat kemanusiaan dari matahari. Ada waktunya dia 'naik', ada waktunya dia tenggelam. Tapi satu yang sulit dan menginspirasi untuk ditiru dari matahari. 'dia' konsisten dengan apa yang dia jalankan. Dia terbit pada waktunya dibelahan bumi utara, dan akan tenggelam di belahan bumi selatan. Manusia? kita harus jujur kita sering ingin terbit di kedua sisi kehidupan kita, berhasil di bidang A sukses di bidang B. Ketika sukses kita bercahaya. Ketika tenggelam? kita sering seperti malam yang sudah tak perduli akan terbit terang di belahan kehidupan kita yang lainnya bukan?
Mungkin hanya permenungan.... Matahari itu terbit ketika dia memang harus terbit di belahan bumi utara...dia berusaha menerangi bumi utara..kehangatan..bahkan kadang membakarnya.... Namun dia tetap siap menerima adilNYA untuk kalah di utara dengan gelap untuk bersinar di selatan.... Seandainya kita bisa melakoni dan mengamini hidup demikian... bukankah kita akan lebih berarti sebagai terang dan hangat hidup kita dan manusia di sekeliling kita????
Tapi ingat...Matahari juga kebal terhadap hujan kan? segelap-gelapnya hujan di pagi atau siang...terang tetap ada bukan???? hampir aku lupa menggambarkan keteguhan dan ketangguhan....
Hari ini mungkin bukan hari terberatku, tapi hari ini adalah hari perenungan terlamaku akan hari kemarin dan sebelum-belumnya. Hari ini juga bukan hariku yang bisa membuatku bahagia –bahagia sampai ingin segera mati karena aku terlalu kenyang dengan rasa bahagia itu. Hari ini biasa-biasa saja sebenarnya, tapi hatiku yang bergejolak dengan kumpulan masalah yang sudah kusimpan sendiri selama ini, membuat hari ini menjadi luar biasa. Hari dimana aku merasa Tuhan tidak berjarak dengan diriku. Karena mungkin aku belum tahu wujud syukur yang sempurna yang seharusnya kulakukan ataupun orang lain lakukan. Ya, Tuhan tidak pernah berjarak dengan kita, tapi kita yang justru lupa sudah membuat celah dengan Dia.
Mungkin banyak yang sangat ingin kita minta, tapi ada lebih banyak hal yang patut kita syukuri. Hari ini kuingat satu per satu hari itu, betapa banyaknya kegratisan yang sudah dia berikan.
Waktu aku TK aku pernah tenggelam. Ketika itu aku mengikuti ekstrakurikuler berenang. Aku tidak tahu kalau kolam renang dengan warna biru memikat itu cukup dalam. Aku melihat banyak orang terjun dengan senang di dalamnya. Lalu, aku pun memisahkan diri dengan kawan-kawanku dan terjun ke kolam dalam. Dengan penuh senyum, akupun terjun ke kolam itu. Byuuurrr... Arggghhh,, kakiku tidak bisa menginjak bagian dasar kolam dan kepalaku pun tidak bisa menyembul ke atas air. Tidak Tuhan tolooooonnnggg aku!!! Itu kalimatku. Kalimat orang yang terdesak di ambang kematian. Kalimat ketakutan yang membuatmu ingat Tuhan. Lalu tiba-tiba, aku merasa badan mungilku terangkat. Seseorang memegang erat tanganku, lalu menenangkanku. Dia Ibu Guruku. Penolong yang sudah dikirimkan oleh Tuhan dengan gratisgratis. Aku bisa saja mati saat itu, tapi Tuhan memberiku hadiah umur dan keberuntungan supaya aku tetap hidup. untukku. Lewat tangannyalah, aku masih bisa merasakan pahit manisnya 18 tahun kehidupan berikutnya. Saat ini aku hidup dan aku bisa berenang. Tuhan sudah mengirimkan seorang sahabat untuk mengajariku berenang dengan
Waktu aku kelas 5 SD, aku tertabrak motor. Aku pulang sekolah dan saat itu aku tidak menaiki jemputan yang biasa mengantarkanku pulang ke rumah. Aku iseng naik angkutan umum. Ketika akan menyebrang, tiba-tiba motor dengan kecepatan tinggi menabrakku. Aku terlempar dan jatuh terjerembab. Aku masih sadar tapi tidak tahu apa yang sedang terjadi. Satu yang kuingat: Tuhan, aku belum mau mati. Aku terkapar dan banyak orang mengerumuniku, termasuk si penabrak itu. Mereka menolongku, entah berapa orang. Penolong yang dikirim Tuhan dengan gratis. Aku merasa pusing, tapi tidak ada satu darahpun menetes dari tubuhku, padahal tabrakan itu cukup keras. Aku pulang ke rumah dan hanya menemukan biru di pantatku yang malah membuatku tertawa. Dan Nenekku pun tertawa sambil berkata, “Oalah, nyawamu ini ada berapa to,, nduk? Ditabrak malah ketawa bukannya nangis...”
Waktu aku di akhir masa SMA, Tuhan mengambil mamaku. Hari itu seperti kiamat bagiku.Orang yang biasa kujadikan sandaran sudah pergi kembali kepada-Nya. Aku marah tapi apa hakku. Semua di atas bumi ini milik-Nya. Saat itu, waktu seperti tidak berpihak padaku. Masa remajaku habis untuk bersedih dan belajar menjadi tegar. Setahun sebelum kepergian Mama, Mama sudah meninggalkanku berobat di tempat lain. Aku seperti mendapat tanda saat itu untuk belajar mandiri tanpa kehadiran dirinya. Aku sempat berpikir lebih baik dulu aku mati sati saja. Lebih baik dulu, Kau tidak perlu kirimkan padaku penolong yang menyelamatkan nyawaku dari kematian. Tapi keterpurukkan membuatku sadar dan lalu bangkit. Aku masih punya nenek yang sayang padaku. Teman-teman dan sahabatku juga selalu ada di sampingku. Om, tante, pakde, dan bude juga tidak berhenti mendukungku. Dan Tuhan juga tidak meninggalkanku. Tuhan sudah mengirim mereka padaku dengan gratis, lalu apalagi yang harus kutakuti, selain takut pada-Nya. Aku mencoba untuk bangkit walaupun tertatih-tatih. Lalu apa yang kudapat? Novel pertamaku diterbitkan dan aku berhasil masuk UI. Dan juga yang tidak kalah penting lagi, aku sehat karena aku berhasil menurunkan berat badanku sebanyak 14 kg.
Di masa kuliah, ayahku menikah lagi dan adikku memilih kuliah di Yogya. Sedihkah aku? Tidak. sama sekali tidak. Aku justru bersyukur ada seseorang yang akan merawatnya dengan baik. Aku juga tidak menghalangi keputusan adikku untuk pergi ke Yogya. Tapi aku memilih untuk tinggal bersama om-tanteku. Kadang aku merasa seperti tidak punya keluarga, tapi lagi-lagi aku paham akan sesuatu. Kesempatan yang diberikan Tuhan dengan gratis untuk menjadi Ketua LIFO membuatku memiliki banyak teman di sampingku. Om dan tanteku juga merupakan orang-orang yang dikirimkan Tuhan dengan gratis untuk mendidikku agar aku menjadi lebih mandiri dan tegar seperti saat ini. Mungkin aku tidak punya keluarga yang utuh saat ini, tapi paling tidak aku diberikan kesempatan memiliki teman-teman satu organisasi yang sudah kuanggap seperti keluargaku.
Mungkin aku tidak punya keluarga saat ini, tapi aku tahu rasanya berada di tengah-tengah kehangatan keluarga, walaupun itu adalah keluarga sepupuku.
Mungkin itu sedikit kisah dariku, Tuhan memberikan kesempatan hidup padaku lebih untuk belajar. Dan Dia sudah memberikan dengan gratis tanpa bayaran. Dia justru membentukku untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Udara, matahari, pemandangan yang indah, dan hal lainnya adalah contoh kecil apa yang sudah diberikan oleh Tuhan dengan gratis. Bisakah kau bayangkan kalau udara diperjualbelikan? Mungkin hanya mereka yang dilimpahi materi yang bisa hidup di dunia ini. Karena udara adalah sumber kehidupan yang tidak bisa kau hargai dengan uang sekali pun. Itulah Kuasa Tuhan.
Saat ini aku mungkin juga sedang berada di dalam fase yang tidak baik. Tapi aku tidak ingin lari lalu pergi begitu saja. Aku ingin bahagia, tapi aku tidak mau kenyang dengan bahagia, sampai akhirnya harus memohon untuk segera mati karena bosan dengan bahagia. Nikmatnya bahagia adalah karena kau harus bersedih dulu untuk bisa merasakannya.
"God loves me and God loves you, God loves us...Keep praying to God and freebies will be given to you.." - NP Vanilla
"akuilah kalau engkau ingin memaksa Tuhan !" - Christopher Reginald
Mungkin kamu, sama seperti saya, dan sama seperti semua orang pernah berpikir....
"Kenapa aku tak dapat mencapai langit-langit mimpiku? Kenapa? apa yang salah? usahaku sudah sampai keubun-ubun! tapi kenapa? Orang yang lebih santai, orang yang lebih cuek dengan mudahnya memperolehnya. Tapi kenapa aku yang sungguh-sungguh menginginkannya tidak secuilpun mengecapnya"
Atau....
"Kenapa aku ada di posisi ini? di keadaan ini? aku tidak pernah berpikir untuk ada di sini, menjalankan ini, karena ini sama sekali bukan cita-citaku. Ini sama sekali bukan 'aku'. Tuhan...aku tahu engkau adil...maka angkatlah aku dari keadaan ini...dari hal yang bukan 'aku' ini. Ku yakin kau tahu yang terbaik untuk jiwa ini"
Begitukah??? pernahkah??? seringkah??? atau kamu sedang seperti apa yang aku pikirkan? Kenapa ya kita ada di posisi itu? rasa itu??? setelah lama berjalan, pikiran ini tercekat...tersedak....dalam.......
Membuat kita semakin tangguh
Ketika ada dalam hal yang 'tidak enak' atau 'tidak sesuai' jujur kepalaku langsung berpikir bahwa ada yang salah dalam ini semua. Apakah ini karena aku 'kurang' ini atau itu? atau apakah karena aku sedang tidak mujur?
Oh tidak..betapa aku sudah buang-buang waktuku berpikir begitu yah? coba bayangkan kalau ini adalah sebuah perlombaan panjat pinang. Badanku yang pendek dan berbobot besar alias tambun yang kusesali. Apa aku bakal jadi juaranya?? hmhhh...kurasa tak akan bukan? lalu???
Aku mengerti kenapa aku pendek dan tambun....aku bisa memanfaatkannya untuk menyelip dan mengganggu lawan-lawanku dengan bodyku bukan???? kenapa aku tidak seharusnya tangguh seperti itu dari awal????
diberikan secukupnya & selayaknya
Dalam hal lain, aku sempat berpikir. Kenapa aku tidak bisa se sukses dia? aku tidak bisa lebih kaya daripada dia? padahal aku lebih ini dan itu....kenapa???
kalau aku pikir-pikir...aku ini seperti pembantu atau budak yang tak tahu diri juga ya?
Anggaplah aku buruh tani...aku diberi tanggung jawab tanah sepetak. panenku sukses...tapi malah temanku yang diberi tambahan garapan sepetak lagi padahal hasil tanamnya tak sesukses punyaku. Kenapa? apakah ada KKN? aku tahu temanku punya tanggungan anak banyak sedangkan aku tidak...kenapa????
Apakah ini keadilan? jelas tidak bagiku...Tidak....
tapi sampai tuanku itu berkata padaku..aku baru mengerti....
"mungkin kamu bertanya kenapa aku memberi tambahan sepetak pada temanmu yang tak berprestasi? aku hanya bisa menjawab, kalau aku tak memberinya kesempatan untuk garapan lebih besar, bagaimana anak istrinya bisa makan? dan kamu tetap adalah kesayanganku.karena kamu sebenarnya bisa mengoptimalkan apa yang kuberi...makan secukupnya..dengan hasil yang luar biasa..."
tak sanggup meng-amin-i...tanya kenapa?
Aku tahu kamu atau bahkan diriku tetap saja tak menerima keadaan ini...seakan semua sudah tidak sesuai rencana. yah tidak sesuai apa yang kita inginkan...padahal katanya Tuhan memberikan yang baik buat kita...Apakah usaha yang luar biasa...tak sanggup membuat Tuhan menyertai kita yang taqwa ini???
Lalu kata seorang pembesar agama padaku....
"Tunggu-tunggu...sebenarnya kamu ini berserah padaNya, atau memintaNya menyerahkan apa yang kamu minta?? Dia sudah memberikan napas bagimu, kamu meminta kecukupan. Dia memberikan kamu makan, kamu meminta ketambunan.. Apa maksudmu??? Apa kamu sudah mulai 'memaksa' Tuhan??? Janganlah anakku....karena Dia lebih tahu apa yang harus kamu usahakan, daripada yang harusnya kamu inginkan...begitu bukan?"
yah...Yah....aku mengerti sekarang...aku tak mengamini semua ini karena aku tak berkespektasi ini datang menghampiri...tapi tak seharusnya aku men deny semua ini yah? harusnya aku buktikan bahwa dimanapun, dengan rasa apapun..Aku tetap menjadi pemanen yang baik...pencocok tanam yang berhasil membanggakan Tuan Hidupku... 'bukan kuat dan hebatku' kata sahabat...
"Yang terindah belum tentu yang terbaik, tapi yang terbaik pasti yang terindah, asal kita mengerti kebaikan adalah keindahan itu sendiri" - annonymous
"Jangan membuat Tuhan menyesal memberikan kemarin,dan jangan buat Dia malas memberimu hari esok" - Christopher Reginald
Semua memang ada hikmahnya...tapi..... Aku atau mungkin kita semua pernah berpikir, merasa, dan bahkan tenggelam dalam hasil, efek atau makna dari apa yang kita lalui. Pahitnya kehilangan, sakitnya jatuh di perjalanan, atau bahkan euforia kehidupan yang segan kita tinggalkan? Pertanyaannya apakah itu hari-hari yang kita lalui?
Sebagian orang bilang itu adalah masa lalu yang kelam yang membuat semangat hidupnya habis. Sebagian lagi bilang itu adalah kejayaan yang membuat mereka terbuai hingga detik ini. Namun kesemua orang mungkin pada akhirnya menemukan bahwa hari kemarin selalu memiliki sendiri hikmahnya pada dua kelompok berbeda ini. begitu bukan?
Namun masalah bukan berhenti sampai di situ rupanya. Kau rasakan begitu jugakah? Masalah yang datang ketika menatap masa lalu tentang monumen kejadian dimasa itu membuat kita takut memulai yang baru, atau segan mungkin.Alasannya?karena kita tahu kita salah di masa lalu, karena kita sadar bahwa dalam perjalanannya kita pernah berlaku benar dan sekarang salah. begitukah yang banyak kita rasakan? Lalu apa gunanya hikmah?
Jangan membuat Tuhan menyesal memberikan hari kemarin padamu! sungguh..Hari kemarin itu sesederhana itu karena sudah lewat. Soal dampaknya pada hari ini tetap 'terasa', Ah..itu cuma perasaanmu! jangan jadi sentimentil karena kemarin kamu menangis atau marah. Tidak ada hubungannya bukan?kemarin adalah kemarin.Hari ini adalah Hari ini. Yang terjadi kemarin bisa terjadi atau tidak hari ini karena serangkaian pilihan bukan? Jangan berharap....jangan berambisi....mintalah pada Ilahi Usaibicara soal kemarin, aku mengajakmu loncat kemasa depan. Banyak orang gila karena harapannya tak jadi kenyataan (atau kebanyakan berharap yah?). Banyak keluarga pecah karena semuanya terlalu sibuk mengejar mimpinya...kariernya....hartanya....tapi lupa semua itu buat apa?
Lalu bagaimana dengan masa depan kalau begitu?apakah kita tak boleh bermimpi?
Boleh!! bahkan sangat boleh...tapi aku setuju benar pada pepatah "mimpi adalah 20% dari kenyataan..." tapi biar aku lanjutkan..."kenapa 20% dari kenyataan..karena 80%nya adalah perjalanan dan menjalani tujuan itu dengan penyesuaian sesuai kehendakNYA". Setidaknya itu pendapatku.
Kata imanku..."Mintalah maka kamu akan diberi, mengetuklah maka pintu akan dibukakan", tapi apakah pintu akan dibukakan buat pemabuk? Pintu akan dibukakan buat orang bertampang maling??? tidak bukan??jadi 'jangan buat Tuhan malas memberimu masa depan' bisa dijadikan petuah sederhana yang bijak bukan???
Semua soal hari ini ! Yah..mungkin terlalu ngawang. Mungkin terlalu menggurui...tapi aku cuma mengajak kita semua berpikir dan melogiskan diri. Bukan terus menderita karena sejarah, dan terus gila karena mimpi.
Orang yang hebat itu bukan orang yang langsung kaya kata orang.Orang yang hebat itu adalah orang yang dari bukan apa-apa atau bahkan terpuruk jadi 'orang'. Berarti dia bukan tak melewati kemarin bukan? tapi dia 'berhasil' melewati kemarin melalui serangkaian 'hari-hari ini'. Begitu bukan?
Orang yang berhasil bukan selalu orang-orang visioner bukan? contoh si legendaris Einstein. Dia Fenomenal..ya...tapi apakah dia menemukan langsung BOM ATOM terkini? tidak!!! tapi dia tidak berhenti sampai konsepnya...orang yang boleh dikatakan pemimpi ulung itu tidak mempersiapkan untuk berhenti sampai pada BOM sederhana jaman Hitler(walau itu mematikan juga). orang yang berhasil adalah orang yang mendekatkan 'hari-hari ini'nya pada mimpinya dan mempersiapkan mimpi-mimpi berikutnya dengan 'hari ini-hari ini' berikutnya.
Membuat makin korelatif kata ilmuan. Einstein itu setengah jalan atau mungkin sepenuh jalan pada jamannya. Bill Gates mungkin sepenuh jalan untuk PC(personal Computer)nya. tapi tidak mungkin kau menjadi mereka kalau mereka mimpimu dan hanya meniru mereka atau bahkan menghayalkan mereka. Karena ada mereka kamu harus berusaha lebih keras (dan lebih cepat) dari mereka bukan? dimana?? kapan??? besok??? tidak !!!! hari ini !!!!!
mungkin sederhananya begini. kalau masa lalu itu sakit..jadilah manusia ber antibodi lebih baik untuk menjalani hari ini. Supaya masa lalu itu menjadi BERMANFAAT. Kalau masa depanmu ingin seperti 'ini' jadikanlah hari ini sebagai hari-hari yang penuh BERKAT. begitukah? kembali padamu..sahabat....
Disatu sisi... katanya 'diam adalah emas' yang lebih berarti...
Katanya jiwa akan lebih bisa jernih...bersih... melihat semuanya dengan mata yang tak terlanjur keceplos bicara...
Di sisi lainnya.. katanya diam itu tidak membuat masalah sampai pada ujungnya...
Karena diam menurut ini paradigma... tak lain hanya bertahan...tanpa merubah semuanya....
Kalau begitu mana yang benar jadinya?
Kalau bermain ilustrasi keduanya punya kebenarannya sendiri-sendiri... Diam membuat seorang terlihat begitu brilian menghadapi masalahnya.. Namun diam juga yang membuat sepasang jiwa cerai juga karena kian tak mengerti satu dan lainnya....
ini sungguh sebuah tanya... bukan petuah atau ilham bijaksana...
yang kutahu satu... bila sesuatu itu benar harusnya dia diungkapkan..dikatakan... dan diam itu hanya salah satu CARA untuk menggapai tujuan... bukan solusi, namun emisi untuk mencapai ujung itu...
begitukah? sampaikan berbeda dengan katakan.... karena sampaikan berarti kita sudah semua mempertimbangkan dari tujuan hingga CARA karena pemenang bukan orang yang tahu TUJUAN... pemenang adalah orang yang memiliki dan menjalani CARA mencapai TUJUAN... Dimana DIAM bisa jadi cara atau halangan mencapai cahaya itu sebagai berkah....
'Sudah lama juga rupanya tanah itu tak kupijak' pikir seorang pemuda 30an tak lama dia duduk dikompartemen kereta.
Wajahnya kemerahan karena antrian panjang memasuki kereta membuatnya berkeringat. Wajahnya terlihat cukup termakan usia di usianya yang baru 30an itu. Pakaian yang sedikit lusuh karena berdesakan coba dirapihkannya usai duduk. Lalu dipasangkannya earphone yang tersambung dengan Ipodnya.
Gerbong yang ditempatinya sedikit sepi. Kapasitas sekitar 20 orang terisi hanya 4 orang. 'mungkin karena kereta malam' pikirnya. Hal itu membuat dia lebih banyak melempar pandang keluar jendela. terlihat sejenak jalan-jalan kota, atau terkadang rumah kumuh yang menempel di jalur kereta. Lemparan pandang yang lama hingga ia teringat masa-masa ia merantau ke kota.
Satu sore, di pendopo rumah, tigabelas tahun yang lalu... "Tidak bisa ! kamu harus teruskan usaha ini !" ucap keras seorang bapak berperawakan sedikit bungkuk berusia lima puluhan.
"tapi aku sama sekali tidak mengerti dan menjiwai tenunan Pak. Aku benar-benar tidak menyukainya."
jawab anak laki-laki tertuanya, sambil duduk di kursi 'terdakwa' bapaknya.
"Lalu untuk apa aku sekolahkan kamu selama ini?? mana balasanmu? setelah lulus lalu kamu kabur begitu saja? ke kota? mau jadi apa kamu disana??? ngerti apa kamu???" tanya sang bapak dengan nada remeh pada anaknya.
"Aku bisa jadi apa saja ! aku tak ingin seperti anak-anak disini yang ujung-ujungnya hanya hidup antara rumah dan pasar! buat apa saya sekolah kalau begitu !' jawab sang anak gusar sambil berdiri."Maaf pak, saya lancang memilih pergi...." ucapan terakhirnya itu terdengar lebih lirih...
Lalu yang tersisa hanya ingatan bahwa pipinya merah bekas tamparan, dan ketika ia berangkat dengan tas seadanya karena bapaknya marah besar.
Kereta...2 jam setelah berangkat.....
"Hmhhh...seperti apa kota itu sekarang? bapak seperti apa ya? masihkah ia marah?" pikir pemuda itu. Sebentar ponselnya bergetar.ada e-mail masuk yang melaporkan soal beberapa hal yang ditinggalkannya di Jakarta. Lalu dia hanya mengambil template yang menjawab "i'm on leave now, for any corporate needed please call or mail to Dani -021.555xxxx"
kembali pemuda itu pada lamunannya. Dia coba menelaah,apakah ia yang salah, atau apa yang salah.sudahtiga belas tahun tak ada tegur sapa.Hanya sesekali surat menyurat basa-basi pada ibu dan adik-adiknya. "aku tahu aku terlalu memaksakan. "Tapi aku sekarang jauh lebih bersyukur dan bisa jadi orang lebih berguna. Lalu aku harus bagaimana nanti?" pikirnya dalam-dalam.
Stasiun Balapan, Jogjakarta, dini hari
Perjalanan panjang rupanya telah membuat pemuda ini terlelap. Ketika terbangun, dia dibangunkan oleh petugas kereta yang bilang sudah sampai di Jogja. Sedikit merapihkan pakaian dan menggendong ranselnya diapun bergegas keluar. Sesampainya diluar dia mencoba menghubungi nomor ponsel supir penjemputnya yang sudah disediakan. Usai tak lama menunggu iapun dijemput, dan ia diantar menuju ke hotel.
"Kenapa ke hotel pak?" tanya si supir. Lalu dia hanya menjawab "masih terlalu pagi pak, nanti siang saja saya diantar ke rumah", lalu supir itu menjawab "baik pak kalau begitu, bapak jangan lupa kalau malam nanti mesti ketemu Sultan untuk urusan kawasan industri itu. Saya diminta kantor ingatkan bapak." Lalu ia hanya mengangguk
Hotel, Jogjakarta, Jam 8.00 pagi "kenapa orang macam aku harus takut bertemu keluargaku sendiri? apa ini yang namanya rasa bersalah?" pikir pemuda itu ketika duduk di restaurant hotel dengan secangkir teh hangat dan beberapa lembar roti dihadapannya. Lalu ponselnya bergetar, dan ketika diangkatnya...
"Mas...dimana sih? sudah sampe jogja toh??? atau jangan-jangan kamu batal lagi karena ada meeting?" suara adik perempuan terkecilnya nyerocos ditelinganya.
"Nggak...mas tadi ke hotel dulu, siapkan bahan buat ketemu sultan nanti.habis ini Mas langsung kerumah. yah?Oleh-olehmu dan mbakmu sudah ada di tas kok." jawabnya yang disambung dengan "ASik!!!! matur nuwun loh mas!!!"
Rumah, Jogjakarta, siang itu... "Mas!!!!" teriak adik kecil perempuannya ketika dia keluar dari mobil, berlanjut dengan sambaran pelukannya dan adik keduanya.
Tak jauh darisana, ibunya berjalan perlahan lalu pemuda itu menghampirinya dan mencium tangannya. Lalu sang ibu mengecup kening pemuda itu, dan hanya bilang "Akhirnya kamu pulang nak...tuh bapakmu sudah nunggu di dalam"
Sampai di dalam Pemuda itu sempat kikuk karena tatanan perabot lumayan banyak berubah, hingga akhirnya ada suara dibelakangnya "Nak....."
Ntah mengapa kaki pemuda itu langsung bergerak cepat...menghampiri sumber suara tadi....ketika kian dekat...pemuda itu sujud dan mencium tangan sumber suara tadi..yah sang Bapak...
"Akhirnya bapak tahu dan yakin bahwa ada yang lebih berharga dari tenunan itu." Kata-kata itu begitu lancar keluar seakan sudah dipersiapkan lama. Lalu si pemuda menegadah menatap wajah bapaknya yang sudah terlihat jauh lebih renta. "Tanpa tahu bagaimana keluarga ini memulai usaha tenun, saya tidak akan sesukses ini juga pak" Lalu sang bapak mengangkat anaknya dan memeluknya.
Perjalanan ke Kraton, Malam itu... "Tak ada yang sulit rupanya....tak ada sama sekali....kecuali menerima dan membiarkan waktu menjelaskannya" pikir pemuda itu.
"seperti halnya setiap project atau pekerjaan, kurasa hidup juga begitu. ada hal yang tak bisa kujawab sampai kulakukan dengan sebaik-baiknya..., paling tidak kini aku tahu bahwa bapak bisa meneteskan air mata bahagia karena sukses ini, walau dulu aku harus menahan tangis perih...tiga belas tahun lamanya bertanya-tanya...." makin membatin si pemuda, sampai akhirnya ia harus turun di pendopo untuk bersiap presentasi pekerjaannya pada Raja tanah jawa itu.
"Saat KITA terlahir ke dunia, semua orang tersenyum dan hanya KITA yang menangis... Jalanilah hidup dengan baik supaya saat kita meninggalkan dunia, semua orang menangis dan hanya KITA yang tersenyum..." Annonymous (taken from Cherly Melinda FB note)
Setiap orang selalu punya alasan untuk memulai. Memulai apapun, apalagi itu adalah suatu hal yang dianggapnya 'baik'. Begitu juga aku. Walau mungkin apa yang aku mulai ini adalah hal paling memalukan atau hal paling jenaka yang pernah coba kubagikan bagi sesamaku. Cerita sederhana yang menyimpan sedikit pesan yang mungkin tak sesederhana. kelihatannya Cerita tentang bagaimana manusia 'gembul' sepertiku mencoba 'memaintain' nafsu makannya. Sederhananya (kompleksnya akan kupaparkan nanti...)ini cerita soal : DIET.
Kata orang, diet itu tidak makan ini, itu, dan menghindari mengkonsumsi ini-itu diatas jam segini,atau ketika begini dan begitu. semuanya syarat. Dan akhirnya banyak orang termasuk aku mencoba ini dan itu. Hasilnya? hmhhh....sepertinya bisa dihitung siapa yang sukses.
Ada lagi pendapat lain diet itu harus olah raga ini, dan itu.....hasilnya? olah raga itu bikin lapar. yang ada habis ngegym biasanya banyak orang langsung makan. Tidak di fastfood memang, tapi di counter sebelahnya (sebagai suatu pembenaran).
Apa masalahnya? Ketika aku memulai mencobanya akupun begitu, bahkan jujur sampai detik ini begitu. Bahkan tololnya lagi, aku mencoba beberapa macam asupan khusus (suplemen, and bla bla bla) untuk menginstantkannya. yang hasilnya? sedikit yang puas (Wong, kita kelebihan asupan kok ditambahkan asupannya...aneh...)
Sebenarnya kalau aku pikir-pikir badan kita itu semacam kebiasaan.
Ketika kita benar-benar kelaparan katakanlah itu kita namai PERLU. ke'perlu'an ini adalah yang sesungguhnya harus kita cari. Layaknya perencanaan keuangan keluarga, ini semacam biaya sandang,pangan, dan papan...(primer)
Namun seperti biasa kalau orang sudah mampu lebih, kadang kita mempunyai keINGINan untuk ini dan itu. seperti realita kehidupan, setelah punya rumah, ingin punya dan merasakan rumah lebih besar. Mobil jadi mobil kedua atau yang lebih mewah.
Dan kegemukan (kecanduan, atau segala macam kelebihan 'negatif' lainnya) kurasa timbul ketika keINGINan kita mulai menyamarkan segala sesuatu yang PERLU. Hingga kadang-kadang badan ini merasa BUTUH sesuatu. padahal apakah PERLU atau karena INGIN? coba tanyakan pada diri kita masing-masing.
Berbahagialah ! Kalau ditanya cara diet (mengecilkan perut, atau segala macam diet dari kecanduan ini-itu, kebiasaan buruk ini-itu) mungkin akupun masih harus menjalaninya lebih banyak dan lebih giat.
Namun paling tidak dari perjuangan melewati hitungan kwintal menjadi kilo walaupun masih jauh dari ideal apa lagi six pack. Saranku...BERBAHAGIALAH!
Kenapa berbahagia? Karena hanya orang yang menjalani hidupnya, makannya, kebiasaannya dengan berbahagia tahu benar apa yang memang dia PERLUkan.
Orang yang berbahagia tahu benar cara bagaimana mengontrol keINGINnannya sehingga bisa membedakan mana yang BUTUH atau tidak saat ini. Dan aku setuju akan semua ini.
Aku tidak kehilangan sekilopun dari berat badanku ketika aku merasa makanan-makanan yang kutelan untuk diet itu hanya numpang lewat kerongkongan karena memang tidak 'berasa' apa-apa.
Aku mulai kehilangan kilo demi kilo berat badanku ketika aku merasa cukup dengan mengasumsi yang 'baik' itu karena aku tahu itu PERLU. aku mulai sedikit banyak berkeringat dengan exercise itu bukan karena aku HARUS namun karena aku PERLU itu untuk mengimbangi kelebihan 'gembul'ku ini.
Dengan berbahagia, aku juga tidak segan membiarkan creamy latte atau steak nikmat masuk kekerongkonganku karena aku tahu ada saatnya memuaskan keINGINnan asal aku tahu itu bukan suatu keBUTUHan.
Namun satu hal. Aku Malu bahwa sebagai ciptaaan yang sempurna, aku jauh dari syukur, bahkan soal urusan mengisi perut yang seharusnya urusan di luar kepala. Mungkin bukan hanya urusan perut tapi urusan kita lainnya yang berhubungan dengan CONTROL. Karena bukankah mahkluk ciptaanNya yang paling sempurna tahu yang mana baik dan buruk? Lalu bagaimana bisa tahu kalau membedakan PERLU, INGIN, dan BUTUH saja kita tidak bisa?
Kurasa pemenang urusan diet (makan, atau kebiasaan lainnya) bukan yang berhasil mencapai target kilogramnya, atau target akhirnya semata. Namun dia yang berhasil hidup berbahagia, dan bisa bedakan dengan jelas secara otomatis di hidupnya. antara PERLU, INGIN, dan apakah dia BUTUH.