Matinya sebuah cita (2)

Hari kedua dari perjalanan yang mulai berbatas (bearish or recession of faith and life ?),

Aku tak suka menyebutnya bearish dalam perjalanan hidupku, namun kurasa aku sudah ada dalam resesi yang sulit. Sebab kata orang aku ada dalam resesi yang komplikatif. Seakan tidak berujung adalah ciri yang sering ditemui dari perjalanan model ini.


Kalau mau kulihat lebih lanjut, aku akan melihat bahwa sebenarnya hampir satu dasawrasa belakangan aku hanya bertumpu pada setumuk jerami sebentuk iman. Masih sangat mudah terbakar dan menguap oleh nyata terik ni dunia. Mungkin itu yang kualami, namun ntah mengapa kini kian jadi perih.


Harus kuakui, kini ada kamu. Cahaya yang menemaniku saat aku harus mencoba terus tegar hidupku kutempuh. Mungkin kamu adalah alasan logis kenapa aku tetap mencoba terus bersyukur. Karena kemanusiaanku mulai menggerogoti nampan syukurku yang mulai rapuh. Ntah apa ujung ini semua namun citaku masih bernapas karena semangat itu berasal dari cahaya yang ada darimu


Selebihnya aku ingin menyelami sepekan yang kabarnya jadi sepekan penuh kebajikan bagi separuh umat di dunia. DImana kebenaran timbul dari penderitaan paling dalam. Saat orang bijak berkata "Tuhan sedang mendekati kamu dengan penderitaanNya, SalibNya, yang Dia inginkan adalah kesetiaanmu
: Dia sedang mengajakmu Sabar dan Ikhlas".Aku hanya ingin berdiam lebih lama.....


Di permenungkan kedua ini, belum banyak kesimpulan memang. Namun ingin kucari semua lebih jelas, lebih mengasihi, dan lebih hakiki..walau baru ada kata sabar dan ikhlas dari perbendaharaanku kali ni. Ntah apakah waktu memenangkan perburuanku akan itu sampai akhirnya pasir iman di jam waktuku mungkin akan habis. Siap yang menang...aku tak tahu...

No comments:

Post a Comment

Siapapun jiwa yang berucap, baiknya aku mengenalmu, dan kamu akan lebih pahami aku adanya