Kamu pernah bertanya kepadaku, "menurutmu, apakah arti cinta itu ?". Aku tak bisa menjawab banyak saat itu, namun mungkin kisah ini dapat menggambarkan apa itu cinta, walau mungkin hanya berasal dari satu sudut mata dari sekian banyak sudut pandang yang ada...
Pada satu masa sulit, di pinggiran desa pertanian di Selatan Prancis, tinggal di sebuah rumah yang biasa saja dua sosok manusia laki-laki, ayah dan puteranya. Sang ayah sehari-harinya hanya menikmati kesendiriannya. Kekecewaannya pada apa yang pernah dijalaninya telah membuat dia hanya menjalani hidupnya dengan naluri. Mencoba terus hidup dengan luka pengkhianatan yang dalam. "Dia telah ditinggal pergi ibuku..." kata sang anak pada orang yang bertanya 'ada apa dengan ayahnya'
Sang anak jugalah manusia, dia terus berpikir, bahkan terlalu banyak berpikir tentang bagaimana mengembalikan senyum ayahnya. Ayahnya yang pekerja keras di ladang itu, menjadikan sang anak terus ingin menunjukan pada ayahnya bahwa dia bisa menjadi semangat hidup bagi sang ayah, dengan bekerja keras pula. Namun sang ayah tetap murung hidupnya...
Ketika sang anakpun mulai lelah berharap pada Tuhan di rumahNya, dan mulai terseok imannyapun, sang ayah tetap murung. Bahkan ketika sang anak terus mencoba beriman dan terus beriman lagi mendoakan sang ayah, sang ayah...sang ayah tetap sayang murung...
Sampai satu saat, di satu pagi yang biasa bagi manusia. Di pagi dimana semua terasa masih malas untuk bangun dan membuka mata..Ketika sang anak tiba-tiba saja berucap "Apakah papa tidak ke gereja ? Hari ini Tuhan kurasa memanggil kita untuk bertemu denganNya" Dan saat itu sang ayah pergi bersamanya. Dan saat kembali ke istana mereka, wajah ayahnya tetap datar, namun ada tatap bersinar dari mata sang ayah...
Mungkin ini hanya sedikit rasa dalam ucapan...mungkin ini hanya ilustrasi sederhana perjalanan imanku...bahwa bukan bagaimana rupanya CARA hidup itu berjalan, namun bagaimana menjadi MAKNA bagi hidup itu sendiri....
Seperti mencintai..bukan bagaimana CARA dirimu terus berjuang untuk orang yang kamu sayangi, namun bagaimana akhirnya kamu menjadi MAKNA bagi orang yang kamu sayangi, dan itulah mencintai bagiku pagi ini...
Pada satu masa sulit, di pinggiran desa pertanian di Selatan Prancis, tinggal di sebuah rumah yang biasa saja dua sosok manusia laki-laki, ayah dan puteranya. Sang ayah sehari-harinya hanya menikmati kesendiriannya. Kekecewaannya pada apa yang pernah dijalaninya telah membuat dia hanya menjalani hidupnya dengan naluri. Mencoba terus hidup dengan luka pengkhianatan yang dalam. "Dia telah ditinggal pergi ibuku..." kata sang anak pada orang yang bertanya 'ada apa dengan ayahnya'
Sang anak jugalah manusia, dia terus berpikir, bahkan terlalu banyak berpikir tentang bagaimana mengembalikan senyum ayahnya. Ayahnya yang pekerja keras di ladang itu, menjadikan sang anak terus ingin menunjukan pada ayahnya bahwa dia bisa menjadi semangat hidup bagi sang ayah, dengan bekerja keras pula. Namun sang ayah tetap murung hidupnya...
Ketika sang anakpun mulai lelah berharap pada Tuhan di rumahNya, dan mulai terseok imannyapun, sang ayah tetap murung. Bahkan ketika sang anak terus mencoba beriman dan terus beriman lagi mendoakan sang ayah, sang ayah...sang ayah tetap sayang murung...
Sampai satu saat, di satu pagi yang biasa bagi manusia. Di pagi dimana semua terasa masih malas untuk bangun dan membuka mata..Ketika sang anak tiba-tiba saja berucap "Apakah papa tidak ke gereja ? Hari ini Tuhan kurasa memanggil kita untuk bertemu denganNya" Dan saat itu sang ayah pergi bersamanya. Dan saat kembali ke istana mereka, wajah ayahnya tetap datar, namun ada tatap bersinar dari mata sang ayah...
Mungkin ini hanya sedikit rasa dalam ucapan...mungkin ini hanya ilustrasi sederhana perjalanan imanku...bahwa bukan bagaimana rupanya CARA hidup itu berjalan, namun bagaimana menjadi MAKNA bagi hidup itu sendiri....
Seperti mencintai..bukan bagaimana CARA dirimu terus berjuang untuk orang yang kamu sayangi, namun bagaimana akhirnya kamu menjadi MAKNA bagi orang yang kamu sayangi, dan itulah mencintai bagiku pagi ini...
Pagi hari, di hari raya Paskah, 23 Maret 2008
No comments:
Post a Comment
Siapapun jiwa yang berucap, baiknya aku mengenalmu, dan kamu akan lebih pahami aku adanya